“gimana kalau... kita minta tolongnya sama kak Kinal!”
usul Nabilah pada Ve, tapi Ve menggeleng “kenapa lagi? Tadi mau ke kak Stella sama yang lainnya, gak mau! Sekarang di ganti ke kak Kinal, masih gak mau juga! Jadi maunya kak Ve gimana? Ke siapa?!” Nabilah menggaruk kepalanya yang tidak gatal
“aduh Nabilah, kenapa kamu kayak orang gila!”
bisiknya melihat kelakuan Nabilah yang bertanya sendiri di jawab sendiri
“iyaa... lebih parah dari waktu itu… yang teriak-teriak gak jelas, terus lari-lari!”
sahut yang di sebelahnya sambil geleng-geleng.
“Kinal gak akan punya nomor HP mereka, Bil! Kamu kan tahu cerita Kinal gimana...” jelas Ve
“Nabilah tahu kak, meski belum semuanya! Tapi kan maksud Nabilah minta
tolong sama kak Kinal itu biar dia minta tolong lagi sama teman-teman
lainnya, gitu loh!! Akses kak Kinal ke murid yang di gedung SMA lebih
leluasa di banding Nabilah!”
“emm.. *Ve sok memikirkan* ya udah kita coba!”
“nah gitu dong, yuk ahh sekarang cari kak Kinal! Kalau pulangnya takut
kak Kinal keburu ngilang!!” Ve mengangguk, mereka berdua beranjak dari
bangku taman.
“eh, eh~ Chan, Chan.. Nabilah jalan tuh, cepetan cari tempat ngumpet!”
“i-ia Gab, (Ayana Celingukan) disana~ disana!” Gaby dan Ayana dengan cepat menuju tempat yang di tunjuk Ayana.
Setelah Nabilah keluar dari kelas, Ayana dan Gaby tak lama mengikuti
Nabilah dari belakang dengan jarak cukup aman untuk tidak terdeteksi
oleh Nabilah. Mereka berdua penasaran dengan keanehan tingkah sahabat
nya yang ompong itu, makanya keduanya merencanakan untuk menguntit
Nabilah dengan rencana yang sudah mereka susun pas tadi Nabilah sedang
menjalani hukuman benderanya.
Saat Nabilah dan Ve berjalan di
koridor SMA dengan tatapan murid-murid di gedung itu tertuju padanya. Ve
berbicara pada Nabilah dengan menunjuk ke arah koridor seberang yang
ada di depan kelas XII
“Bil, ada kak Sendy sama kak Rica tuh!”
“terus?” ucap Nabilah pelan, dengan matanya dia tetap arahkan kedepan,
agar murid yang sedang menatapnya tidak berpikir macam-macam setelah
pikiran mereka di penuhi kemacam-macaman lainnya karena melihat murid
SMP jalan di koridor gedung SMA.
“minta maaf aja dulu sama mereka!
Soal Kinal bisa nanti belakangan, dia kan bisa di cari ke rumahnya..
kalo kak Sendy sama kak Rica, susah!!” jelas Ve, Nabilah mengarahkan
matanya ke tempat yang di tunjuk Ve. Lalu kembali ke depan
“gak
ah! ke Kak Kinal aja, soal kak Sendy sama kak Rica bisa lebih gampang,
Kalo kita udah dapat nomornya. Otomatis bisa sekalian kita mintain maaf!
dan gak cuma 2murid tapi semua sekaligus!!” Nabilah bicara seperti
menggumam agar mulutnya tidak terbuka terlalu lebar.
“ahhh, bener juga tuh ide kamu!” jawab Ve
“makanya di otaknya jangan cuma ada rencana nge Bully aja!!”
“jaaah, malah ngeledek!”
“untung Nabilah ngeledeknya pas kakak gak keliatan, kalo masih normal.
Bisa-bisa malah Nabilah yang di ledek balik dan jadi korban bully nya
kakak!!” dengan senyum di sudut bibirnya Nabilah berucap.
“*sigh* hmm~ ledek aja terus!!”
-PERPUSTAKAAN-
“kak Kinal emang murid yang baik ya?, nongkrongnya aja di perpus!” bisik Nabilah pada Ve, yang di balas anggukan.
