Selasa, 23 April 2013

Friendship Candy -2nd Chance (48jam, 48nama)- 4th~Chapter

"Nabilah! Bahasannya gak ada yang lain apa?" kata Ayana sambil mengusap-usap tangan kanannya karena dingin, Gaby mengangguk pertanda setuju dengan ucapan Ayana. Nabilah masih memainkan ekspresi wajahnya, lalu... "Hahahahaaaaaaa..." suara tawa Nabilah pecah "lucu! Hahahaaa.. this is so cute man! Lihatlah wajah kalian berdua? Wahahaaaaa..."
Ayana dan Gaby mengerung melihat tingkah Nabilah yang tertawa sendiri dengan objek tertawaannya mereka.
"aku cuma bercanda kali, lagian mana ada orang yang lagi koma rohnya bisa jalan-jalan! Apalagi sampai minta tolong!! Hahahahaaa" ucap Nabilah di sela tawa jahilnya
"gak lucu sumpah!" kata Gaby
"bener Gab, yang ada itu Jayus!! Si Nabilah becandanya nya gak lihat suasana!!! Kalo apa yang dia ucapkan jadi kenyataan gimana coba?" Nabilah berhenti tertawa "ya aku hadapin lah! Dari pada dihindari tapi gak terhindar-terhindar!!" jawab Nabilah dengan entengnya
"kayak yang berani aja? Sama-sama penakut juga!!" Gaby meledek Nabilah dengan nada setengah kesal karena bercandanya Nabilah tidak Lucu (diluar Hujan deras ditemani petir dan gemuruh, di kasih plus. kejadian hujannya hari Kamis, malam Jumat).

**-Keesokan Harinya-
Nabilah seperti biasa pergi ke sekolah dengan kali ini di antar oleh Melody, karena papa sedang di luar kota. (Ve ikut di mobil, dia duduk di seat belakang) Saat mobil sudah meluncur meninggalkan pekarangan rumah, Ve dan juga Melody bertanya secara berbarengan sampai membuat Nabilah bingung harus menjawab yang mana dulu.
"hemm, ok! Nabilah bingung, harus jawab yang mana dulu?"
(Ve tidak heran, tapi Melody heran)
"bingung? Kak Melody kan cuma nanya satu kali! Kok kamu bingung?" ~ "aduh, sekarang Nabilah lupa~ kak Melody kan gak bisa liat atau denger kak Ve ya!" Melody baru mengerti dengan yang di ucapkan Nabilah saat membawa nama Ve.
"aku jawab dulu pertanyaan kak Melody, setelah itu pertanyaannya kak Ve!" Ve mengangguk-angguk, Melody melihat-lihat ke seat belakang dari spion atas.
"kak Ve? Dia ada disini dek?" tanya Melody, Nabilah mengangguk
"dia selalu ada dimana Nabilah ada kak! Hmm~ arwah yang rese!" Ve mendelik Nabilah "sudahlah, skip~ mau di jawab gak pertanyaannya?" tanya Nabilah pada keduanya, Melody dan Ve mengangguk. "ceilee~ kompakan banget ngangguknya!" dengan tersenyum Nabilah berucap membuat Melody melihat kearahnya lalu ke belakang (sudah beberapa kali Melody melihat ke seat belakang, tapi dia tetap tidakdapat melihat apapun)
"selain arwahnya kak Ve... Nabilah belum pernah liat arwah lain kak! Kalo pun liat, Nabilah gak tahu bakal ngapain!! Apalagi kalo wajah mereka kayak di drama-drama~ hiiii, pingsan lagi aku nanti!!" Nabilah menjawab pertanyaan Melody
"huh? kok bisa? Kan kata papa, kalo kakek bisa lihat apapun yang ada di sekitarnya yang kasat mata! Which is, banyak dong yang kakek lihat dari gift nya itu!" panjang lebar Melody mengutarakan keheranannya (matanya fokus ke jalan), Nabilah mengangkat kedua bahunya "belum waktunya kali Nabilah lihat semua!" berhenti sejenak "lagian.. kakak kok kayaknya gak suka sih Nabilah gak liat arwah lainnya!!" komplen Nabilah melihat kearah Melody
"ia~ bukan gitu dek, kakak cuman heran aja! Soalnya ya... apa yang di ceritakan papa itu, kayaknya rame tuh... bisa lihat sesuatu yang orang lain gak bisa lihat!! Udah kayak di tipi-tipi hasil shooting!!!" Melody menghayal andai dirinya yang dapat gift
"nih kak, aku bakalan dengan sangat senang hati ngasih gift aku sama kakak, kalo kakak pikir bisa ngeliat sesuatu yang orang lain gak bisa liat itu RAME!!" ucap Nabilah dengan memberikan tekanan di kata 'rame' Melody tidak berbicara lagi dia hanya mengulaskan senyum mendengar adiknya bicara.

