"Aaa, Hantu..."
teriak Nabilah saat dia bisa membuka matanya
"Nabilah, ini mama nak!"
"pergi sana, aku gak kenal sama kakak! Pergiiii" Nabilah masih ketakutan
"Nabilah~ Nabilah" mama memegang tangan Nabilah yang sedang di tutupkan
ke wajahnya "Nabilah sayang lihat, ini mama nak! Ini Mama!!" dengan
menatap putrinya mama bicara lembut, Nabilah
melihat jelas wajah mama nya lalu memeluk mama nya. "maafin mama ya,
harusnya mama tidak memaksa kamu nemenin mama ke rumah sakit!" ucap mama
sambil mengelus rambut Nabilah, Nabilah masih memeluk erat mama nya.
"Nabilah takut mah! Nabilah
gak kenal sama kak Ve, kenapa dia nge Hantuin Nabilah?!" suara ketakutan Nabilah dalam pelukan mamanya
"Ssuutt- gak ada kak Ve di kamar kamu! Disini gak ada hantu! Ini kamar kamu sayang!!" mama mencoba menenangkan Nabilah.
-Keesokan paginya-
Di meja makan. papa, mama dan juga Melody sudah bersiap. Nabilah turun
dari kamarnya, wajahnya terlihat kusut karena ketakutannya. Dia berjalan
dengan memainkan matanya melihat sudut J, sudut K, sudut T, sampai dia
memiringkan kepalanya 48 derajat untuk melihat setiap sudut.
Papa,
Mama dan Melody yang melihat itu merasa hawatir pada Nabilah. Dia terus
celingukan sampai tiba di meja makan dan duduk dengan keluarganya
"pagi pah, mah~"
kalimat pertama Nabilah, matanya masih main-main. "pagi juga sayang-
gimana tidurnya?" mama yang pertama menjawab, dengan tangannya mengambil
piring milik Nabilah. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri,
Nabilah tidak mendengar sapaan balik mama dan juga pertanyaan mama.
"dek,~" Melody menyimpan tangannya di atas tangan Nabilah membuat
Nabilah kaget "ini kak Melo!" ucap Melody melihat reaksi Nabilah yang
kaget
"eh~ em ia, hah- ada apa kak?" tanya Nabilah, kini matanya sudah ikut bergabung dengan yang lainnya di meja makan.
"ayo makan sarapan kamu, biar di sekolah kamu ada energi untuk
mengikuti pelajaran!" papa bicara sambil melihat Nabilah, karena Melody
tidak melanjutkan ucapannya. Papa, Mama, Melody dan Nabilah menyantap
sarapannya dengan atmosfir keheningan melingkupi meja makan, karena yang
biasanya meramaikan meja makan (Nabilah) terlihat diam dan dengan
tenang *sepertinya* menikmati sarapannya.
Selama perjalanan menuju sekolah (Nabilah di antar papa nya) Nabilah tidak bicara apapun.
"gimana sekolah kamu?" tanya papa untuk mencairkan ketegangan di wajah Nabilah.
"hah? Oh~ ba-baik pah, semuanya lancar!" jawab Nabilah, papa mengangguk
lalu kembali bertanya dengan pertanyaan yang membuat Nabilah sedikit
merinding
"kata mama kamu? Kemarin di rumah sakit....? Terus di
rumah juga....?" sengaja papa menanyakan tidak secara gamblang agar
Nabilah tidak terlalu shock, Nabilah melihat papa nya kemudian menjawab
"mama cerita semuanya sama papa?" dengan pertanyaan, papa kembali
mengangguk dengan kedua matanya fokus ke jalan. "maafin Nabilah ya pah!"
papa mengerutkan dahinya heran (Nabilah pikir papanya pasti akan marah
karena dia bilang sama mama ada Hantu, dan jawaban mama tentang
seringnya Nabilah nonton drama horor dan juga anime) "kenapa minta maaf?
