Hari minggu tiba, saat yang di nanti-nantikan setelah seminggu masuk sekolah. Shania melihat sepeda di depan rumahnya. Dia teringat kepada seseorang yang telah memberinya sepeda.
Setiap hari dia selalu memakai untuk berangkat maupun pulang sekolah. Ketika ke rumah teman dia pun selalu memakai sepeda itu. Dia teringat saat bersepeda berdua menuruni bukit. Dia memeluk seseorang yang memberikan sepeda untuknya.
Saat berteriak ketika menuruni bukit dengan dengan kencang. Dan ketika Shania memberi tissue ke orang itu karena hidungnya berdarah. Kini dia telah ke Australia. Sudah satu tahun Shania mengayuh sepeda sendiri tanpa seseorang itu.
Pagi yang cerah, mentari pagi menyinari sepesa. Shania menaiki sepeda dengan membawa sebuah botol yang berisikan air minum dan sepucuk surat dari seseorang. Bersepeda menanjaki bukit kenangan dengan sekuat tenaga. Angin pun mulai menghembus kemejanya, tapi terasa makin kurang cepat.
Dia berhenti di tengah jalan, mengambil botol minumannya. Lalu meminumnya sekitar tiga tegukan. Keringat menetes dari wajah manisnya. Dan Shania masih mengatur nafasnya.
Akhirnya Shania menyadari perasaan sebenarnya. Perasaan terhadap seseorang yang setahun sudah tidak ketemu. Ingin mengatakan sejujurnya bahwa dia juga merasa nyaman kalau berada di dekatnya, serta berdua dengannya.
Hanya di jalan itu dia akan terus menanjaki. Shania sadar bahwa dia berharga lebih dari siapapun. Tadinya dia ingin ungkapkan rasa itu. Tapi dia sadar, dia seorang wanita. Tak pantas mengutarakan kepada seorang pria.
Sampailah di atas bukit. Shania duduk di samping sepedanya. Mengambil sebuah pohon berisikan air minum. Dia meminumnya lagi. Keringat masih menetes, bahkan lebih banyak dari yang tadi. Dia mengatur nafas hingga teratur.
Mengambik sepucuk surat dan membaca nya. " Shania, maaf aku gak bisa ngomong langsung. Sepedanya gimana? Enak kan? Hem... Maaf, mulai semalam aku pindah ke Australia. Aku minta maaf banget sama kamu. Aku gak akan bisa ngomong langsung, aku benci perpisahan. Aku nyaman kalau ada di dekat kamu, berdua sama kamu. Maafkan aku Shania, ampunilah diriku ini yang tidak menyatakan cinta, aku adalah lelaki yang jahat. Aku gak kemana-kemana kok, cuma beda jarak aja sama kamu. Kalau kamu baca surat ini, kamu pasti udah nyobain rasanya naik sepeda itu tanpa aku. Aku harap kamu betah naik sepeda itu, sampai..... two years later. Pas aku balik buat kamu.
Shania meneteskan air mata saat membaca surat itu. Air keringat tadi telah berubah menjadi air mata. Nafas yang tadinya sudah mulai teratur menjadi sesak karena isak tangisannya. Dan Shania berjanji," Jika ku suka kan ku katakan suka, tak ku tutupi ku katakan sejujurnya, dari hatiku dengan tulus ku katakan." Jika nanti bertemu dengan seseorang tersebut.
Suara kicau burung merdu terdengar di telinga Shania. Shania masih menangis. Dia menoleh kebelakang, mendengar ada sesuatu yang mendekatinya. Dia berdiri dan mencari tau suara apa itu. Ternyata ada seorang wanita yang datang. Mungkin seumuran. Dan sepertinya baru kali ini Shania melihatnya.
" Hai, aku Nabilah, kamu siapa? "
" Aku Shania. "
" Maaf mengejutkanmu, aku tadi mendengar ada yang menangis, jadi aku mencarinya. Eh ternyata benar. Maaf aku orang baru disini. "
" Oh, pantesan aku tidak pernah melihatmu. "
Ternyata mereka berdua memang seumuran. Dan Nabilah juga sekolah di mana Shania bersekolah. Dan mulai besok dia masuk sekolah tersebut.
" Btw, ngapain kamu nangis? "
" Oh tidak kenapa kenapa. "
" Liat apa itu? " Nabilah mengambil surat itu dan membacanya. Selang beberapa detik dia meneteskan air mata.
" Lho? Kenapa kamu menangis juga Nabilah? "
" Aku dulu juga pernah meninggalkan seseorang. Dia sangat baik denganku. Setiap hari aku slalu berangkat bareng ke sekolah. Bercanda bersama, makan dan main bersama. Tapi semua berubah saat negara api menyerang."
" Eh, maksudnya datang seseorang diantara kami. Mbak Melody namanya, dia seumuran dengan Mas Iksan (seseorang yang ia tinggalkan)."
" Dia tetanggaku, rumahnya bersebelahan denganku. Memang dia lebih cantik, baik, dan lebih dewasa dariku. Mungkin itu yang membuat Mas Iksan lebih perhatian ke dia di banding sama aku."
" Perhatiannya ke aku mulai berkurang. Aku sangat sedih. Sebelum aku pindah kesini, aku berpamitan sama keluarga Mas Iksan. Namun Mas Iksan tidak diberitahu. Aku titipkan bingkisan ke Mbak Melody. Dia juga pernah bilang kalau Mas Iksan suka padaku. Tapi aku masih ragu."
" Namun aku mengungkapkannya dalam hati dan hanya lewat surat terakhirku. Aku berterima kasih ke Mbak Melody. Entah sekarang mereka jadian atau gimana? Aku tidak tahu lagi. Tapi jika aku bertemu dengannya aku akan berkata, " Kalau aku suka padanya, dan tak akan ku tutupi, ku katakan sejujurmya, dari hatiku dengan tulus ku katakan.. ' Aitakatta '.. "
Nabilah dan Shania berkata bersama. Mereka terkejut, karena mereka mengucakannya bersama.
" Wah, jadi kamu tahu lagu itu? " Tanya Nabilah
" Iyalah, itukan lagu JKT48 yang lagi ngetren itu kan? "
" Iya, bener banget tuh."
" Itukan juga prinsipku jika bertemu dengan seseorang yang ada di hatiku. "
" Wah, kita sama ya? "
Mereka tertawa dan bercanda bersama, serta menceritakan masa lalu mereka masing-masing. Hingga kini mereka masih belum tahu bagaimana keadaan seseorang yang ada disana. Nabilah menunjukkan ikat rambut yang di belikan seseorang yang ada di hatinya. Hanya itulah kenangan darinya.
Entah dia masih memakai jam tangan yang Nabilah berikan kepadanya atau tidak. Dan kelinci pemberiannya waktu ultahnya.
Shania juga menunjukkan sepeda yang di berikan sebelum berpisah. Mereka ingin sekali kembali ke masa lalu. Dan ingin bertemu ...
bersambung...
Penasaran dengan masa lalu Nabilah?
Iksan Kurniawan
@nustqiew
0 comments:
Posting Komentar