“bukan Cuma Kinal, kakak juga murid yang baik kok!” ucap Ve “dulu…
kita berdua suka ngabisin waktu di tempat ini, buat baca komik sambil
dengerin musik, terus sambil searching-searching juga!” Ve menerawang,
Nabilah mendengarkan dengan matanya menyisir setiap sudut yang ada di
perpustakaan modern itu (perpustnya gak lusuh kayak di film-film Hantu
kebanyakan, emang ini film hantu? Bukan! Cerita Hantu? Mm~ bukan juga!
kayaknya! :D)
“kita juga sering di tegur sama penjaga perpus,
karena suka berisik kalau udah ngomongin sesuatu! Atau kalau Kinal
membagi cerita lucunya!!”
“hmm~ kayaknya lebih asik temenan
ama kak Kinal ya kak? Ketimbang ama yang sekarang” Ve mengangguk, saat
dia akan kembali bicara, Nabilah keburu bicara duluan “kak, kak~ itu kak
Kinal” ucapnya sambil menunjuk, mereka berdua menghampiri Kinal.
Kinal yang menyadari kedatangan Nabilah segera mengarahkan bola matanya ke arah Nabilah
“Hai kak!” Nabilah melambaikan tangan kanannya dan berbisik
mengucapkan 'Hai' , Kinal diam sejenak mengingat wajah Nabilah dan..
mulutnya terbuka membentuk 'Ah' "kamu...?" Nabilah mengangguk padahal
Kinal belum selesai bicara
“aku Nabilah kak, kakak... kak Kinal
kan?” Nabilah sok akrab, Kinal mengangguk heran ‘kok dia tahu?’ “bisa
bicara sebentar gak kak?” lanjutnya meminta, tanpa banyak berpikir Kinal
kembali mengangguk. Inginnya Nabilah mengajak Kinal keluar tapi dia
merasa tidak enak, udah di bolehin ngomong sama Kinal aja Nabilah udah
bersyukur.
“umm~ Nabilah boleh minta tolong gak? sama kakak?” ~
“tolong? tolong apa?” ~ “Nabilah mau.. minta-- nomor telpon mereka kak!”
kata Nabilah mengajukan selembar kertas yang berisi nama-nama murid SMA
yang akan dia mintai maaf, Kinal menerima kertasnya dia membaca sekilas
lalu menggeleng “kakak gak punya nomor mereka!”
“kak Ve bilang juga apa Bil! Kinal gak akan punya nomor mereka!!” Nabilah mendelik Ve dengan sudut mata kanannya
(belajar dari kesalahan. Nabilah sedikit memanegement setiap tingkahnya
saat akan menjalin komunikasi dengan Ve, kalau tidak karena reflex
Nabilah tidak akan bicara. Dia Hanya akan menggunakan bahasa tubuhnya.)
“emm~ kalau kakak gak punya, kakak bisa gak? Bantuin Nabilah buat
dapetin nomor murid-murid yang ada di kertas itu?” Kinal mengangkat
kedua bola matanya seolah berkata 'huh? Siapa e..lo?!' lalu dia mulai
menjawab permintaan Nabilah
“aku gak bisa! Aku lagi sibuk!! Maaf ya~” katanya
“tapi kak, Nabilah mohon... Nabilah minta bantuannya kak Kinal!
Soalnya ini penting banget!! Dan.. Nabilah gak tahu lagi harus minta
tolong sama siapa!!!”
“hemph~ kakak gak bisa, dan gak akan pernah
bisa meminta nomor mereka! Kamu mending minta tolong sama yang lain aja
deh, siapa kek gitu? Atau… kamu ke Tata Usaha aja!! Biar lebih jelas!!!”
tanpa memberikan alasan yang jelas, Kinal menolak membantu Nabilah
padahal tadi pagi terlihat kalau Kinal itu baik meski dia tidak kenal
pada Nabilah, itu kenapa Nabilah memutuskan untuk meminta bantuan Kinal
yang juga sahabatnya Ve, orang yang sedang di bantunya.
“tapi kak
ini,-“ Kinal beranjak dari bangku di perpus dan meninggalkan Nabilah
tanpa mau lagi menghiraukan ucapan Nabilah, dia berjalan
“gimana nih, Bil! Kinal kayaknya marah sama kamu!!”
“tunggu kak!-- Kalau semua ini ada kaitannya sama kak Ve!!” Kinal
berhenti berjalan, “kalau Nabilah bilang nomor-nomor itu bisa menolong
kak Ve dari komanya?!” kinal mengerungkan keningnya masih membelakangi
Nabilah ‘apa maksud ucapan anak itu?’ pikir Kinal,
Ve mengharapkan
Kinal mau menolong Nabilah karena dengan begitu Ve akan tahu apa Kinal
marah padanya atau tidak?, setelah Ve mendengar ucapan Nabilah.