Papa cuma mau mastiin, kalau kamu baik-baik aja setelah kejadian
kemarin!" kata papa seolah tahu yang dipikirkan anak bungsunya "emang
benar kamu melihat ......... itu?" tanya papa kemudian, Nabilah
mengangguk pelan lalu menceritakan ulang pada papa nya sampai kejadian
di kamar.
"hmm, aneh memang! Tapi, kalau memang itu benar? Pasti ada
sebab lain kenapa dia (Ve) mengikuti dan juga meminta tolong sama kamu,
terus juga kenapa kamu bisa melihat dia!" Nabilah cukup kaget dengan
jawaban yang di utarakan papanya, karena dia pikir papa akan mengatakan
hal yang sama seperti yang mama katakan. "papa percaya sama cerita
Nabilah?" papa menjawab ia "papa gak nganggep kalau Nabilah lagi
berhalusinasi kan?" papa sekarang menjawab dengan menggeleng.
"kamu
itu... seperti almarhum kakek kamu, sayang!" Nabilah mendengarkan apa
yang akan di katakan papa nya. "kakek bisa melihat apa yang kamu sebut
dengan 'Hantu'" Nabilah baru tahu cerita tentang kakeknya.
"maksud papa?" papa pun menceritakan detailnya pada Nabilah selama perjalanan menuju sekolahnya.
"jadi, maksud papa. Apa yang kakek miliki itu nurunnya ke aku?" papa
mengangguk "tapi Nabilah gak mau pah! Hantunya kak Ve sih masih mending
diliat karena dia cantik, meskipun kepucatannya itu bikin Nabilah takut.
Nah kalo Nabilah ngeliat yang lain yang lebih pucat apalagi
berdarah-darah... bisa-bisa Nabilah pingsan terus-terus an pah!!"
Nabilah memanyunkan bibirnya
"tapi itu gift sayang, itu keistimewaan
yang Tuhan kasih sama kamu!" "apanya yang istimewa sih pah, bisa
ngeliat hantu kok istimewa! Hufft" keluh Nabilah. "lagian, kakek kok
milih Nabilah sih pah yang ngewarisin Six Sence nya! Gak kak Melody aja
gitu atau sepupu-sepupu Nabilah lainnya?" papa tersenyum "bukan kakek
yang memilih kamu, tapi Tuhan yang memilih kamu. Dan kamu, harusnya kamu
bangga karena kamu di beri sesuatu yang istimewa sama Tuhan. Kamu bisa
menggunakan itu untuk menolong orang lain, sayang!" Jelas papa.
mobil yang membawa Nabilah sudah berhenti di depan gerbang sekolah,
Nabilah mencium tangan papanya sambil bicara "bukan 'Orang' lain pah,
tapi 'Hantu' lain!!" lalu Nabilah keluar dari mobilnya.
Nabilah
terus diikuti Ve, di rumahnya, di jalan, bahkan sampai di sekolah.
Sudah hari ke3 sejak arwah Ve itu mengikutinya terus-menerus dan selama
itu pula Nabilah selalu teriak-teriak ketakutan terus menutup matanya
saat di kelas berlari tak karuan menghindari Ve yang selalu bisa
menemukannya hingga teman-teman sekolah mulai mencemaskan keadaan
Nabilah. Apalagi Gaby dan Ayana yang sahabatnya Nabilah, mereka selalu
mengulang pertanyaan tentang kenapa Nabilah seperti itu. Tapi dengan
mengulang juga Nabilah menjawab 'tidak apa-apa' karena kalau Nabilah
menceritakan yang sebenarnya nanti yang ada dia di tertawakan atau
mungkin di anggap gila sama Gaby dan Ayana. Sementara itu, Mama dan
Melody sekarang percaya dengan apa yang di bicarakan Nabilah karena papa
sudah menceritakan kisah papanya (kakek Nabilah dan Melody) pada
mereka, papa bercerita kalau kakek memiliki gift yaitu dia bisa
merasakan kehadiran mahluk kasat mata dan juga melihatnya dengan jelas,
awalnya kakek tidak menyadari hal itu sampai kakek duduk di bangku
kuliah. Kakek baru menyadari kenapa selama ini kakek bisa sering melihat
orang berjalan tanpa tangan kanannya di sekitaran stasiun kereta api,
melihat yang sedang mencari-cari sesuatu di tumpukan sampah di sebelah
stasiun kereta api, melihat perempuan menangis di kamar mandi
sekolahnya, melihat yang sedang duduk dengan memainkan kakinya di atas
pohon yang ada di tempat kuliahnya.
