CERITA SONYA part 2
Kulihat Sonya yang sedikit canggung dengan suasana di tempat ini, kugenggam tangannya dengan erat agar dia bisa merasa lebih nyaman.
“Coba kamu lihat langit disana. Terus kamu tutup mata kamu lalu dengarkan isi hati kamu” kataku yang mencoba menutup mata, Sonya mengkuti semua perkataanku matanya sudah tertutup
“Bicaralah pada hatimu sendiri. Anggap yang mendengar hatimu hanya langit disana” ucapku, kucoba membuka mataku dan memperhatikan Sonya. Batinku ingin sekali memeluknya dan memilikinya seutuhnya tapi aku terlalu takut untuk mengunggakapkan perasaanku ini padanya.
“Apa langit bisa mendengar keinginan kita?” tanyanya padaku
“Asalkan kamu lebih mengerti perasaan kamu pasti dia juga akan mengerti hati kamu” jawabku
“Apa langit diatas sana sama Langit disebelahku sama-sama mengerti perasaanku ?”perkataanya membuatku kaget dan bingung dengan maskudnya.
Tidak lama dia membuka matanya, sedikit leningan air mata yang mengenang antara kelopak matanya batinku berkeluh sendiri ‘Aku berusaha untuk mengertimu Sonya, aku hanya takut kamu yang tidak bisa mengerti perasaanku’
“Maaf…” ujarnya seperti malu aku tersenyum dan berusaha mendekatinya kubelai rambutnya yang panjang dengan lembut
“Aku akan selalu berusaha untuk mengerti kamu Sonya!” jawabku Sonya menatapku dalam tapi kubalas tatapannya dengan senyuman. Aku terhanyut dalam sebuah cerita yang terkadang aku tidak mengerti seperti apa jalan ceritanya, cerita yang dimana aku aku sebagai pemeran utamanya.
Kulihat darah yang keluar dari hidungnya Sonya, wajahnya kini berubah menjadi pucat “Sonya…” kataku ragu Sonya menunggu perkataanku, tapi reaksiku terlalu khawatir “Hidung kamu keluar darah” jelasku Sonya mencoba menghapus darah dari hidungnya, tangannya gemetar tubuhnya tidak bisa lagi seimbang dan matanya sekali-kali terbelalak. Tubuh Sonya terjatuh kearahku, dengan sigap aku menahan Sonya agar tidak terjatuh mengenai aspal. Sonya tidak sadar, darahnya terus saja keluar. Aku bingung, panik, dan takut jika terjadi apa-apa dengan Sonya.
Sonya sudah berada ditempat tidurnya, darahnya sudah tidak lagi keluar walaupun dia belum sadarkan diri sejak siang tadi. Aku benar-benar khawatir saat itu untung saja waktu itu Sonya pernah mengajakku untuk kerumahnaya, jadi aku tidak perlu bingung harus membawa dia kemana.
“Sonya, kamu kenapa ? Kenapa sampai sekarang kamu belum sadar ?” ujarku berbicara sendiri tapi tidak ada respon dari Sonya kupegang tangannya berharap dia bisa sadar
“Bangun Nya. Aku ada disini” lanjutku
Tiba-tiba pintu kamar terbuka kulihat Nabilah masuk dan langsung menghampiri Sonya
“Kak Panda, kenapa pingsan lagi ???” tanyanya yang langsung merocos
Nabilah memang anak cantik dan sepertinya cerdas, tapi melihat sikapnya ingin rasanya aku menjitak kepalanya. Apakah dia tidak melihat kakaknya sedang tidak sadarkan diri, kenapa harus bertanya dengan suara sangat keras.
“Nabilah kak Sonyakan lagi sakit, jadi pelan-pelan bicaranya” kataku ramah
Nabilah tertunduk dan memandangi kakaknya
“Kak Langit, apa kakak juga sering pingsan seperti kak Panda ?” tanyanya aku bingung dengan pertanyaan Nabilah, apa Sonya sering seperti ini.
Mengeluarkan darah dari hidungnya dan juga sering tidak sadarkan diri ?
“Enggak. Memang kak Sonya sering seperti ini yaa ?” tanyaku balik
Nabilah mengangguk “Katanya mamah kak Panda itu punya penyakit. Tapi aku gak tahu penyakit apa !” jawabnya yang kini tertidur disebelah Sonya
“Penyakit ? Maksud kamu kak Sonya sakit ? Sakit parah ?” tanyaku mengulang “Iya” jawabnya singkat
Pintu kamar kembali terbuka, kali ini yang masuk kekamar Sonya wanita paruh baya yang terlihat masih sehat dan pastinya cantik sama seperti anak-anaknya
“Nak Langit sudah makan ? Tante ambilin makanan untuk kamu yaaa” tanya ibunya Sonya padaku aku tersenyum “Ah tidak perlu repot-repot tante. Ini saja aku juga mau pulang!” jawabku mencoba bersikap ramah didepan ibunya Sonya
“Looh kok mau pulang ? Sonya saja belum sadar!” lanjut ibunya Sonya
“Iya kak Langit disini saja nemenin aku sama kak Panda” tambah Nabilah
aku bangkit dari kursi “Sudah sore tante aku harus pulang. Kalau Sonya sudah sadar titip salam saja” pamitku “Iya terima kasih yaaa nak Langit. Tante gak tahu bagaimana dengan Sonya tadi kalau tidak ada kamu”
“Sama-sama tante. Nabilah kak Langit pulang dulu ya” kataku yang berlalu dari kamar Sonya.
Diperjalanan aku terus memikirkan kondisi Sonya, perasaanku kacau hatiku terus mereka apakah Sonya sudah sadar. Perkataan Nabilah terus melintas diotakku, Sonya sakit ? Apa dia sakit parah ? Lalu kenapa dia tidak cerita kalau dia sakit parah ?. Bodohnya aku, aku hanya seorang teman. Bukan. bahkan aku hanya seorang lelaki yang mungkin hanya terlintas dikehidupan Sonya. Ingin rasanya aku kembali kerumah Sonya untuk memastikan apa dia sudah sadar ? apa dia sudah baikan ? tapi apa dayaku aku tidak mungkin kembali kerumah Sonya. Lebih baik esok hari saja aku menjenguk Sonya, semoga saja dia sudah sadar.
Bersambung
continue part 3
0 comments:
Posting Komentar