Kinal berbalik “Nabilah, dengerin kak Kinal ya! Seperti tadi kakak
bilang... kakak gak bisa bantuin kamu untuk dapetin nomor-nomor itu,-" ~
“sekalipun itu untuk kepentingannya kak Ve?” potong Nabilah “ya!
Sekalipun itu untuk kepentingannya… Ve!!” Kinal mengucapkannya dengan
begitu jelas, Ve begitu terkejut mendengar pernyataan Kinal.
“tapi.-“ ~ “udah, gak usah ada kata tapi lagi, kak Kinal bilang gak! Itu
artinya GAK!!” giliran Kinal yang memotong ucapan Nabilah. Kinal
kembali berjalan; Nabilah tidak mau menyerah, bukan karena Kinal menolak
permintaan tolongnya tapi karena Nabilah ingin tahu alasan penolakan
Kinal atas permintaannya padahal Nabilah sudah membawa nama sahabatnya
sendiri yaitu Ve. *posisi Kinal, Nabilah dan Ve sudah ada di luar
perpus*
“apa persahabatan kakak sama kak Ve dulu gak pernah
berarti?” Nabilah bicara di belakang Kinal yang terus berjalan “apa
hanya karena kak Ve bilang gak mau lagi temenan sama kakak, lantas kakak
menyerah dengan sikapnya kak Ve?” Nabilah belum menyerah... “tapi..
bukankah dulu juga salahnya kak Kinal sendiri? yang bilang sama kak
Stella, kak Dhike dan kak Yona kalau kakak sebenarnya sudah muak
berteman dengan anak orang kaya,,, seperti kak Ve!” kata-kata terakhir
Nabilah mampu membuat Kinal berhenti, tapi Nabilah masih terus bicara
tanpa melihat Kinal, karena Kinal berjalan dengan cukup cepat sampai
“dan.. kak Kinal juga bilang kalau kakak temenan sama kak Ve hanya
karena,-- *buuk* aduhhh...” Nabilah menabrak punggung Kinal, membuat
ucapan dan juga langkah kakinya terhenti, saat Nabilah mengusap
keningnya yang menabrak punggung Kinal, Kinal sudah menatapnya dan
bersiap bicara, Nabilah mengangkat kepalanya dan merasakan perasaan ciut
saat Kinal memberikan tatapannya.
“HEH! Tahu apa kamu soal aku
sama Ve? Kamu itu siapa? Gak usah sok tahu kalau jadi anak!!” ujar Kinal
cukup serius, membuat Nabilah menelan ludahnya sendiri; Ve masih
melihat ekspresi Kinal yang menurutnya ada kesedihan di balik
kemarahannya pada Nabilah. “JAWAB! Dari mana kamu tahu cerita kayak
gitu!??”
“d-dari kak Ve! Dari mana lagi Nabilah tahu soal kak
Kinal dan kak Ve kalau bukan dari kak Ve nya!!” karena panik di desak
Kinal, Nabilah jadi keceplosan mengucapkan kata-katanya.
Kinal melebarkan bola matanya.
“jangan bohong ya? Kamu pasti tahu dari Stella sama teman-temannya
kan?!” ~ “huh? K-kak Stella..” Nabilah menggeleng, Kinal menatap Nabilah
dengan kerungan dari wajahnya dan pikirannya terus menebak apa yang di
katakan Nabilah sebelumnya itu benar adanya? Tapi bagaimana mungkin Ve
bicara dengan anak yang ada di depannya, sementara Ve sedang terbaring
koma dan.. sebelum Ve koma, Ve selalu ada dengan Stella dan lainnya.
Tidak pernah Kinal lihat Ve dengan Nabilah. “siapa kamu sebenarnya?
Kenapa kamu tahu soal cerita itu…” kembali Kinal bertanya, karena sangat
penasaran dengan siapa Nabilah dan apa maksudnya.
“Nabilah tahu
dari kak Ve! Harus berapa kali lagi Nabilah ulang kalimat itu?
NABI..LAH, TAHU… DARI KA.K VE!! Gak usah liatin Nabilah kayak gitu?
Temen-temen kakak pada liatin kesini!” entah kerasukan apa yang pasti
bukan kerasukan Ve, Nabilah berani bicara dengan nada dia tekan kan
kearah Kinal yang masih menatapnya dengan tatapan pemburu. “kakak mau?
