*Flash Back dulu*
Setelah Nabilah pergi meninggalkan Shania dan Beby yang masih terpaku
memandangi punggung anak kecil yang tadi sok dewasa dengan kata-kata nya
yang Super, keduanya buru-buru mengambil kembali kesadaran mereka
sebelum terlalu dalam masuknya dan menjadikan mereka patung di pinggir
lapangan bola basket. Merekapun berjalan menuju kelasnya tanpa ada yang bicara satu-sama lain (efek ucapan si cerewet Dahsyat juga ya^).
Sesampainya didepan kelas, Shania dan Beby melihat ke dalam kelas dan
memberikan isyarat pada temannya 'apa udah ada guru di kelas?' si
temannya menggeleng. Shania dan Beby masuk lalu bertanya "kenapa guru
bhs jepang nya belum dateng?" di jawab lah oleh si pemeran pembantu
murid "ibu Gitcha gak masuk" ~
"loh? Kok bisa? Tadi pagi kan bu Gitcha ada!" sahut Shania
"katanya bu Charis sih.. si bu Gictha sakit perut. Salah makan coklat, dikira coklat biasa tahunya coklat pencuci perut!"
keduanya eh ketiganya tertawa lepas (Shania sama Beby, tadi diem2 man
merenungkan ucapan Nabilah, denger gurunya sakit perut karena salah
makan coklat bisa ketawa lepas_-) *kualat loh ngetawain guru* *jangan
ditiru adegan ngetawainnya, harusnya prihatin.. soalnya kalau gak bisa
nahan tawa entar gak dapet point*
Setelah beberapa menit sok
asik dengan teman sekelasnya, Shania dan Beby duduk manis di mejanya dan
kembali merenungkan ucapan Nabilah *kilas balik kayak adegan di
sinetron* tanpa sadar keduanya menghela nafas secara berbarengan, lalu
saling tukar mata.
"kamu lagi mikirin........ yang tadi, Beb!" kata Shania pertama kali.
Beby menganguk "kamu juga Shan?" giliran Shania mengangguk, lalu bicara
"kak Ve emang keterlaluan! Tapi... kayaknya kita lebih keterlaluan deh
Beb!!" ujarnya "mm~ kak Ve emang salah, tapi kan bukan berarti kita
bisa menghakimi dia dengan cara membenci kak Ve balik! Kita terlalu over
hate sama kak Ve, lagian apa yang dikatakan Nabilah bener juga sih, kak
Ve bertingkah kayak gitu pasti ada sebabnya!!"
Beby
mengangguk-angguk "aku juga kayaknya udah keterlaluan banget, nyumpahin
kak Ve yang enggak-enggak!!" ….. "mm~ gimana kalau pulang sekolah nanti
kita samperin Nabilah, dan bilang kalau kita mau maafin kak Ve!!" usul
Beby, Shania mengulaskan senyum lalu mengangguk. (penulis gak bisa bikin
2anak ini Jahat_-).
*Selesai Flashback, kita kembali ke TKP... dimana Nabilah sedang dihadapkan pada 2orang yang sepertinya akan memaafkan*
"so..al apa kak?" kata Nabilah pelan
"um~ kita berdua... kita berdua mau maafin kak Ve, Bil!"
Nabilah dan juga Ve terbelalak mendengar ucapan Shania.
"apa yang tadi kamu bilang sama kita (pas istirahat) itu ada benarnya
juga! Kak Ve bertingkah kayak gitu pasti ada alasannya, karena.." Beby
berhenti untuk mengingat "dulu-dulu (pas Ve masih kelas X) kak Ve gak
pernah bertingkah seenaknya, dia biasa aja ngejalanin sekolahnya dan...
murid-murid juga gak ada yang pernah ngeluh soal sikap nya kak Ve!!"
Shania mengangguk setuju dengan ucapa Beby; Nabilah mengerung heran; Ve
melayangkan pikiranya. "tapi, saat kak Ve udah jadi anak kelas XI baru
tuh keliatan sikapnya yang beda dari biasanya, apalagi setelah kak Ve
temenan sama kak Stella, kak Dhike dan juga kak yoona!" Ve mengoleksi
kembali memory masa lalu nya saat mendengar Beby bicara "em~ udahlah gak
usah bahas yang itu, bukan urusan kita juga kan! Intinya, aku sama
Shania mau maafin kak Ve.. dan semoga aja kak Ve bisa cepat kembali dari
komanya dan bisa melihat secara langsung gimana kamu mau bantuin dia
untuk meminta maaf pada murid-murid yang pernah dia sakitin!!"
Beby
bicara seperti itu karena dia menyimpulkan saat Nabilah meminta maaf
pada Jeje, Panda, Delima, dan Frieska. dan... barusan dia meminta maaf
lagi pada Ghaida, Nisa, dan Diasta.
