Rabu, 29 Mei 2013

Misteri 48 (Part 1)


Di suatu ketika, tinggalah sepasang kekasih yang saling setia, memahami satu sama lain, serta memiliki kehidupan yang sangat indah. Mereka telah menjalani kehidupan ini selama hampir lima tahun. Banyak cobaan dan kesusahan yang mereka hadapi disetiap harinya, tapi berkat kegigihan dan kekuatan cinta mereka, semuanya bisa dihadapi. Mereka menunjukkan bahwa cinta mereka mampu melalui apapun cobaan yang ada, semua itu juga berkat doa mereka kepada Tuhan untuk menghadapi semua itu. Mereka berkeliling dunia untuk mengajarkan kekuatan cinta dan membawa kebaikan bagi orang banyak, sehingga nama mereka sangat terkenal di seluruh penjuru dunia. Namun sayangnya, cerpen kali ini tidak menceritakan hal itu.

Cerpen kali ini mengisahkan misteri dibalik angka 48, yang kadang membawa keberuntungan dan kesialan. Dimana angka itu menjadi sebuah misteri yang belum terpecahkan sampai sekarang ini. Banyak siswa dari High School of Theater yang penasaran akan misteri angka itu. Setiap kali ada siswa yang hampir berhasil memecahkan misteri angka itu, siswa tersebut mengalami kesialan. Ia sakit di esok harinya, dan ketika sembuh, ia tidak ingat lagi akan apa yang ingin ia ungkapkan tentang misteri angka tersebut. Namun bagi mereka yang mencoba menghalangi siswa yang ingin menguak misteri dibalik angka itu, mereka selalu beruntung. Apa yang mereka inginkan sering kali didapatkan meskipun hasilnya tidak langsung.

Maka siswa dari sekolah itu memutuskan untuk mengirim perwakilan mereka dari setiap kelas, mulai kelas A-J mengirim dua wakil siswa tercerdas mereka untuk memecahkan kasus tersebut. Beberapa guru disana juga khawatir bila angka tersebut masih terus membawa sial, polisi yang mencoba memecahkannya pun selalu gagal. Bahkan sudah ada dua polisi yang tewas karena mencoba memecahkan kasus itu. Tapi semua orang disana yakin, ada orang jahat dibalik semua itu. Mereka belum tahu apa motif dari penjahat itu, dan apa tujuan darinya, maka dari itu secepat mungkin misteri angka 48 itu harus dipecahkan.
Dan dari sebuah pemikiran yang jernih dan rasional, siswa pilihan High School of Theater memulai tugas mereka..
"Theater dari siswa kelas G akan diadakan besuk Sabtu, jam 4 sore. Untuk siswa dari kelas lain, diperkenankan untuk menonton karena akan ada penonton dari luar juga. Dan untuk pertama kalinya, theater kali ini akan disaksikan oleh beberapa siswa study tour dari Australia, Thailand, dan Jepang yang datang ke Indonesia. Maka dari itu, esok hari semua siswa diharapkan bersikap baik dan sopan. Tunjukkanlah bahwa sekolah kita ini baik.." pengumuman dari salah satu guru yang ditujukkan pada tiap speaker di tiap kelas.
"Ohh, jadi besuk kelasnya Ghaida ya yang theater? Pasti bagus, dia sudah senior.." kata Sendy.
"Iya, kamu betul. Apalagi di kelas itu juga ada Beby, kamu pasti tahu totalitasnya saat menari dan akting.." jawab Mova.
"Tapi kok tumben sore ya? Berarti kita pulang lebih lama dong?" tanya Sendy.
"Hhaha.. Aku nggak tahu kalau masalah itu.." kata Mova.
"Hey, Sendy, Mova. Ikut kami sekarang ke aula.." ajak Kinal.