Disangka lagi nge bully Nabilah! Lihatlah wajah mereka…” ujar Nabilah
menunjukan dengan matanya kearah murid-murid yang memakai seragam SMA
“udah gak ada lagi queen witch disini!! Kecuali…,-” kata-kata Nabilah
terpotong karena ada seorang guru berjalan di koridor yang sama, tempat
dia dan Kinal berdiri. “ada guru kak, sebaiknya Nabilah pergi… takutnya
nanti disangka kak Kinal mau ngapa-ngapain Nabilah dan jadi masalah!!”
Kinal melihat kebelakang dan saat akan melihat lagi Nabilah, ternyata
Nabilah sudah melewatinya untuk pergi meninggalkan gedung SMA.
“jangan dulu pergi Bil, belum selesai! Gimana dengan Kinal!?”
“Nabilah gak tahu kak! Pikirin nanti aja!!” sahut Nabilah pada pertanyaan Ve
Nabilah terpaksa meninggalkan Kinal karena dia takut kalau Kinal akan
dapat masalah dengan pihak sekolah karena tahu sedang berhadapan dengan
Nabilah dengan gimik emosi meski tanpa kontak fisik yang berarti. Dan
belum lagi, waktu istirahat hampir habis. Kalau Nabilah masih beradu
argument dengan Kinal, yang ada nanti nomor HP tidak dapat, kata maaf
pun musnah.
“gimana dengan nomor HP?” Tanya Ve lagi “gimana
dengan meminta maaf pada Kinal?” Ve terus berbicara “Nabilah? gimana”
tapi Nabilah tetap tidak menanggapi, dia terus berjalan dan… akhirnya
dia sudah ada di luar gedung SMA.
Setelah diluar, nabilah mengitarkan matanya dan bicara pada Ve. Dengan sebelumnya menghela nafas
“*sigh* udah Nabilah bilang kak, kita pikirin itu nanti! Kalau Nabilah
tetap bertahan disana dan… dan terus berharap sama kak Kinal, waktu
kita keburu habis!! Kakak lihat sendiri kan? Gimana sikap kak Kinal!” Ve
bungkam dengan yang di katakan Nabilah, karena Ve tahu betul apa yang
dikatakan Nabilah itu memang benar.
“Ssss~ Kita ke rencana B,
kak!!” ucap Nabilah setelah beberapa detik terdiam “ayo kak, kita pergi
cari kak Jeje dan lainnya!” ajak Nabilah pada Ve, Ve pun mengangguk
tanpa pertanyaan karena melihat wajah Nabilah yang begitu serius dan
Tone dari ucapannya yang terdengar begitu perduli akan masalah dirinya,
Ve pun mengangguk dan bergegas pergi bersama Nabilah. meski di
pikirannya memunculkan pertanyaan, 'Nabilah punya rencana B? kapan dia
memikirkannya?'
*4menit Bell akan berbunyi*
‘kak Jeje
sama yang lainnya pasti ada di dekat lapangan basket dan voli’ pikiran
Nabilah terus mengarahkan kakinya untuk ketempat olah raga itu.
Sesampainya disana ternyata dugaan Nabilah benar. Jeje, Panda, dan
Frieska ada disana meski tanpa Delima.
“hai~ siang kak!” sapa Nabilah saat sudah ada di hadapan Panda dan Frieska, Jeje sedang bermain bola basket.
“Nabilah? Ada apa?” tanya Frieska
“Nabilah... ma..u~ mm--mi..nta to...long, boleh gak kak?!”
meski tiap kalimatnya lama Nabilah sampaikan tapi bisa selesai juga.
“tolong? tolong apa?” giliran Panda yang bertanya
“ini kak” Nabilah merogoh saku seragamnya dan menyodorkan secarik
kertas “Nabilah mau minta tolong! Nabilah~ mau minta nomor HP nya
kakak-kakak yang namanya ada di kertas itu. Bisa gak kak?” ucap Nabilah
kali ini tanpa ragu, karena dia tahu bell tanda istirahat habis akan
segera bunyi. Panda dan Frieska saling tukar pandang
“ada apa nih?”
Jeje datang menghampiri mereka dengan sisa keringat yang masih terlihat
di leher “hai, Bil!” sapanya kemudian pada Nabilah, Nabilah tersenyum
dan mengangguk menerima sapaan Jeje. Panda dan Frieska mengatakan pada
Jeje tentang maksud Nabilah, kini Jeje, Panda, dan Frieska yang saling
menukar pandang. Selang sepersekian detik Jeje pun mengeluarkan suaranya
“kita boleh tahu gak, nomor-nomor ini bakal kamu apain?” tanya Jeje
“mm~ Nabilah mau... meminta maaf sama mereka,
seperti yang Nabilah lakuin sama kak Jeje, kak Panda, kak Frieska, kak
Delima dan yang lainnya yang sudah-sudah” Nabilah memberikan
penjelasannya, Ve hanya bisa menyimak dan berharap penuh pada Jeje dan
teman-temannya untuk bisa membantu Nabilah agar dia bisa membantu
dirinya.