"Nabilah, pertanyaan kak Ve kapan di jawab?" giliran Ve yang komplen karena Nabilah belum menanggapinya
"elah~ protes lagi ni arwah (Melody mendengar Nabilah) tuh... protesnya sama kak Melody, karena dari tadi ngomong mulu!!" Melody melihat Nabilah dengan di wajahnya tersirat 'kenapa aku?'
"ya udah, kakak kamu kan udah gak bicara lagi. Sekarang kamu jawab dong pertanyaan ka Ve! Kamu mau kan, entar pulang sekolah kita ke rumah kakak dulu!" lanjut Ve, Nabilah berpikir sejenak lalu menjawab
"liat entar deh yah kak, kalo ada waktu.. Nabilah main dulu ke rumahnya kakak" (Melody hanya menyimak adiknya yang sedang bicara sendiri) "tapi kalo gak ada! Nabilah harus langsung pulang, soalnya mama bisa marah kalo Nabilah pulang telat tanpa alasan yang jelas! Ia kan kak Melo?" Nabilah mengakhiri jawaban untuk Ve dengan pertanyaan pada kakak nya
"hah? Ii~ia.. itu... itu udah peraturan yang ada di rumah kami!! He..heheu.." Melody menjawab dengan senyum tak karuan menyelimuti wajahnya yang cantik, karena dia tidak tahu untuk sosok yang mana dia menjawab.
"tuh~ denger sendiri kan? Kakak aku bilang apa?!" ~ "um~ ya udah sekarang kamu minta izin sama kak Melody biar nanti kak Melody yang izinin kamu ke mama!" usul Ve "kak Ve kekeuh banget sih mau aku main ke rumah kakak!" ujar Nabilah
"kamu... mau main ke rumah Ve?" Melody meng intrupsi,
"aku di ajak sama kak Ve pulang sekolah nanti Mampir dulu ke rumahnya kak Ve, gak tahu deh mau ngapain?!" (Melody hanya bisa mengucapkan Oooh)
"kak Ve ngajak kamu ke rumah itu... buat ngambil beberapa barang milik murid yang pernah kakak kerjain! Ya... itu kan pasti bisa berguna saat nanti kamu memulai misi kita!" jelas Ve, Nabilah menanggapi ucapan Ve dengan gimik dan nada Alay "Hei? Misi kita? Misi lu aja kali! Gue sih enggak!"
(Mulut Melody diam terkunci saat mendengarkan adiknya asik bicara sendiri. 'kembali aku bertanya pada penulis, Cerita apa ini sebenarnya?!!' kata Melody dengan menggeleng-gelengkan kepalanya).

Nabilah bisa biasa saja ngobrol sama Ve kalau dia sedang di dekat papa, mama atupun Melody yang memang sudah tahu tentang giftnya. Sedangkan kalau lagi di dekat teman-temannya ataupun sahabat-sahabatnya Nabilah lebih berhati-hati saat akan bicara atau menanggapi Ve (Sebenarnya Nabilah lebih banyak bicara ketimbang Ve yang sedang punya masalahnya, dan Ve hanya bisa menyimak dengan sesekali tertawa mendengar celotehan si cerewet yang penakut ini.)