Maka Sendy dan Mova pun ikut Ve, Jeje, Kinal, dan Sonya ke aula. Sendy dan Mova perwakilan dari anak kelas B, Kinal dan Ve perwakilan dari kelas C, sementara Jeje dan Sonya dari kelas F. Perwakilan dari kelas A, D, E, G, H, I dan J sudah menunggu di aula.
"Eh, itu mereka.." kata Sonia sambil menengok ke beberapa orang yang datang.
"Mel, ini mereka udah dateng.." kata Kinal.
"Oke, thanks Nal. Apa semua udah lengkap? Coba aku cek dulu.. Kelas A, aku dan Frieska ada. Wakil kelas B Sendy, Mova?" tanya Melody.
"Ada.."
"Wakil kelas C, Kinal dan Ve udah ada. Kelas D, Shania dan Sonia?"
"Ada.."
"Wakil kelas E, Cindy dan Nabilah?"
"Ada.."
"Wakil kelas F Sonya dan Jeje ada. Wakil kelas G?"
"Karena Ghaida dan Beby persiapan untuk theater besuk, wakilnya diganti aku dan Delima." jelas Dhike.
"Ohh, oke. Apa Ghaida dan Beby udah tahu?" tanya Melody lagi.
"Udah Mel, mereka percaya kepada kami.." tambah Dhike.
"Baguslah. Sekarang, wakil kelas H, Stella dan Achan?"
"Mereka kayaknya belum ada Mel.." jawab Ve.
"Loh kemana? Ini masalah penting, kok nggak dateng sih.." ucap Melody.
"Kami hadir Mel. Hhehe, maaf tadi harus bangunin anak ini dari tidurnya dulu.." kata Stella dari depan pintu aula sambil menunjuk Achan.
"Baguslah Stell, aku kira kamu nggak dateng tadi.." jawab Melody.
"Pasti dateng untuk masalah seperti ini.." tambah Stella.
"Oke.. Sekarang dari kelas I, Gaby dan Rena?"
"Ada disini.." jawab Gaby.
"Terakhir, wakil kelas J, Diasta dan Rica?"
"Ada Mel.." jawab Rica.
"Sipp, karena semua udah ada sekarang kita harus buat rencana buat mecahin kasus angka 48 yang selama ini mengganggu sekolah kita ini. Kalian pasti juga udah tahu untuk apa kalian dikumpulkan disini. Kita semua nggak bisa terus diam dan membiarkan orang jahat dibalik angka itu terus berkeliaran di sekolah ini.." jelas Melody.
"Apa rencananya Mel?" tanya Cindy.
"Aku nggak bisa buat sendiri, aku butuh ide kalian semua.." kata Melody.
"Kalau nggak salah, orang itu mulai bertingkah pukul 4 sore. Sebelum kita semua pulang sekolah, selalu ada keanehan disetiap jam itu.." kata Dhike.
"Iya, itu bener. Dulu disekisaran jam itu, ada beberapa siswa dari kelas kami yang disekap di gudang sekolah. Untung penjaga sekolah tahu hal itu.." jelas Ve.
"Nggak cuman itu Ve, penjahat itu kadang juga bikin olah disekisaran jam 8 pagi.." tambah Rica.
"Hah? Emang pernah?" tanya Ve.
"Iya, waktu itu anak cowok kelas kami yang jadi korban. Dia dipukuli sampai babak belur dan masuk UGD selama tiga hari.." jelas Diasta.
"Hmm.. Kalau denger cerita kalian, motifnya mungkin siswa sekolah ini. Sasaran dia mungkin semua siswa disini.." kata Nabilah.
"Nabilah bener, mungkin semua siswa disini sasarannya. Tapi untuk apa? Apa untungnya buat dia?" tanya Frieska.
"Kita belum tahu. Tapi apa siswa yang jadi korban itu diambil barang-barangnya? Misal HP, jam, notebook, atau lainnya?" tanya Sonia.
"Kalau kata korban kelas cowok kami, semua barang berharganya hilang. Dompet, jam, HP, dan juga kalungnya.." jelas Ve.
"Sialan.. Berarti selain mencelakai siswa, orang itu juga ambil semua barang berharganya? Jahat banget.." kata Melody.
"Terus apa rencana kita Mel? Kamu kan ketua disini, secepat mungkin kita harus punya rencana buat semua ini.." kata Achan.
"Terlalu cepet Chan kalau kita bahas rencana sekarang.." kata Stella.
"Kok gitu Stell?" tanya Achan lagi.
"Apa kamu mau semakin banyak korban disini? Sementara salah satu dari siswa disini juga bisa jadi korbannya.." kata Mova.
"Iya Mova bener. Semakin lama orang itu semakin liar, dan semakin kita diem aja semakin banyak siswa yang jadi korban.." tambah Shania.
"Kalau gitu, sekarang kalian mau bikin rencana apa? Kalau kalian punya rencana hari ini juga, tanpa pikir panjang aku setuju.." kata Stella sambil senyum.