“kak, bisa gak? Nabilah dapat nomor mereka?! Waktu
istirahatnya udah hampir habis!!” tanya lagi Nabilah sedikit memaksa
kedengarannya.
“kalau di di sebutin satu-satu kelamaan, kayak yang kamu bilang istirahatnya udah hampir abis!”
“jadi?”
“nomor HP kamu berapa? Nanti kak Jeje sms ini nomor-nomornya!!”
“ah, s-serius kak! Ya udah, ini nomor Nabilah kak!!” Nabilah
menyebutkan nomornya dan Jeje menyimpan nomor si cerewet di phone
booknya.
“Ok, kamu tunggu aja... nanti kakak sms in nomornya!”
“ia kak! Makasih~ sekali lagi makasih kak~” setelah mengucapkan kata
terima kasih Nabilah lalu pamit untuk pergi karena bell istirahat sudah
berbunyi.
“kamu yakin Je, mau ngasih nomor mereka yang ada di
kertas itu?!” tanya Panda kemudian, setelah Nabilah menghilang dari
pandangannya
“apa boleh buat! Nabilah bakal susah di hentikan,
kalau toh kita gak ngasih nomornya dia pasti akan tanya ke teman-teman
lainnya~ jadi ya udah, kita kasih aja! Dia juga gak mungkin macam-macam
pakai nomor itu!! Iya kan?”
“iya, gue tahu! Bukan itu masalahnya,
tapi.. apa gak akan kenapa-kenapa kita ngasih nomor mereka ke Nabilah,
dan… saat Nabilah nanti minta maaf, lu yakin mereka gak akan pada
gimana-gimana sama tu anak! Secara dia minta maaf buat kakak sepupunya
yang begitu di benci sama murid di sini!” Panda berspekulasi menanggapi
Jeje.
“aku rasa gak akan ada apa-apa dan kenapa-kenapa, Nabilah
sepertinya anak yang cerdik. Dia bisa memilah kata saat dia berbicara,
so' ya… gak akan ruwet lah!!” dan Frieska menyusul menanggapi
“gue
setuju ama Frieska, si Nabilah bakal baik-baik aja! Kalau emang mau
mastiin, ya liat aja ntar apa yang di lakukan tu anak!!” Jeje kembali
buka suara dan setuju pada pemikiran Frieska. Panda pun mengangguk
“masuk kelas yuk? Keburu pa Zaid nyampe di kelas!” ajak Jeje kemudian.
-Di Kelas-
Nabilah duduk dengan sebelumnya melempar senyum pada Ayana dan Gaby,
karena bell sudah berbunyi dari tadi... *dret~ dret~* HP Nabilah
bergetar, saat akan mengambil HP nya guru IPA keburu datang. Tapi karena
penasaran Nabilah tetap mengambil HP yang ada di saku seragamnya
“Sut~ liatin gurunya kak, Ada SMS nih!!” Nabilah memberikan perintah pada Ve, Ve mengangguk.
‘Bil, kak Shania sama kak Beby udah bisa meyakinkan teman-teman lainnya untuk berkumpul di dekat taman sekolah!’
isi SMS dari Shania.
Nabilah meminta tolong pada Shania dan Beby untuk mengumpulkan
teman-temannya yang di gedung SMP, jumlah mereka memang tidak sebanyak
murid SMA yang pernah di sakiti Ve. Tapi karena rencana awal meminta
nomor HP murid SMA yang di perkirakan bisa di dapat sebelum istirahat
dan misi dapat di eksekusi sepulang sekolah gagal, jadi ya.. Nabilah
memutuskan untuk melancarkan rencana kedua yaitu meminta maaf terlebih
dulu pada murid-murid SMP. Shania dan Beby bisa gerak cepat untuk
meyakinkan teman-teman agar mau kumpul di tempat yang sudah di tentukan.
Nabilah menyeringai lalu mengetik balasan
‘:) makasih kak, makasih atas bantuannya! Pulangnya nanti Nabilah akan langsung ke taman!!’ *klik send*
Guru memulai materi pelajaran tepat setelah Nabilah mengirimkan pesan balasan.