Sampai di sekolah Nabilah hidup seperti biasa, menjalani aktifitas hariannya di sekolah yang berkapasitas menampung 480 orang pelajar dengan di bantu staff dan pengajar yang jumlahnya ada 48 lebih di SMP dan juga SMA. Nabilah di sambut Ayana dan Gaby; Nabilah mejahili teman-temannya; Nabilah yang tidak bisa diam saat pelajaran dimulai (aktif bertanya dan meng gerecoki guru saat sedang membahas materi). Sampai tiba di waktu istirahat untuk menghabiskan bekal makannya dan berbagi cerita dari berita J, gosip K, Video T... dan lain-lainnya. Hingga tak terasa bell kembali meraung menandakan semua murid untuk kembali ke aktifitasnya di kelas. 1jam~ 2jam~ 3jam~ 4jam dan... Tibalah keramaian dan kegaduhan murid-murid perempuan itu saat mereka keluar dari kelasnya menyambut ajakan bell pulang.
Ayana, Gaby dan Nabilah berpisah di depan gerbang sekolah; Ayana di jemput mama nya; Gaby di jemput kakaknya; dan tersisa Nabilah yang siap meluncur ke rumahnya Ve, setelah sebelumnya saat istirahat tadi menyetujui ajakan Ve, yang memaksa (biasanya Nabilah nebeng pulang sama Ayana).

"Waaaaaaa!! Ini rumah?!" Nabilah menganga dengan matanya dia pakai menjamah setiap sudut rumah yang begitu sangat amat besar dengan gaya masa kini dipadu dengan sentuhan masa lalu tapi begitu terlihat artistik dan fantastik. Gerbang yang terlihat kokoh dengan sentuhan warna dark gold menjulang tinggi hampir 4meter (gile... tu keluarga niat amat ya memencilkan diri <- opini penulis), halaman luas seperti di istana bogor (padahal penulis belum pernah liat istana bogor yang sempat di serbu air *banjir maksudnya*), di samping gerbang yang tinggi ada segaris gerbang yang bisa dipakai untuk keluar masuk manusia (2nd gate) yang di hadapannya ada pintu lain menuju sebuah bangunan yang memanjang kebelakang (pos satpam sekaligus mess nya) dengan dua orang duduk tegap didalam, berpakaian putih biru dengan topi bertuliskan 'SECURITY'
"ck, ck, ck.. luarnya aja kek gini! Gimana dalemnya ya? Haaaaa" Nabilah kembali cengo setelah mengutarakan ke kagumannya, Ve yang melihat ekspresi Nabilah hanya bisa tertawa kecil (Nabilah sangat lucu saat berekspresi cengo seperti itu)
"ya udah~ kalo mau tahu dalemnya kita masuk.. yuk!" ajak Ve
"e, e,, eh~ tunggu-tunggu! Kak Ve yang CanTik!! Emang Nabilah ini siapa? Bisa main masuk-masuk aja ke rumahnya kak Ve yang udah kayak istana ini? Heh!?" Nabilah menghentikan langkah Ve yang mulai berjalan
"kamu bilang aja, kamu temennya kakak! Entar juga tu security bakal bukain gerbangnya!" ucap Ve dengan sangat entengnya 'Adduh! Ni arwah kumat lagi loading nya!!' pikir Nabilah sambil menepuk jidat, Ve tidak menghiraukan ekspresi Nabilah dia masuk menembus gerbang dan mendekati 2security yang sedang menonton sinema televisi, Nabilah hanya bisa mengeluarkan ekspresi lemes karena melihat si arwah yang entah akan melakukan apa dan entah apa yang ada dipikirannya si arwah saat itu. Nabilah hanya bisa memperhatikan gerak-gerik Ve lalu,, detik berikutnya Nabilah melebarkan matanya karena melihat Ve setengah berjongkok di belakang security dan sepertinya membisikan sesuatu di tengah-tengah ke 2 security yang sedang asik menonton ditemani gorengan itu.
Tak lama setelah Ve berbisik security itu melihat ke arah Nabilah yang masih berdiri melihat Ve. Ve yang ada di belakang security mengangkat kedua jempol tangannya sambil tersenyum lebar, seperti memberikan sebuah kode kalau security sudah bisa di jinakan (dipikir hewan kali ya? Di jinakan!) *penulis kehabisan kata-kata*