"Mel, apa nggak ada rencana? Terus ngapain kita kumpul disini kalau gitu?" tanya Delima.
"Bukan nggak ada, ada tapi nggak sekarang. Stella bener, kita belum punya bukti apapun dan fakta apapun buat kita jadiin rencana. Maka dari itu kita disini buat kumpulin semua informasi yang bisa kita dapet dari siswa disini tentang orang itu.." jelas Melody.
"Apa kita bikin rencana buat jebak orang itu aja Mel? Kita siapin tiap cowok kelas kita buat waspada, gimana?" tanya Frieska.
"Jangan, itu udah terlalu mainstream di sekolah kita. Udah banyak kelas yang cobain itu, dan semua gagal.." jelas Stella.
"Jadi kalau begitu, orang itu pasti ahli berkelahi ya? Cowok coba hajar dia aja gagal semua.." kata Nabilah.
"Bukan Bil, bukan ahli berkelahi. Cuman, dia pinter baca situasi.." kata Dhike.
"Maksud kamu Ke?" tanya Melody.
"Orang itu udah beberapa kali dijebak sama anak kelas kami, tapi selalu gagal. Justru anak kelas kami yang terpertangkap sendiri.." jelas Dhike.
"Berarti, dengan kata lain orang itu cerdas.." tambah Delima.
"Jadi gitu ya. Kita semua yang disini harus waspada, karena bisa aja kita yang selanjutnya.." kata Melody.
"Eh, Ca aku mau tanya, cowok kelas kalian yang jadi korban dan masuk ke UGD itu berapa orang?" tanya Stella.
"Kalau nggak salah sih 4 anak Stell.." jawab Rica.
"Hmm.. Gitu ya. Kalau cewek dikelas kamu yang disekap digudang itu berapa orang Ve?" tanya Stella lagi.
"Bentar, aku inget dulu.. Kayaknya 3 orang Stell.." kata Ve.
"Bukan 3 Ve, tapi 4 orang termasuk si Cleo juga.." jelas Kinal.
"Emang Cleo ada?" tanya Ve.
"Ada. Dia yang pertama disekap, dan yang pertama keluar dari gudang itu setelah diselametin sama pak penjaga sekolah.." jelas Kinal lagi.
"Maksudnya pertama gimana Nal?" tanya Melody.
"Dia itu yang iketan tangannya dilepasin pertama sama pak penjaga sekolah. Terus dia langsung pulang duluan.." kata Kinal.
"Dia nggak nangis gitu?" tanya Cindy.
"Enggak, dia kayaknya malah marah banget sama orang yang udah sekap dia disana.." jelas Kinal.
"Kalau marah ya jelaslah, namanya aja jadi korban, pasti ada perasaan marah.." kata Cindy.
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tanya soal jumlah korban tadi Stell?" tanya Melody.
"Hmm.. Nggak papa kok Mel. Kalau gitu, kita buat rencana aja buat theater kelas G besuk.." ajak Stella.
"Gimana Stell rencananya?" tanya Achan.
"Kursi yang ada untuk siswa kan 300. Tiap kelas kan duduk di deret kursi penonton yang beda, kelas A di paling ujung kanan, dan kelas J paling ujung kiri, nah masing-masing dari kita duduk di tengah dan depan tiap deret kelas kita sendiri. Barisan paling belakang deret kelas masing-masing diusahakan cowok. Satu kelas 30 siswa, satu deret ada 6 baris, dan satu baris ada 5 kursi. Jadi 5 cowok di belakang, 5 cowok dibaris depannya, terus selanjutnya campur, terus cowok dan 2 baris depan sisanya cewek. Gimana?" jelas Stella.
"Rencanamu bagus sih, tapi fungsi rencana ini untuk apa?" tanya Kinal.
"Stella bikin rencana buat antisipasi theater besuk, antisipasi kemanan siswa.." kata Melody.
"Maksudnya Mel?" tanya Jeje.
"Baris belakang cowok, itu untuk antisipasi kalau orang jahat itu dateng dari belakang. Dan barisan depannya juga cowok, itu untuk jagain siswa cewek dibaris depannya, juga bantuin siswa cowok dibelakang. Baris selanjutnya lagi cowok, itu buat antisipasi yang barisan tengah dan cewel-cewek di dua baris selanjutnya. Dengan kata lain, kita prioritasin untuk lindungin cewek lebih dulu, baru cowok. Bener kan Stell?" kata Melody.
"Bener Mel, pantesan kamu sama adik kamu masuk kelas A. Hhaha.." kata Stella.