Waktu memang begitu cepat berlalu, setelah pelajaran IPA yang lamanya
1,5jam, kemudian berganti lagi guru, dan akhirnya mereka mendengar bell
pulang. Nabilah cepat-cepat pamit pada Ayana dan Gaby untuk pulang
lebih dulu, lalu berjalan menuju taman sekolah, kedua sahabatnya itu
sengaja dengan cepat meng iyakan ucapan pamit Nabilah agar mereka bisa
kembali mengikuti Nabilah seperti saat istirahat tadi. Mereka berdua
ingin tahu lebih detail tentang apa yang sebenarnya sedang Nabilah
lakukan?, apa benar Nabilah bicara sendiri?, untuk apa Nabilah
mendatangi gedung SMA? Bukan baru sekali tapi 2kali!, yang paling
penting adalah apa yang Nabilah sembunyikan dari mereka?.
Beberapa menit Nabilah menunggu dan yang di tunggu pun mulai berdatangan
satu persatu sampai akhirnya datang semuanya.. murid SMP yang berjumlah
13orang. Sonia, Rena, Novinta, Olive, Uty, Sinka, Tata dan 6 murid
lainnya (disebutin satu-satu penuh *ngeles*:D ).
Saat mereka
menginjakan kakinya ditaman, dan melihat ada adik kelas mereka sudah
menunggu. Mereka heran kenapa mereka di suruh kumpul di tempat ini,
hingga gaduh lah sekitar taman itu dengan pertanyaan yang di lontarkan
antar satu sama lain. Beby dan Shania hanya menjadi penonton (maksudnya
mengantisipasi kalau-kalau Nabilah di...... sama seniornya) di belakang
tidak jauh dari posisi Nabilah, pun dengan Ayana dan Gaby yang sudah
bisa melihat murid-murid itu ada di sekitar Nabilah.
“Nabilah mau
ngapain ya Gab?” tanya Ayana, Gaby hanya bisa menggeleng. “eh, eh,, liat
deh Gab!” Ayana menunjukan tangan kanannya ke arah Shania dan Beby “itu
bukannya kak Shania sama kak Beby, ya?!” Gaby mengerung dan menscan
wajah orang yang di tunjuk Ayana dengan matanya
“iya, itu memang
mereka! Tapi mau ngapain kak Shania sama kak Beby ada di sana dan
ngeliatin Nabilah!?” Ayana diam lalu hanya menjawab
“Aneh?!” ~ “Banget!” sahut Gaby.
Saat Nabilah mulai bicara dengan basa-basinya pada ke 13 murid, Ayana
dan Gaby masih khusuk mendengarkan. Tapi saat Nabilah sampai pada inti
pembicaraan, bukan hanya ke13 murid itu yang kaget mendengar kalau
Nabilah meminta maaf atas nama Ve namun Ayana dan Gaby pun tak kalah
terkejutnya. Hingga akhirnya keberadaan keduanya bisa tersadari dan
terlihat oleh Nabilah.
“Aya...na?~ Ga...by?~” bisik Nabilah pelan
Melihat ke dua sahabatnya. Nabilah jadi bingung, melanjutkan maafnya
dengan menjawab pertanyaan senior SMP nya yang membanjiri taman, atau
berlari ke arah Gaby dan Ayana yang akan menghampiri dirinya dengan dari
wajah mereka sangat jelas tersirat keheranan?.
Shania dan Beby
yang melihat adegan itu, tanpa di komando atau tanpa dimintai
pertolongan oleh Nabilah langsung lari ke arah Ayana dan Gaby yang
bersiap menghampiri Nabilah di tengah orasi maafnya. Kedua sahabatnya
sudah ada yang menghandle dan sekarang tinggal Nabilah menyelesaikan apa
yang sudah dia mulai
“Ok, Ok! Tenang, Tenang,, kakak-kakak!!~ Nabilah akan jelasin, seeeeeeejelas mungkin sama kakak-kakak semuanya! Ya?!”
Ve melihat Nabilah dengan dari wajahnya terlukis guratan yang abstrak,
ekspresinya Ve bercampur; senang, sedih, khawatir, takut, putus asa.
Semua ada di wajah pucatnya yang sedang dia arahkan pada Nabilah.
