Selasa, 23 April 2013

Friendship Candy -2nd Chance (48jam, 48nama)- 8th~Chapter

*Flash Back dulu*
Setelah Nabilah pergi meninggalkan Shania dan Beby yang masih terpaku memandangi punggung anak kecil yang tadi sok dewasa dengan kata-kata nya yang Super, keduanya buru-buru mengambil kembali kesadaran mereka sebelum terlalu dalam masuknya dan menjadikan mereka patung di pinggir lapangan bola basket. Merekapun berjalan menuju kelasnya tanpa ada yang bicara satu-sama lain (efek ucapan si cerewet Dahsyat juga ya^).
Sesampainya didepan kelas, Shania dan Beby melihat ke dalam kelas dan memberikan isyarat pada temannya 'apa udah ada guru di kelas?' si temannya menggeleng. Shania dan Beby masuk lalu bertanya "kenapa guru bhs jepang nya belum dateng?" di jawab lah oleh si pemeran pembantu murid "ibu Gitcha gak masuk" ~
"loh? Kok bisa? Tadi pagi kan bu Gitcha ada!" sahut Shania
"katanya bu Charis sih.. si bu Gictha sakit perut. Salah makan coklat, dikira coklat biasa tahunya coklat pencuci perut!"
keduanya eh ketiganya tertawa lepas (Shania sama Beby, tadi diem2 man merenungkan ucapan Nabilah, denger gurunya sakit perut karena salah makan coklat bisa ketawa lepas_-) *kualat loh ngetawain guru* *jangan ditiru adegan ngetawainnya, harusnya prihatin.. soalnya kalau gak bisa nahan tawa entar gak dapet point*

Setelah beberapa menit sok asik dengan teman sekelasnya, Shania dan Beby duduk manis di mejanya dan kembali merenungkan ucapan Nabilah *kilas balik kayak adegan di sinetron* tanpa sadar keduanya menghela nafas secara berbarengan, lalu saling tukar mata.
"kamu lagi mikirin........ yang tadi, Beb!" kata Shania pertama kali.
Beby menganguk "kamu juga Shan?" giliran Shania mengangguk, lalu bicara
"kak Ve emang keterlaluan! Tapi... kayaknya kita lebih keterlaluan deh Beb!!" ujarnya "mm~ kak Ve emang salah, tapi kan bukan berarti kita bisa menghakimi dia dengan cara membenci kak Ve balik! Kita terlalu over hate sama kak Ve, lagian apa yang dikatakan Nabilah bener juga sih, kak Ve bertingkah kayak gitu pasti ada sebabnya!!"
Beby mengangguk-angguk "aku juga kayaknya udah keterlaluan banget, nyumpahin kak Ve yang enggak-enggak!!" ….. "mm~ gimana kalau pulang sekolah nanti kita samperin Nabilah, dan bilang kalau kita mau maafin kak Ve!!" usul Beby, Shania mengulaskan senyum lalu mengangguk. (penulis gak bisa bikin 2anak ini Jahat_-).
*Selesai Flashback, kita kembali ke TKP... dimana Nabilah sedang dihadapkan pada 2orang yang sepertinya akan memaafkan*

"so..al apa kak?" kata Nabilah pelan
"um~ kita berdua... kita berdua mau maafin kak Ve, Bil!"
Nabilah dan juga Ve terbelalak mendengar ucapan Shania.
"apa yang tadi kamu bilang sama kita (pas istirahat) itu ada benarnya juga! Kak Ve bertingkah kayak gitu pasti ada alasannya, karena.." Beby berhenti untuk mengingat "dulu-dulu (pas Ve masih kelas X) kak Ve gak pernah bertingkah seenaknya, dia biasa aja ngejalanin sekolahnya dan... murid-murid juga gak ada yang pernah ngeluh soal sikap nya kak Ve!!" Shania mengangguk setuju dengan ucapa Beby; Nabilah mengerung heran; Ve melayangkan pikiranya. "tapi, saat kak Ve udah jadi anak kelas XI baru tuh keliatan sikapnya yang beda dari biasanya, apalagi setelah kak Ve temenan sama kak Stella, kak Dhike dan juga kak yoona!" Ve mengoleksi kembali memory masa lalu nya saat mendengar Beby bicara "em~ udahlah gak usah bahas yang itu, bukan urusan kita juga kan! Intinya, aku sama Shania mau maafin kak Ve.. dan semoga aja kak Ve bisa cepat kembali dari komanya dan bisa melihat secara langsung gimana kamu mau bantuin dia untuk meminta maaf pada murid-murid yang pernah dia sakitin!!"
Beby bicara seperti itu karena dia menyimpulkan saat Nabilah meminta maaf pada Jeje, Panda, Delima, dan Frieska. dan... barusan dia meminta maaf lagi pada Ghaida, Nisa, dan Diasta.
"satu lagi… apa yang kamu ucapkan saat istirahat tadi soal, ‘orang besar itu selalu mampu memaafkan kesalahan orang lain yang sudah di perbuat padanya. Mereka tidak pernah menyimpan dendam’. kak Shania cukup tersentuh dengan ucapan kamu itu~ kamu bisa berpikir sejauh itu... sementara aku sama Beby terus-menerus sibuk membenci kak Ve!!" timpal Shania setelah Beby berhenti berucap "mau kamu siapapun nya kak Ve, satu hal yang pasti.. kita bangga punya teman kayak kamu Bil (adik kelas ya!), kamu mau bantuin kak Ve tanpa takut akan resiko yang kamu dapatkan! Kamu di ledek, kamu di remehkan, kamu di cemooh Atau bahkan nantinya kamu malah jadi sasaran kemarahan orang yang pernah di sakiti kak Ve. Tapi kamu tetap mau bantuin dia!" lanjut Shania menuturkan, disambut senyum oleh Nabilah dan anggukan oleh si arwah dengan wajahnya berbinar.