Dan tidak jarang mereka itu
menghampiri kakek sambil bertanya dan juga meminta bantuan kakek. Sama
seperti Nabilah kakek pun takut dengan apa yang di lihat keduanya
matanya terlebih saat si arwah mengahampirinya untuk meminta tolong atau
sekedar bertanya namun dengan seiring berjalannya waktu, kakek pun
mulai terbiasa dengan pemandangan itu bahkan kakek bisa memberikan
bantuan pada mereka yang sudah terpisah dunia dengan kakek.
Hari ke-4 Nabilah bangun dari tidurnya, dia mengintip dari balik
selimutnya memainkan matanya mencari apakah sosok arwah nya Ve ada di
kamarnya
"pyuhhh, sepertinya hari ini dia gak----" ~ "Pagiii,
Nabilah!" ~ "Haa~aaa!!" Nabilah tersentak kaget saat mendengar suara Ve
dari sebelahnya sampai Nabilah terjatuh dari tempat tidurnya sendiri
"auuww~ aduhh, sakit!!"
"kamu gak apa-apa Nabilah?" tanya arwah Ve, sambil melihat ke arah Nabilah
"He- jangan dekat-dekat!! Aduhhh," ucap Nabilah sambil berdiri "gak
apa-apa? Hidup aku itu gak ada lagi 'gak apa-apa' setelah diikutin terus
sama kakak!" jawab Nabilah sambil mengusap pingganggnya, Ve hanya bisa
menunduk. "kenapa sih harus aku? Aduhh Tuhan.. Kenapa gak cari orang
lain aja!! Aku gak mau gift kayak gini!!!" keluh Nabilah, sambil
berjalan keluar kamar.
Hari ini, di hari ke 4. Nabilah
memutuskan untuk bersikap sebiasa mungkin saat melihat arwah Ve yang
terus mengikutinya. Hari ini Nabilah mengambil keputusan untuk bicara
sama Ve dan mencari tahu apa yang diinginkan Ve, agar dia tidak terus
mengikutinya.
"pagi kak!" Nabilah menyapa kakaknya yang ada di dapur dengan tangannya masih memegang pinggangya
"pagi juga~ kamu kenapa?" tanya Melody melihat adiknya yang cadel itu meringis
"aku jatuh dari tempat tidur kak!" jawab Nabilah "Hahahaa, kok bisa
sih?" Melody sibuk membuat teh "biasa kak, karena dia tuh! Seneng banget
ngagetin orang!!" Nabilah melirik Ve yang sudah ada di sampingnya,
Melody berhenti mengocek teh nya "dia?" ucap Melody pelan sambil melihat
Nabilah yang masih melirik ke arah sampingnya. Lalu melihat kesamping
Nabilah yang tidak ada seorangpun.
"ia, Dia! Arwahnya kak Ve, kak!
Dia masih ngikutin aku! Tau deh maunya apaan?!" ujar Nabilah karena
mendengar ucapan Melody meskipun pelan
"aku kan udah bilang, aku mau minta tolong sama kamu!" Ucap Ve
"tuh kan kak, masa sekarang dia lagi-lagi bilang kalo dia mau minta
tolong sama aku! Minta tolong apa coba?" Melody melebarkan matanya
"aku mau kamu bantuin aku untuk mengakui kesalahan yang udah pernah aku lakuin sama orang-orang yang pernah aku sakitin!"