Security satu membuka 2nd gate, dan security 2 menghampiri Nabilah seraya berkata "silahkan non, langsung masuk saja! Kamarnya nona Jessica ada di lantai 2 pojok kanan yang pintunya berwarna biru langit!" Nabilah hanya bisa meng ia kan kata-kata si security yang tampangnya seperti habis di hipnotis.
Nabilah berjalan memasuki halaman 'istana' nya Ve
"kakak bisikan apa sama mereka? Sampai mereka bukain gerbangnya" tanya Nabilah penasaran
"hmm~ kasih tahu gak ya?" Nabilah mendelik diikuti kerutan di dahinya "haahaaa.. Lucuuuu!" Ve tertawa ke arah Nabilah, lalu melanjutkan lagi untuk menjawab "eem~ kak Ve itu bisikin.....,--- ntar aja deh kalo udah nyampe di kamar! Ok ;)" Ve mengedipkan mata kanannya pada Nabilah "ishhh! Ck~ bodo amat deh!!" jawab Nabilah kesal, mereka berdua berjalan menuju rumah yang jarak dari depan (gerbang) sampai ke depan pintu rumah itu kira-kira 4meter.
Nabilah dan Ve sampai di depan pintu rumah, belum Nabilah memencet bell, pintu sudah terbuka dengan seorang wanita yang sudah beUmur (Tua) berdiri di depan pintu itu. pakaian nya terlihat sangat rapi
"kamu siapa?!" tanya wanita itu dengan ekspresi datarnya
"um~ aku-- Nama aku Nabilah! Aku... Aku" belum selesai Nabilah mengungkapkan alasannya, wanita itu tiba-tiba mengajak Nabilah untuk masuk. Nabilah cukup heran kali ini, karena dia tidak melihat Ve bergerak dari sampingnya untuk membisikan sesuatu seperti pada security di depan.
"masuklah, bibi antarkan kamu ke kamar nya nona Vera!" kali ini wanita itu tersenyum lembut pada Nabilah, lalu mengarahkan pandangannya pada sebelah kanan Nabilah masih dengan senyumnya. Nabilah hanya bisa senyum seadanya, dan Ve.. Air mukanya terlihat sedih saat melihat bibi itu.
si bibi yang wajahnya terlihat lelah dan sedih dalam balutan ke datarannya tidak banyak bicara saat mengantar Nabilah ke kamar Ve yang tadi dia sebut dengan nama 'Vera'.
"ini kamarnya non Vera!" bibi tersenyum "masuklah.." Nabilah membungkukan kepalanya sambil tersenyum, saat Nabilah akan melangkahkan kakinya memasuki pintu berwarna biru langit dia merasakan sentuhan di pundaknya. Nabilah menoleh "terima kasih ya nak, kamu mau bantu nona Vera!" suara si bibi terdengar serak. Nabilah tidak mengucapkan apapun, dia hanya bisa melebarkan kedua matanya lalu tersenyum. Si bibi membalas senyum Nabilah lalu pergi meninggalkan Nabilah.
"apa... dia bisa lihat kakak?" tanya Nabilah pada Ve, dengan masih melihat punggung bibi yang berjalan menjauhinya dan juga Ve. Karena tidak mendapat jawaban dari si arwah (Ve) Nabilah pun langsung mengalihkan pandangannya pada Ve dan... betapa terkejutnya Nabilah saat melihat Ve yang terlihat begitu sangat bersedih.
"kakak kenapa? Kok sedih?!" Nabilah terlihat iba (si cerewet bisa juga terbuai suasana). Ve hanya menggeleng, lalu mengisyaratkan pada Nabilah untuk masuk ke kamarnya.
saat di kamar, Kembali Nabilah menganga, melongo, bikin wajahnya terlihat sangat 'bodoh' karena sedang mengagumi sesuatu yang terlihat sangat WAaaW ketika dia berdiri di kamar Ve yang ukurannya 4x lebih besar dari kamar Nabilah di rumah (kamar Nabilah ukurannya besar, dan sekarang saat dia berdiri di kamar Ve....!? *bayangin aja sendiri*) Nabilah hanya bisa mengagumi setiap sudut dari kamar yang memiliki kamar mandi sendiri di dalamnya ini.