"jadi... kak Shania sama kak Beby beneran mau maafin kak Ve nih?" tanya Nabilah kemudian, Shania dan Beby saling menukar pandang, lalu mengangguk bersamaan membuat Nabilah refleks membuat gerakan tos tapi ke arah Ve yang ada di sebelahnya "huaa,, tos dulu kak!" sambil tertawa gembira Nabilah melakukan gerakan itu, Shania dan Beby menatap heran dan mengangakan mulutnya melihat tingkah Nabilah.
Ve melihat keduanya berekspresi "Nabilah, Nabilah... Stop! Stop!! Lihat Shania sama Beby" Ve belum menyambut tangan Nabilah untuk tos *mana bisa manusia sama arwah tos, dasar si cerewet_-*
"Hheee? t-to..s dong kak, kita tos! Ayo tos?!" dengan tingkah tak karuan Nabilah mengalihkan tangannya dan bicara seolah mengajak Shania dan Beby untuk tos. Pada akhirnya, dengan raut wajah masih bingung Shania dan Beby menyambut tangan Nabilah untuk tos, Nabilah masih dengan senyum lebar malu-malu tos pada Shania dan Beby, lalu bersikap biasa dan membungkuk di depan keduanya sambil bilang makasih *dedek Nabilah emang sopan ya ^ *.

Sebelum akhirnya mereka bertiga berpisah
"Nabilah" panggil Shania
"hemm~" jawab Nabilah
"um~ kalo kamu nanti nemuin kesulitan buat bantuin kak Ve, kak Shania siap bantuin kamu!" Nabilah kembali melebarkan matanya, mendengar pernyataan Shania.
"aku juga!" Beby tunjuk tangan, dia pun siap untuk membantu Nabilah.
Giliran Nabilah yang dibuat heran sama keduanya 'bisa sedrastis itu ya perubahannya?' pikir Nabilah 'padahal tadi kayaknya gak akan ada kesempatan untuk kak Ve bisa di maafin deh!!' dia memakukan pandangnnya pada Shania lalu ke Beby dan terakhir ke orang yang berdiri di sampingnya (si arwah kalem)
"ah? ma...kasih kak!" ucap Nabilah setelahnya. Beby dan Shania pun pergi lebih dulu, meninggalkan Nabilah yang masih tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dia dengar.

Nabilah dan Ve tidak langsung pulang, dia berjalan kedepan sekolahnya lalu duduk di tempat biasa murid-murid di sekolah menunggu jemputan mereka datang. Nabilah menopang dagunya seperti sedang memikirkan sesuatu yang begitu sangat amat penting.
"kamu kenapa, Nabilah?" tanya Ve yang duduk di sebelahnya
"hmm~" Ve mengerutkan dahinya mendengar suara tanpa kata dari Nabilah
"Bil, kami lagi mikirin apa sih?" kembali Ve bertanya
"hess~ hmmm~" dan kembali Nabilah hanya bersuara seperti itu dengan tangannya masih di dagu.
"jam berapa si nih?" ucap Nabilah kemudian, seperti baru pulang dari alam bawah sadarnya, tanpa menghiraukan pertanyaan dari Ve. Ve mengerutkan dahinya lebih dalam melihat tingkah 'adik sepupu ketemu gedenya ini'

"kak Ve gak pake jam, Bil! Jadi gak tahu ini jam berapa!!" jawab Ve, setelah meluruskan kerutan di dahinya. Nabilah mendelik, Ve melanjutkan kata-katanya "kamu ingat gak?" Nabilah melihat Ve dengan gimik cukup serius "kalo kemarin, suasana kayak gini itu jam berapa? Soalnya kemarin sama sekarang kan waktu pasti sama!" dengan senyum dari wajah pucatnya Ve bercanda jayus.
"hmm~ jawaban kakak baGus! Ciyus kak, ck baGus banGet!!" sahut Nabilah dengan menekan suara nya saat di huruf 'G', Ve hanya tersenyum.
"emangnya kenapa sih? Kok kamu nanyain jam?"
"em~ Nabilah cuma khawatir aja kak! Hari ini... kita hanya dapat kata 'Maaf' dari 9orang!! Padahal waktunya belum di mulai, gimana besok? setelah nanti sore waktu kita dimulai kak?!"
Ve begitu tersentuh dengan kekhawatiran Nabilah tentang misi dirinya.
"gimana besok?" Ve berhenti dan menerawang "kalau besok datang... dan besoknya lagi datang! terus, orang yang kita mintain maaf gak bisa semuanya di dapat (halusnya GAGAL!) kak Ve gak kecewa, Bil!! Kak Ve juga gak akan marah sama kamu, karena kamu gagal bantuin kakak!!!" kali ini Ve melihat Nabilah dan Nabilah membalasnya "setidaknya, kakak tahu kalau masih ada yang dengan tulusnya mau bantuin kak Ve. dan juga... mereka yang pernah kakak jahatin masih mau memaafkan kakak dan memakai hati mereka untuk melakukan hal itu~" Nabilah tersenyum begitu sangat manis, mendengar ucapan Ve.