“seperti yang kita semua tahu, kak Ve mengalami kecelakaan dan
dikabarkan koma,-“
“terus? Kenapa kamu minta maaf untuk dia!”
celetuk seorang murid bernama Novinta memotong ucapan Nabilah “bukankah
semua murid disini senang kalau kak Ve itu mengalami hal yang kayak
gini! Yaa.. anggap aja itu hukuman buat dia yang suka seenaknya!! Iya
kan teman-teman?!” tutup Novinta membuat beberapa murid lainnya saling
bersahutan menyambut ucapan Novinta; Nabilah mengerung mendengar ucapan
terakhir kakak kelasnya itu. “iya betul” ~ “apa yang di katakan Novinta
betul” ~ “heem, kak Ve gak pantas dapetin itu” ~ “bener-bener, semua
murid pasti senang kalau kak Ve gak balik lagi ke sekolah ini!” Novinta
tersenyum penuh kemenangan atas apa yang di ucapkannya yang ternyata
mendapat tanggapan yang ‘positif’ dari beberapa teman lainnya, Nabilah
menggelengkan kepalanya. Karena suara dari seniornya tidak juga reda,
Nabilah mengambil tindakan untuk menghentikan saling sahut ucapan
diantara mereka.
“STOPPPPPP! tenang lah, kakak-kakak semua!!”
Nabilah menghentikan saling sahut mereka yang semakin lama semakin
berisik “apa... kakak-kakak semua gak malu! Disini Nabilah berdiri
sebagai adik kelas kalian!! Hanya mendengar ucapan permintaan maaf yang
Nabilah sampaikan atas nama kak Ve yang belum selesai Nabilah utarakan,
kalian malah pada sibuk berspekulasi sendiri, sampai bicara seenaknya!”
murid-murid itu mendengarkan apa yang di katakan Nabilah.
“gak ada
yang bicara seenaknya disini! Justru kamu tuh, yang seenaknya. Nyuruh
Shania sama Beby buat ngumpulin kita disini, dengan alasan gak jelas.
Ehh~ gak tahunya mau minta maaf… atas nama kak Ve lagi! Siapanya kamu,
kak Ve itu?!” kembali Novinta bicara “ngapain kamu mau minta maaf atas
nama dia? Gak usah sok-sok an lah!!” Nabilah dan Novinta saling melempar
tatapan, Ve hanya bisa menonton dan berharap semua akan lancar seperti
sebelum-sebelumnya. “kamu gak tahu kan gimana rasanya di kerjain kak Ve?
Di permalukan di depan murid-murid lainnya sama dia!,-” ~
“iya!
Nabilah emang gak tahu gimana rasanya! Karena Nabilah belum pernah
berurusan dengan kak Ve untuk hal itu!! Tapi… bukan berarti Nabilah gak
bisa ngerasain apa yang dulu kakak semua alamin, dan.. apa dengan
sekarang kakak gak mau maafin kak Ve, lantas semua yang pernah kakak
rasakan itu terbalas dengan melihat kak Ve koma!” Nabilah menyela ucapan
Novinta
“bicara itu gampang! Apalagi kamu gak pernah ngerasain
langsung ada di posisi kita, iya kan teman-teman!?” beberapa murid yang
pro pada Novinta mengangguk sementara sisanya…
“bicara itu gak
pernah ada yang gampang kak, apa yang akan kita ucapkan itu butuh
keberanian untuk mengeluarkannya. Dan butuh pertanggungjawabannya juga!
Apa yang sudah Nabilah ucapkan tidak akan pernah bisa Nabilah tarik
lagi, bicara itu tetap ada konsekuensinya! Seperti ucapan kakak. Seperti
ucapan kak Ve yang sudah terllihat sekarang konsekuensi yang dia dapat.
Apa kayak gitu yang kakak bilang kalau bicara itu gampang!?” Novinta
diam.
Shania, Beby, Ayana dan Gaby melihat dari belakang dengan
sebelumnya Shania dan Beby bicara hingga membuat sahabat Nabilah itu
diam
“apa segitu sulitnya untuk memaafkan kesalahan orang lain!?
Apa kakak semua... gak pernah ngelakuin kesalahan?!” Nabilah mulai
menurunkan nada bicaranya, setelah Ve memberikannya bisikan agar Nabilah
bersikap tenang. Mereka semua diam, bungkam mendengar ucapan juniornya.
“um~ Nabilah..” seorang murid akhirnya ada yang bicara setelah ucapan
terakhir Nabilah. Dia bukan salah satu dari murid yang berisik saat
Novinta bicara. “aku… mau kok maafin kak Ve!” Nabilah kaget karena
senang. Begitupun Ve, Mendengar kata 'memaafkan sepertinya menjadi satu
hal yang melegakan untuk dirinya. “teman-teman~ coba deh kita pikirin,
gimana perasaan orang tuanya kak Ve melihat anaknya koma kayak gitu.