Ada sebuah tempat tidur berukuran King Size dengan bed cover berwarna biru, ada sebuah pintu slide dengan tertutup gorden tipis (sengaja di buka agar ada sinar yang masuk ke kamar yang sedang di tinggal oleh penghuninya ini) yang merupakan akses ke balkon depan dengan suguhan pemandangan sebuah gunung yang saaaaangat jauh di depan sana, sebuah Home Theatre lengkap dengan speaker yang begitu terlihat 'gagah', komputer dengan layar LCD 17" belum lagi adanya laptop pribadi yang tersimpan rapih di atas tempat tidur dengan di sebelahnya sebuah ipod dan ipad, sebuah meja belajar yang tidak jauh dari meja komputer, lemari dengan 8pintu, dan yang paling menarik perhatian Nabilah di kamar itu adalah adanya sebuah lemari dengan isinya deretan Novel dan Komik lemarinya sangat besar untuk bisa menampung novel dan komik yang jumlahnya tidak bisa di hitung dengan waktu hitungan menit.
"uuwaaaaa, lemari yang ini keren!" ujar Nabilah sudah berdiri di hadapan lemari "aku boleh lihat-lihat kak?" Ve mengangguk dengan senyumnya dan sedikit bicara "jangan cuma di lihat, dibaca aja biar kamu tahu isinya!" Nabilah kaget karena senang
"aku boleh baca koleksian kakak ini?" Nabilah begitu antusias, Ve mengangguk. Nabilah memainkan matanya membaca setiap judul Novel yang berjejer rapi sesuai abjad. Sementara Ve melihat-lihat kondisi kamarnya yang terlihat bersih dan rapih, Ve tahu siapa yang membereskan tempat sakralnya ini. Lagi-lagi wajah Ve menyiratkan kesedihan, kali ini saat kebetulan Nabilah melihat gambaran di wajah Ve dia langsung bertanya dan mengalihkan seluruh pandangannya pada Ve.
"dari tadi setelah kita ketemu sama si bibi, kak Ve jadi keliatan sedih gitu? Ada apa kak?" tanya Nabilah
"kak Ve kangen sama ini semua Nabilah! Kakak mau balik lagi, kakak siap berubah dan merubah kebiasaan buruk kakak di masa lalu" nadanya begitu terdengar penuh penyesalan "meskipun papa sama mama jarang merhatiin kak Ve! Kak Ve akan tetap bersikap baik dan tidak akan lagi berbuat macam-macam~ kak Ve mau kesempatan ke dua Nabilah, kakak siap menerima kesempatan kedua itu!" Nabilah yang tidak mengerti dengan apa yang di utarakan Ve hanya bisa merasa kasihan saat mendengar kata-kata 'meskipun papa dan mama jarang merhatiin' "dan bibi rumaya... kakak kangen sama bibi, kakak gak pernah bisa bersikap baik sama bibi! Tapi bibi selalu memperlakukan kakak dengan sangat istimewa, hanya dia yang perduli sama kakak!!" Ve tertunduk menceritakan kilasan masa lalunya "dari kak Ve bayi sampai kakak sebesar ini~ bibi yang selalu ada di samping kakak, dia bahkan lebih tahu gimana kakak ketimbang orang tua kakak sendiri!" Nabilah semakin kasihan sama arwah Ve yang begitu sangat terdengar kesepian di balik limpahan kemewahan yang dia miliki. (memang ya~ manusia itu... kalo kaya susah, kalo miskin susah juga! Hmm... hidup mah di tengah-tengah aja deh)