"Enggak sampai segitunya kali Stell. Hhahaha.." kata Melody lagi.
"Aku setuju sama rencana sementara ini, cukup aman sih untuk antisipasi." tambah Sendy.
"Aku juga setuju.." kata Ve.
"Kami dari kelas J juga setuju.." kata Diasta.
"Oke, apa semuanya setuju?" tanya Melody.
"Tunggu Mel, apa nggak ada kemungkinan orang itu dateng dari depan?" tanya Rena.
"Iya Mel, kami dari kelas I kurang setuju. Kalau cewek duduk dibarisan paling depan, dan tiba-tiba aja orang itu dateng dari depan gimana?" tambah Gaby.
"Dibarisan paling depan siswa kan ada barisan penononton luar dan guru kan? Dan disetiap barisan itu dijaga sama satpam sekolah. Rencana kita ini cuman untuk jaga-jaga aja kok. Itu juga karena besuk ada beberapa penonton dari luar, orang jahat itu nggak mungkin lewatin kesempatan langka gini.." jelas Melody.
"Iya, lagian selama theater belum pernah terjadi keanehan. Kita buat rencana ini karena ini juga pertama kalinya theater diadakan sore, biasanya kan jam 10 pagi. Ini sore, belum lagi jam 4 sore. Waktu yang sering digunain orang itu buat beraksi.." tambah Stella.
"Terus gimana buat antisipasi penonton yang dari luar?" tanya Dhike.
"Kapasitas kursi buat penonton dari luar ada 100 orang, dan itu ada di depan sebelum deretan kursi guru dan tamu. Satu deretnya 10 orang, satu baris 5 kursi dan cuman terdiri dari 2 baris untuk tiap deret. Kayaknya susah buat orang itu ngincer penonton dari luar ataupun guru, karena disela deret penonton dan guru itu juga ada satpam yang jaga.." jelas Melody.
"Kalau menurut aku sih pengamanan besuk pasti lebih ketat, karena ada tamu dari luar. Bisa aja keamanan jadi dua kali lipat.." ucap Shania.
"Shania bener. Tapi kita juga harus buat keamanan kita sendiri.." tambah Nabilah.
"Sipp, bener. Kalian besuk bawa senter sendiri-sendiri ya? Ada kan?" kata Melody.
"Buat apa Mel?" tanya Frieska.
"Buat jaga-jaga aja.." jawab Melody.
"Okelah. Aku juga setuju sama usul senter itu. Tapi, ada baiknya kalau tiap cowok barisan belakang kelas kita juga dikasih tahu buat bawa senter juga. Terutama kelas J.." tambah Stella.
"Kenapa terutama kelas kami Stell?" tanya Diasta.
"Karena deretan kursi kelas kalian paling deket sama pintu keluar, dan pintu ke ruang tombol lampu.." jelas Stella.
"Itu untuk antisipasi kalau orang jahat itu matiin lampu panggung theater dan lampu penerangan sorot lainnya.." tambah Melody.
"Hhahaha.. Sebenernya dulu kalian berdua sekolah di SMP mana sih? Analisisnya bisa sebagus itu.." tanya Dhike.
"Kamu out of topic Ke, pertanyaanmu nggak akan dibahas. Hhaha.." kata Melody.
"Eh, tapi gimana kalau kita kasih nama buat orang jahat itu? Biar lebih gampang aja sih.." usul Dhike.
"Wah, boleh banget tuh. Masa dari tadi ngomongnya orang itu, atau orang jahat itu terus. Kan nggak enak.. Hhaha.." tambah Gaby.
"Kita kasih nama Mr. Black aja gimana?" usul Rena.
"Mr. Black? Bagus juga sih. Apa semua setuju?" tanya Melody.

Semuanya menganggukkan kepala, tanda kalau mereka sepakat. Dan pertemuan itu mereka akhiri. Maka mereka segera pulang setelah itu. Karena hari itu hari Jum'at, mereka pulang awal jam 11.00 siang. Hari Sabtu esok, akan menjadi hari pertama dimana mereka semua bekerja sama menjadi satu tim.
"Hhahaha.. Ternyata mereka anak-anak yang ingin mencoba mencegahku. Rencana yang cukup bagus, kalau begitu aku akan merencanakan hal yang lain. Lagi pula aku sudah hafal beberapa wajah mereka, akan aku incar mereka satu persatu. Kalau kalian macam-macam denganku, kalian akan rasakan akibatnya.. Hhahahaha.." kata Mr. Black yang ternyata mendengar pembicaraan Melody dan lainnya dari awal melalui jendela kecil di aula..

~ To be continued ~

Copyright: relatable48.blogspot.com

0 comments:

Posting Komentar