Hujan
menyamarkan setiap tetes air mata Nabilah, Guntur seakan berbaur menemani tiap
isakan tangis Nabilah, petir bahkan tak menjadi masalah lagi bagi Nabilah. ia
terus berjalan menembus lebatnya hujan saat itu. Setiap mata melihat kearah Nabilah,
tak ada setitik dari seragam sekolahnya yang kering, semuanya basah karena
hujan. Bebarapa orang merasa begitu iba melihat Nabilah yang berjalan ditengah
hujan dengan isakan tangis, semua orang bisa mengetahui bahwa Nabilah sedang
benar-benar sedih. Kemudian saat Nabilah berada di salah satu kuburan ,Hujan
mulai berhenti menyisakan beberapa tetes air. Nabilah kembali mengingat
kejadian dimana sahabatnya benar-benar pergi untuk selama-lamanya tanpa
mengucapkan sepatah kata untuknya.
Sebulan
yang lalu saat terik panas benar-benar menyengat kulit, Nabilah dan sahabatnya yang
bernama Rena yang sudah ia kenal sejak kecil tengah berjalan dipinggir jalan
dekat sekolah, mereka baru saja pulang sekolah. Saat itu Nabilah melakukan aksi
diam seribu bahasa kepada sahabatnya itu
“ngambek jangan lama-lama dong ,
aku harus minta maaf berapa juta kali sih biar kamu ga marah lagi..? Aku akan
terus mengikutimu sampai kamu maafin aku! ” Keluh Rena merasa bersalah karena
tanpa sengaja menjatuhkan Handphone Nabilah hingga rusak.
“hey. Denger dong!” pinta Rena sambil menepuk
pundak Nabilah
“jangan sentuh aku ! ”
bentak Nabilah sambil mendorong
pelan sahabatnya itu kemudian berjalan lebih cepat saat menyeberang agar
sahabatnya itu tertinggal jauh dibelakangnya, tepat saat Nabilah tiba ditrotoar,
lampu hijau pun menyala, tanpa disadari Rena yang tengah berlari mengejar
dirinya.
*PIIIIIIPPPP*
suara klakson begitu nyaring
ditengah keramaian lalu lintas berbarengan dengan suara teriakan Rena dan
seketika suasana jalanan menjadi sangat riuh, semua orang berlarian menuju ketengah jalan kearah sumber
teriakan tadi. Nabilah ingin teriak, menangis sekeras-kerasnya tapi semua itu
tertahan di tenggorokan, nafasnya memburu , dadanya begitu sesak dan tubuhnya
terjatuh lemas memandang kerumunan orang tak percaya, beberapa menit kemudian
pandangan Nabilah kabur entah karena air mata atau kerena kepalanya begitu
pusing melihat kejadian yang baru saja terjadi didepan matanya.
Saat
bangun Nabilah sudah berada dirumah sakit, menemukan sosok kedua orang tuanya dan
orang tua Rena .
“bagaimana keadaan Re...”
belum sempat Nabilah
menyelesaikan pertanyaan tiba-tiba saja Mama Rena menangis memeluk suaminya,
ibu Nabilah memandang anaknya dengan tatapan sedih, sedangkan Papa Nabilah
langsung memeluk diri Nabilah sambil mengelus kepalanya. Tentu saja Nabilah
langsung mengetahui apa yang baru saja terjadi.
“ga mungkin ! Bilang pah, ! apa yang Nabilah
pikirkan itu salah. Ayooo bilang pah !!”
jerit Nabilah berderai air mata, ia melepaskan
pelukan Papanya kemudian menangis histeris , melepas selang infuse ditangannya
lalu berlari melewati pintu kamarnya.
“Nabilah !!” panggil Papanya langsung memeluk
anaknya itu, membiarkan Nabilah meronta dalam pelukannya, membiarkan Nabilah
menangis memukul-mukul dadanya.
“Papa lepaskan. Aku ingin melihat Rena. Ia
pasti ada disalah satu kamar ini !!”
tangis Nabilah semakin
menjadi-jadi, dadanya kembali sesak, kepalanya terasa begitu berat, ia begitu
lemas bahkan butuh perjuangan untuk tetap mempertahankan tubuhnya berdiri.
“sabar sayang…” ucap Papa Nabilah sambil
mengelus punggung anaknya.
“Rena berjanji akan terus ada disamping aku
sampai aku maafin Rena. Aku belum maafin Rena sampai aku melihatnya. Jadi Rena
tidak mungkin pergi !!” ungkap Nabilah
masih terus menangis.
Melihat tingkah Nabilah, membuat orang tua Rena
kembali bersedih teramat sedih mendapatkan sosok sahabat Rena sedang menangis
histeris mencari sosok anaknya yang sudah berada jauh dari mereka semua.
“ini semua karena aku pah. tante
om maafin Nabilah, tante om boleh marah pada Nabilah. Harusnya Nabilah yang ada
di posisi itu, om tante !” Nabilah manyalahkan dirinya, ia benar-benar membenci
dirinya.
“bukan nak. Om dan tante tidak akan
menyalahkanmu. Semua ini karena takdir” ucap orang tua Rena sambil mengelus
kepala Nabilah kemudian membawanya kembali kekamar.
…..
0 comments:
Posting Komentar