"Sebenarnya… ada beberapa hal yang ingin kak Ve lakuin, kalau saat waktu kita datang dan berlalu dengan cepat tanpa ada hasil pasti!"
"apa kak?"
"meminta maaf sama beberapa orang yang begitu penting di kehidupan kakak!" Nabilah memperhatikan setiap ucapan Ve "mama sama papa, bi rumaya dan orang-orang yang ada di rumah (para pekerja rumahnya), dan yang terakhir... sama sahabat kak Ve!"
"kak Stella, kak Dhike sama kak Yoona?" tanya Nabilah, Ve menggeleng
"terus?" tanya lagi Nabilah dengan raut heran.
"mereka bertiga memang sering di sebut sebagai sahabat kak Ve, tapi... seperti suguhan harta yang papa mama kasih, Stella, Dhike dan Yoona, mereka itu semu Bil!! Dan.. seperti yang tadi Beby bilang 'kak Ve bertingkah menyebalkan setelah dekat dengan mereka'” Ve berhenti sejenak “kak Ve akuin, apa yang Beby katakan itu memang ada benarnya! Kakak jadi begini, terus begitu, tahu tempat kayak gini, kayak gitu, bisa seenaknya ngerjain atau menghardik atau mencaci atau membuat orang lain malu dan semuanya yang tidak menyenangkan. Setelah kakak dekat sama Stella, Dhike dan juga Yoona!...yang katanya mereka itu sahabat kakak, tapi kamu tahu sendiri. Selama kakak terbujur kaku di rumah sakit, mereka gak pernah ada buat jenguk kakak!!" Nabilah menyimak begitu serius, lalu mengajukan pertanyaan.
"emang dulunya, pas kakak masih kelas X. Kakak biasa aja ya?" tanyanya polos.
"emang dulu pas kakak kelas X kamu pernah denger nama kak Ve di sebut-sebut sebagai queen witch!?" Ve menjawab dengan pertanyaan
"mana Nabilah tahu! Kak Ve lupa atau gimana sih? Nabilah ini kan anak kelas VII, baru juga masuk! Yang Nabilah tahu tentang kak Ve ya... Kak Ve itu paling di sebelin, paling populer di sekolah karena tingkah kakak dan juga karena keluarga kakak yang pemilik yayasan, itu pun Nabilah tahu dari Ayana atau Gaby yang suka ngumpulin berita_- dari teman-teman lainnya!!"
(Note: beberapa orang yang berlalu-lalang sedang melihat Nabilah_- *Nabilah, control your self when you with her_-")
"Gosip?" sela Ve
"berita.. itu biar lebih halus!" jawab Nabilah, Ve mendelik. Lalu melanjutkan kisahnya.

Saat pertama masuk ke PUTRI JAKARTA, Ve bukanlah sosok yang pas di sebut queen witch. Karena bagaimanapun bisa dilihat dari wajahnya yang pemalu dan seperti bukan tipikel pembuat onar. Namun saat menjelang kenaikan kelas, tiba-tiba sikapnya berubah drastis. Ve jadi sosok yang tidak menyenangkan bahkan guru-guru dan kepala sekolah yang sempat memanggil Ve menanyakan ada apa dengannya yang berubah menjadi seperti itu.
Nabilah menyimak cerita Ve dan meluncurkan lagi pertanyaan untuk si arwah.
"orang tua kak Ve... pasti jadi penyebab utama berubahnya sikap kakak? ia kan?!" Nabilah mencoba menganalisa, Ve mengangguk "itu memang alasan utamanya, Bil! Tapi ada yang menjadi pendorong sampai akhirnya kak Ve benar-benar merasakan benci dengan semua yang terjadi!!" Nabilah memasang tampang dengan siratan pertanyaan tentang apa yang mendorong Ve berubah. Saat Ve akan melanjutkan lagi ceritanya, Ayana datang berteriak memanggil Nabilah dari dalam sekolah. (si pengumpul berita datang :D)
"Nabilah!"
"Ayana?!" ucap Nabilah dengan tone tak percaya

Bersambung lagi.. ^_^
Aku tunggu kicauannya ya.. Arigatou :)
Maaf Kalau membosankan!! ^_^a

0 comments:

Posting Komentar