Mereka pasti sedih dan terpukul. Apa kita, yang ada di sekolah ini, yang
sama-sama memakai seragam, atribut, nama sekolah yang sama, gak bisa
punya rasa simpati sedikit untuk kondisinya kak Ve!” murid yang
diketahui bernama Sonia itu membantu Nabilah
“apa kamu yakin
Sonia, kalau orang tuanya kak Ve sedih akan kondisinya dia!!” murid yang
bernama Novinta, siswi kelas IX kembali dengan kesinisan dan
provokasinya. Nabilah yang memang dari tadi sudah gerah dengan setiap
ucapan provokasi yang diluncurkan Novinta, kembali berkata untuk
menanggapi
“gak ada orang tua yang gak perduli sama anaknya! Orang
tuanya kak Ve udah pasti sedih dan merasa terpukul dengan kejadian ini”
“oh ya? kalau emang iya, apa kamu pernah lihat orang tuanya ada menjenguk kak Ve di rumah sakit!?” ~
“apa kak Novinta juga pernah lihat orang tuanya kak Ve gak sedih dengan kondisinya kak Ve!!?”
apa yang Ve lakukan dulu pada Novinta sepertinya masih menyisakan
segores luka yang masih belum tertutup di dalam hatinya yang terus dia
ingat, se..pertinya.
“kenapa sih? Kamu kekeuh banget mau minta maaf untuk kak Ve!?” Novinta bertanya pada Nabilah
“kenapa juga kak Novinta kekeuh banget menyiratkan kalau kak Ve gak
pantas buat di maafin!?” jawab Nabilah dengan menanyakan lagi pertanyaan
yang di lontarkan Novinta.
“udah, Bil! Gak perlu terus berdebat dengan Novinta! Waktu kita… !” Ve mengingatkan pada Nabilah.
“terserah kalian lah, kalau memang kalian pada mau maafin kak Ve. Tapi
aku enggak, aku gak akan pernah bisa maafin kak Ve!” ucap Novinta lalu
pergi meninggalkan Nabilah dan yang lainnya. Shania, Beby, Ayana, dan
Gaby saling menukar pandang.
Nabilah membiarkan Novinta
pergi, setelah itu dia mulai lagi dari awal acara permintaan maaf nya.
Nabilah menjelaskan lagi dari awal, penjelasan kenapa dia mau meminta
maaf untuk Ve dan dengan bantuan Sonia yang tadi sempat mengucapkan
sebuah kalimat, akhirnya mereka pun mau melapangkan hati mereka dan
memaafkan Ve dengan ketulusan untuk mengubur dan melupakan apa yang
sudah pernah Ve perbuat pada mereka di waktu yang lalu. Sementara untuk
Novinta sendiri, Nabilah akan membiarkan dulu dia tenang dan bisa
berpikir jernih untuk memulai kembali percakapan dengannya. Sudah
Nabilah catat dalam pikirannya rencana setelah ini dan waktu yang akan
dia gunakan untuk menghampiri Novinta.
Taman labirin mulai di
tinggalkan oleh murid-murid SMP dan tersisa Nabilah, Ve, Shania, Beby,
Ayana, dan Gaby di sana. Nabilah melihat kedua sahabatnya lalu berjalan
menghampiri mereka dengan sebelumnya mengambil nafas dalam-dalam dan
mengeluarkannya, untuk membuat hatinya tenang.
“hai.. Achan~ Gaby~” ucap Nabilah,
“yang tadi kamu lakuin itu..” Ayana tidak membalas sapaan Nabilah, dia
langsung bertanya “yang aku sama Gaby dengerin itu… Se..rius? kamu..
meminta maaf sama murid yang pernah kak Ve sakitin?!” karena sudah tahu
sedikit cerita dari Shania dan Beby.
“terus~ kata kak Shania sama
kak Beby, kamu itu.. sepupunya kak Ve! Benarkah? Kamu.. sepupunya!”
tambah Gaby semakin membuat Nabailah terpojok dengan pertanyaan
sahabatnya. Baru Nabilah akan buka mulut “mm~ sorry, bukan mau nyela
tapi, karena disini udah beres.. jadi aku sama Shania pamit duluan.
Oo..k!” kata Beby yang melihat keseriusan di wajah Ayana dan Gaby yang
menanti jawaban Nabilah, lalu melihat wajah Nabilah yang bingung
memikirkan apa yang akan dia katakana pada kedua orang yang
memberondonginya dengan pertanyaan.
Bersambung lagi.. ^_^ cape ngetik :D
Aku tunggu kicauannya ya.. Arigatou :)
Maaf Kalau membosankan!! ^_^a
0 comments:
Posting Komentar