"satu lagi… apa yang kamu
ucapkan saat istirahat tadi soal, ‘orang besar itu selalu mampu
memaafkan kesalahan orang lain yang sudah di perbuat padanya. Mereka
tidak pernah menyimpan dendam’. kak Shania cukup tersentuh dengan ucapan
kamu itu~ kamu bisa berpikir sejauh itu... sementara aku sama Beby
terus-menerus sibuk membenci kak Ve!!" timpal Shania setelah Beby
berhenti berucap "mau kamu siapapun nya kak Ve, satu hal yang pasti..
kita bangga punya teman kayak kamu Bil (adik kelas ya!), kamu mau
bantuin kak Ve tanpa takut akan resiko yang kamu dapatkan! Kamu di
ledek, kamu di remehkan, kamu di cemooh Atau bahkan nantinya kamu malah
jadi sasaran kemarahan orang yang pernah di sakiti kak Ve. Tapi kamu
tetap mau bantuin dia!" lanjut Shania menuturkan, disambut senyum oleh
Nabilah dan anggukan oleh si arwah dengan wajahnya berbinar.
"jadi... kak Shania sama kak Beby beneran mau maafin kak Ve nih?" tanya
Nabilah kemudian, Shania dan Beby saling menukar pandang, lalu
mengangguk bersamaan membuat Nabilah refleks membuat gerakan tos tapi ke
arah Ve yang ada di sebelahnya "huaa,, tos dulu kak!" sambil tertawa
gembira Nabilah melakukan gerakan itu, Shania dan Beby menatap heran dan
mengangakan mulutnya melihat tingkah Nabilah.
Ve melihat keduanya
berekspresi "Nabilah, Nabilah... Stop! Stop!! Lihat Shania sama Beby" Ve
belum menyambut tangan Nabilah untuk tos *mana bisa manusia sama arwah
tos, dasar si cerewet_-*
"Hheee? t-to..s dong kak, kita tos! Ayo
tos?!" dengan tingkah tak karuan Nabilah mengalihkan tangannya dan
bicara seolah mengajak Shania dan Beby untuk tos. Pada akhirnya, dengan
raut wajah masih bingung Shania dan Beby menyambut tangan Nabilah untuk
tos, Nabilah masih dengan senyum lebar malu-malu tos pada Shania dan
Beby, lalu bersikap biasa dan membungkuk di depan keduanya sambil bilang
makasih *dedek Nabilah emang sopan ya ^ *.
Sebelum akhirnya mereka bertiga berpisah
"Nabilah" panggil Shania
"hemm~" jawab Nabilah
"um~ kalo kamu nanti nemuin kesulitan buat bantuin kak Ve, kak Shania
siap bantuin kamu!" Nabilah kembali melebarkan matanya, mendengar
pernyataan Shania.
"aku juga!" Beby tunjuk tangan, dia pun siap untuk membantu Nabilah.
Giliran Nabilah yang dibuat heran sama keduanya 'bisa sedrastis itu ya
perubahannya?' pikir Nabilah 'padahal tadi kayaknya gak akan ada
kesempatan untuk kak Ve bisa di maafin deh!!' dia memakukan pandangnnya
pada Shania lalu ke Beby dan terakhir ke orang yang berdiri di
sampingnya (si arwah kalem)
"ah? ma...kasih kak!" ucap Nabilah
setelahnya. Beby dan Shania pun pergi lebih dulu, meninggalkan Nabilah
yang masih tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dia dengar.
Nabilah dan Ve tidak langsung pulang, dia berjalan kedepan sekolahnya
lalu duduk di tempat biasa murid-murid di sekolah menunggu jemputan
mereka datang. Nabilah menopang dagunya seperti sedang memikirkan
sesuatu yang begitu sangat amat penting.
"kamu kenapa, Nabilah?" tanya Ve yang duduk di sebelahnya
"hmm~" Ve mengerutkan dahinya mendengar suara tanpa kata dari Nabilah
"Bil, kami lagi mikirin apa sih?" kembali Ve bertanya
"hess~ hmmm~" dan kembali Nabilah hanya bersuara seperti itu dengan tangannya masih di dagu.
"jam berapa si nih?" ucap Nabilah kemudian, seperti baru pulang dari
alam bawah sadarnya, tanpa menghiraukan pertanyaan dari Ve. Ve
mengerutkan dahinya lebih dalam melihat tingkah 'adik sepupu ketemu
gedenya ini'
"kak Ve gak pake jam, Bil! Jadi gak tahu ini jam
berapa!!" jawab Ve, setelah meluruskan kerutan di dahinya. Nabilah
mendelik, Ve melanjutkan kata-katanya "kamu ingat gak?" Nabilah melihat
Ve dengan gimik cukup serius "kalo kemarin, suasana kayak gini itu jam
berapa? Soalnya kemarin sama sekarang kan waktu pasti sama!" dengan
senyum dari wajah pucatnya Ve bercanda jayus.
"hmm~ jawaban kakak
baGus! Ciyus kak, ck baGus banGet!!" sahut Nabilah dengan menekan suara
nya saat di huruf 'G', Ve hanya tersenyum.
"emangnya kenapa sih? Kok kamu nanyain jam?"
"em~ Nabilah cuma khawatir aja kak! Hari ini... kita hanya dapat kata
'Maaf' dari 9orang!! Padahal waktunya belum di mulai, gimana besok?
setelah nanti sore waktu kita dimulai kak?!"
Ve begitu tersentuh dengan kekhawatiran Nabilah tentang misi dirinya.
"gimana besok?" Ve berhenti dan menerawang "kalau besok datang... dan
besoknya lagi datang! terus, orang yang kita mintain maaf gak bisa
semuanya di dapat (halusnya GAGAL!) kak Ve gak kecewa, Bil!! Kak Ve juga
gak akan marah sama kamu, karena kamu gagal bantuin kakak!!!" kali ini
Ve melihat Nabilah dan Nabilah membalasnya "setidaknya, kakak tahu kalau
masih ada yang dengan tulusnya mau bantuin kak Ve. dan juga... mereka
yang pernah kakak jahatin masih mau memaafkan kakak dan memakai hati
mereka untuk melakukan hal itu~" Nabilah tersenyum begitu sangat manis,
mendengar ucapan Ve.
"Sebenarnya… ada beberapa hal yang
ingin kak Ve lakuin, kalau saat waktu kita datang dan berlalu dengan
cepat tanpa ada hasil pasti!"
"apa kak?"
"meminta maaf sama
beberapa orang yang begitu penting di kehidupan kakak!" Nabilah
memperhatikan setiap ucapan Ve "mama sama papa, bi rumaya dan
orang-orang yang ada di rumah (para pekerja rumahnya), dan yang
terakhir... sama sahabat kak Ve!"
"kak Stella, kak Dhike sama kak Yoona?" tanya Nabilah, Ve menggeleng
"terus?" tanya lagi Nabilah dengan raut heran.
"mereka bertiga memang sering di sebut sebagai sahabat kak Ve, tapi...
seperti suguhan harta yang papa mama kasih, Stella, Dhike dan Yoona,
mereka itu semu Bil!! Dan.. seperti yang tadi Beby bilang 'kak Ve
bertingkah menyebalkan setelah dekat dengan mereka'” Ve berhenti sejenak
“kak Ve akuin, apa yang Beby katakan itu memang ada benarnya! Kakak
jadi begini, terus begitu, tahu tempat kayak gini, kayak gitu, bisa
seenaknya ngerjain atau menghardik atau mencaci atau membuat orang lain
malu dan semuanya yang tidak menyenangkan. Setelah kakak dekat sama
Stella, Dhike dan juga Yoona!...yang katanya mereka itu sahabat kakak,
tapi kamu tahu sendiri. Selama kakak terbujur kaku di rumah sakit,
mereka gak pernah ada buat jenguk kakak!!" Nabilah menyimak begitu
serius, lalu mengajukan pertanyaan.
"emang dulunya, pas kakak masih kelas X. Kakak biasa aja ya?" tanyanya polos.
"emang dulu pas kakak kelas X kamu pernah denger nama kak Ve di
sebut-sebut sebagai queen witch!?" Ve menjawab dengan pertanyaan
"mana Nabilah tahu! Kak Ve lupa atau gimana sih? Nabilah ini kan anak
kelas VII, baru juga masuk! Yang Nabilah tahu tentang kak Ve ya... Kak
Ve itu paling di sebelin, paling populer di sekolah karena tingkah kakak
dan juga karena keluarga kakak yang pemilik yayasan, itu pun Nabilah
tahu dari Ayana atau Gaby yang suka ngumpulin berita_- dari teman-teman
lainnya!!"
(Note: beberapa orang yang berlalu-lalang sedang melihat Nabilah_- *Nabilah, control your self when you with her_-")
"Gosip?" sela Ve
"berita.. itu biar lebih halus!" jawab Nabilah, Ve mendelik. Lalu melanjutkan kisahnya.
Saat pertama masuk ke PUTRI JAKARTA, Ve bukanlah sosok yang pas di
sebut queen witch. Karena bagaimanapun bisa dilihat dari wajahnya yang
pemalu dan seperti bukan tipikel pembuat onar. Namun saat menjelang
kenaikan kelas, tiba-tiba sikapnya berubah drastis. Ve jadi sosok yang
tidak menyenangkan bahkan guru-guru dan kepala sekolah yang sempat
memanggil Ve menanyakan ada apa dengannya yang berubah menjadi seperti
itu.
Nabilah menyimak cerita Ve dan meluncurkan lagi pertanyaan untuk si arwah.
"orang tua kak Ve... pasti jadi penyebab utama berubahnya sikap kakak?
ia kan?!" Nabilah mencoba menganalisa, Ve mengangguk "itu memang alasan
utamanya, Bil! Tapi ada yang menjadi pendorong sampai akhirnya kak Ve
benar-benar merasakan benci dengan semua yang terjadi!!" Nabilah
memasang tampang dengan siratan pertanyaan tentang apa yang mendorong Ve
berubah. Saat Ve akan melanjutkan lagi ceritanya, Ayana datang
berteriak memanggil Nabilah dari dalam sekolah. (si pengumpul berita
datang :D)
"Nabilah!"
"Ayana?!" ucap Nabilah dengan tone tak percaya
Bersambung lagi.. ^_^
Aku tunggu kicauannya ya.. Arigatou :)
Maaf Kalau membosankan!! ^_^a
0 comments:
Posting Komentar