"terus? Nanti Nabilah datang ke mereka lalu bilang ada permintaan maaf
dari kakak, gitu?!" Melody kini menganga melihat dan mendengar adiknya
bicara sendiri
"ia~ ia.. seperti itu! Kamu tinggal bilang sama
mereka kalo aku minta maaf untuk semua yang pernah aku lakuin! Kalau
mereka mau maafin aku, nantinya aku bisa kembali ke tubuh aku dan aku
bisa hidup lagi!" jelas Ve
"apa untungnya buat aku?" tanya Nabilah (Melody masih belum buka suara, dia asik sendiri melihat Nabilah)
"ya-, nanti... um kalau aku udah bisa kembali ke tubuh aku... aku kasih
apapun yang kamu mau deh!" jawab Ve, Nabilah memainkan jarinya di dagu
(kali ini Nabilah sudah tidak takut pada Ve, sepertinya Nabilah sudah
bisa berdamai dengan kemampuannya.)
"apa aja?" "ia, apa aja! Apapun!!" tegas Ve
"Ok, aku bantuin kakak! Masalah imbalannya.. Aku pikirin dulu!!" sambut
Nabilah "berarti kita deal nih? Kamu mau bantuin kakak!?" "ia" jawab
singkat Nabilah, Ve loncat-loncat kegirangan "yess~ hahahaa~ aku senang!
Akhirnya..." ucap Ve, Nabilah hanya bisa mengerung melihat tingkah
arwah satu ini.
Melody yang melihat ekspresi adiknya seperti itu memprediksi kalau dia sudah selesai ngobrolnya
"dek, kamu~ barusan itu... udah selesai ngobrolnya?" tanya Melody
dengan tekanan biasa diikuti gimik wajah yang tidak biasa (rada takut).
Nabilah lupa kalau di depannya ada kakaknya
"eh? Um..~ itu, i-ia
kak.. Nabilah udah selesai, hehe" Nabilah mulai beranjak dari duduknya
untuk ke kamar mandi "barusan dia minta tolong, dan... Nabilah
menyetujuinya kak!"
"Huh? Berarti... kamu udah gak takut dong sama
hantunya kak Ve?!" Nabilah mengedip-ngedipkan matanya lalu menjawab
"takut pun gak ada gunanya kak, dia tetep aja ngikutin aku!" Nabilah
terhenti sejenak "lagian~ kalo hantunya kayak kak Ve, sepertinya
siapapun terutama cowok gak bakalan takut kak! Yang ada mereka malah
rebutan buat deket sama hantu ini!! Hahahaa" kata Nabilah sambil
bercanda. Ve ikut tersenyum mendengar pernyataan Nabilah "tapi, emang
sih pas pertama lihat kak Ve... dia nyeremin kak! Liat wajahnya itu
tuh.. Beuhh pucat banget kayak mayat hidup yang di film-film kak!"
lanjut Nabilah membuat Ve yang tadi senyum kini menekuk mukanya. Dan
Melody yang mendengar suara Nabilah yang tidak seperti dulu-dulu begitu
ketakutan dia hanya bisa senyum seadanya untuk menanggapi.
"jadi
kalian sekarang... berteman dong?" lanjut Melody ke pertanyaan kedua, Ve
yang tidak terlihat oleh Melody mengangguk-angguk "apalagi
ngangguk-ngangguk! Siapa juga yang mau temenan sama kak Ve!! Entar yang
ada aku di musuhin sama satu sekolah!!" ujar Nabilah, "eh? Dia
ngangguk-ngangguk? Maksud kamu Ve?!"
"ia siapa lagi kak!" kata
Nabilah "udah ah, aku mau mandi.. hari ini ada pekerjaan berat menunggu
untuk di selesaikan!! Biar si hantu tinggi ini gak ngikutin aku lagi!!"
lanjut Nabilah sambil mendelik ke arah Ve.
"cerita apa ini
sebenarnya? Apa emang ada orang yang bisa komunikasi sama hantu?" Melody
mempertanyakan tulisan yang di buat si penulis.
Bersambung lagi.. ^^
Aku tunggu kicauannya ya.. Arigatou :)
ceritanya seru...
BalasHapus