-Hening sesaat, menyelimuti Ve dan juga Nabilah-

"jadi... yang tadi itu bibi pengasuhnya kak Ve?" Ve melihat Nabilah "dia itu... bukan cuma sekedar pengasuh kakak, dia sudah seperti seorang ibu! Tapi kakak tidak pernah menganggapnya bahkan malah selalu menyusahkannya!! Apa yang bibi lakuin buat kakak selalu kakak gak pernah puas dan malah membentak dia dengan seenaknya!!! Kakak benar-benar menyesali semua kelakuan kakak di masa lalu, Nabilah!"
"kak Ve yang sabar ya... Tuhan pasti sedang mempersiapkan yang indah buat kakak!" Nabilah tersenyum begitu manis untuk menghibur Ve "yang kemarin-kemarin kakak kubur aja! yang besok-besok akan datang baru kakak bangunin! Semangat kak!!" Nabilah mengepalkan tangan kanannya "Ayo semangat, kayak Nabilah gini.. SE~MANGATtt!" kembali Nabilah mengepalkan tangan kanannya dan dia angkat setingginya. Ve pun akhirnya ikut dengan tingkah yang sedang Nabilah perlihatkan, ada sedikit perasaan lega yang Ve rasa setelah bercerita dengan Nabilah.

Setelah mereka berdua tertawa dalam kata semangat, Ve pun mulai menunjukan barang-barang milik teman-temannya yang pernah dia jahili. Ada buku pelajaran bernamakan Olive; ada kaos olahraga yang kata Ve itu milik Della; ada sebuah gantungan boneka bear yang di tangahnya ada inisial K; ada cukup banyak barang dengan macam-macam bentuknya dan juga nama pemilik yang di sebutkan Ve sampai ada sebuah kostum ala-ala jepang yang Ve simpan dalam sebuah kotak. Barang-barang nya masih utuh, tidak ada yang rusak atau cacat bekas di rusak. Nabilah hanya bisa menggeleng-geleng melihat barang-barang yang di tunjukan Ve
"sugoii~ kakak emang bully-er sejati dah! Ck,ck,ck.." ucapan Nabilah membuat kedua pipi Ve memerah karena malu. "lihat barang-barang ini..." Nabilah menunjukan tangannya "banyak kali!!.. tapi~ Nabilah heran kak? Barang sebanyak ini kok gak ada satupun yang rusak sih? Padahal kan ini barang hasil rampasan kakak saat nge bully!? Ia kan?" Ve mengangguk pelan lalu bercerita pada Nabilah
"ia, itu semua memang barang hasil bully! Kenapa gak ada yang rusak? Karena kakak gak pernah ngapa-ngapain barang-barang itu!" Nabilah heran dengan dari wajahnya tersirat 'hah? Kok bisa, terus.. buat apaan ni barang waktu itu diambil?' "hemm (Ve menghela nafas dalam-dalam) lagian... kakak ngelakuin semua itu (bully) cuma buat pelampiasan aja Nabilah!" Nabilah masih diam menyimak "kakak cuma mau papa sama mama merhatiin kakak! Itu kenapa kakak jadi anak yang bandel, suka ngerjain orang, jahatin temen-temen, em~ suka keluar malam-malam sampai pulang pagi buta... ya pokoknya ngelakuin semua yang bisa bikin perhatian papa sama mama tertuju sama kakak!!" Ve mengakhiri ceritanya dengan kembali menghela nafas, Nabilah merasa iba dengan cerita Ve tapi dia tidak tahu harus memberikan tanggapan apa. "ah~ udahlah! gak usah terus bahas hal itu.. sekarang saatnya kamu pulang, ini udah sore Bil! Nanti orang rumah hawatir sama kamu, secara kamu kan anak yang langka! Limited Edition gitu,,, hahahaa" tutur Ve dengan diakhiri candaan
"hmm- baru aja Nabilah ngerasa tersentuh dengan ceritanya kakak.." Nabilah memainkan ekspresinya ke arah Ve "eh malah di hapus sama candaan Jayusnya (Nabilah menekuk bibirnya) pake bilang Nabilah Limited Edition lagi!! Dipikir Nabilah apaan?!!" Ve tertawa renyah mendengar protesan dari bibir Nabilah yang belepotan saat mengucapkan kata-kata yang ada huruf R nya.

Mereka berdua keluar dari kamar besar itu dengan ditemani godaan Ve pada Nabilah, yang di tangannya membawa sebuah dus berukuran cukup besar. Nabilah pamit pada bibi rumaya dan dengan cepat bibi menyuruh supir di rumah itu untuk mengantarkan Nabilah pulang. Nabilah mencoba menolak karena tidak enak, tapi bibi di dukung Ve terus mendesak Nabilah agar mau di antarkan sampai akhirnya Nabilah pun kalah oleh desakan keduanya. Nabilah pulang di antar sebuah sedan MEWAH, selama perjalanan Nabilah tidak banyak bicara karena tidak mau kalau supirnya Ve mengira macam-macam pada Nabilah (gila maksudnya).

Bersambung lagi.. ^^
Aku tunggu kicauannya ya.. Arigatou :)
Maaf Kalau membosankan!!

1 comments: