Saat
melody memasuki kamar nabilah, dia melihat adiknya yang sedang termenung
dengan wajah muramnya di atas kursi dekat jendela. Melody menghampiri
nabilah, dia duduk di depan nabilah. "papa segitu benci nya ya sama
nabil?!" nabilah berbicara dengan menatap ke arah luar "papa ga benci
sama kamu ko de!" "terus? Kalo bukan benci apa dong ka?! Atau apa yang
nabilah lakuin ini sesuatu yang sangat
salah di mata papa?" terlihat air mata menetes dari kedua kelopak mata
nabilah "papa ga benci sama kamu, yang kamu lakukan juga ga salah!
Keadaan yang membuat semua jadi seperti ini." kata melody dengan tatapan
kosong ke arah nabilah. "kalo aja waktu bisa di putar kembali ke masa
lalu, mungkin tidak perlu ada yang tersakiti disini. Ga kamu, kaka, mama
atau papa sekalipun!" "maksud ka melo apa? Nabil ga ngerti" tanya
nabilah sambil menatap melody yang sedang melamun
"udahlah lupain
aja, apa yang barusan kaka bilang itu bukan apa-apa ko de!" jawab melody
"kaka janji sama kamu! Kalo kamu pasti bisa masuk di GSA. Dan kamu bisa
mengasah kemampuan kamu disana sebagai penyanyi yang jago nari!" ucap
melody memegang pundak nabilah "caranya?!" "tenanglah de, banyak cara
yang bisa kita lakuin untuk membujuk papa biar ngasih izin sama kamu.
salah satunya cara negosiasi kamu!" "Hah! negosiasi? negosiasi apa?!"
"Bikin Penawaran sama papa!" "Ko ka Melo tau?" tanya nabilah dengan raut
muka herannya. "apa sih yang kaka ga tau soal kamu de?! kamu kan ade
nya ka melo..." nabilah mengerungkan wajahnya "Kaka tau dari cindy..
udah ahh! Senyum dong, Jangan cemberut aja. kasian bintangnya mereka kan
udah senyum buat kamu." nabilah tersenyum seraya memeluk melody.
Hubungan mereka memang sudah semakin baik. nabilah mulai bisa terbuka
pada melody, dan melody yang selalu bisa berdiri di samping nabilah.
*Give me Five* ringtone ponsel ghaida berbunyi, saat di lihat nama
pemanggil 'Kinal' "tumben banget ni anak, pake telpon-telpon segala!"
ghaida menekan tombol Accept, dan percakapan antara 2sahabat yang suka
"'ribut'" ini pun di mulai.
"ya! Holaaa... Ghaida disini! Siapa
disana?!" "aku nelpon bukan mau becanda!" "siapa yang ngajak bercanda?!
gue nanya siapa disana? Bukan ngajak bercanda! DEVI.." "kinal Woiii
bukan devi!" "Lah, nama lu emang Devi Kinal Putri kan?" kata ghaida
sambil tertawa "aaaaah,, serius ah.. Aku mau ngomong serius nih!" ucap
kinal dengan nada terdengar cukup serius "dari tadi gue udah serius
kali! Makanya gue angkat telpon lu deviii!" "GHAIDA FARISYA!!!" kinal
berteriak sambil memindahkan ponsel ke depan mulutnya. "aDduhhh,, gila..
lu mau ngajak ribut di telpon?!" "ya abis, bercanda mulu! Aku mau
ngomong serius nih?!" "ya udah, ada apaan?! Awas ya kalo ceritanya
Gaje!"
"ini soal ve!" "teruss?!" "kamu masih ingat pas waktu
hari senin aku ngeliatin ve, terus aku bilang mau nanyain sesuatu!" "ia,
terusss!" "yang mau aku tanyain itu... kan pas hari minggu aku liat ve
keluar dari resto sama ayahnya,-" "ia terus kenapa?" "Heeh! Ghaida udah
dari tadi tanggepan cuma terus, terus aja kayak tukang parkir! Sekarang
pake acara nyela lagi!! Dengerin ga sih cerita aku?!" "ia di dengerin
dong! Kalo ga, mana mungkin gue mau ngomong 'terus, terus' an di
telpon!!" "a udah ahh,, ceritanya batal! Kamu ga nyimak!" "e, ehh..
Jangan gitu dong! Kan sayang tuh pulsa nya. Belum lagi gue udah cape
ngangkat, masa ceritanya lu pending nal!" "siapa suruh nanggepinnya
kayak yang ga serius!" "aduh bawel banget sih! Cepet lanjutin
ceritanya!!" pinta ghaida.
"jadiii.. Yang waktu aku lihat di resto
itu, bukan cuma ve sama ayahnya ghai!" "terus siapa aja?" "ada 3orang
lainnya, yang 2 aku ga tahu siapa, seorang ibu sama anak kecil cowo.
Tapi yang 1nya itu... Aku bahkan kamu juga kenal sama orang itu!" "Oh
ya?! Siapa, Siapa?!" nada bicara ghaida terdengar begitu antusias ingin
segera mengetahui orang yang di maksud kinal. "orang itu.. dia itu..."
...............
"Halo, Halooo,,, Haloooo.. kinal!" ghaida menarik
ponselnya, saat dia lihat "masih nyambung ko" "Halo Kinal!" rasa
penasaran ghaida semakin menjadi, tapi kinal dengan sengaja diam di
ujung telpon itu tanpa mengeluarkan suaranya. "Argghhhh,, ni anak!
Menyebalkan!! Bagian yang seru nya malah ngilang". Ghaida kembali
menatap layar ponsel, saat dia akan mengucapkan lagi Halo. Ghaida
mendengar suara tawa yang ditahan. "KINAL!!!! Lu ngerjain gue?!!" suara
kinal kembali terdengar di ponsel ghaida, tapi kali ini suara tawanya
yang begitu lepas menertawakan ghaida. "Ahahahaaaaaa.... Emang enak di
kerjain?! Penasaran kan sama cerita aku?!" ledek kinal, membuat ghaida
geram.
"ok! Aku lanjutin... Orang yang aku liat itu... Dia Jeje
ghai!" "HAH! APA?! siapa kamu bilang?!!" tanya ghaida tak percaya
"Jeje.. Aku bilang J..e..J..e... " "kenapa ve ayahnya terus jeje dan
2org itu bisa barengan?!" "kalo aku tahu, aku ga bakal mau ngajuin
pertanyaan sama ve!!" "ya udah kita tanyain aja besok sama ve!" usul
ghaida "jangan main terobos aja! Kita masih ada 3hari kedepan ujian, aku
ga mau ganggu konsentrasinya ve!" "ia sih, jadi gimana dong nal?"
"mmmmm, hari terakhir ujian aja. Kita kan OR tuh nah abis selesai
praktek kita ajak ve ke kantin terus tanya deh!" "Ok lah siap!! Gue
ikutin lu.."
***
Nabilah, Cindy, Ayana dan 45 siswa-siswi
perwakilan ex anak kelas IX dari setiap kelas lainnya terlihat sedang
berlatih di ruang Aula. Mereka masih menyelaraskan gerakan dan mengatur
ulang blocking untuk opening di 'Last Show For Graduation' nanti. Mulai
dari latihan dance, vocal, sampai acting. Mereka lakukan selama kurang
lebih 6jam agar dapat hasil yang maksimal saat pentas nanti. Setelah
mendapat arahan dari pa Rusli dan bu Aneke (penanggung jawab show)
mereka semua pulang meninggalkan aula, sementara siswa-siswi lainnya
sudah tidak terlihat lagi di Aula.
Nabilah berjalan menuju
piano dia duduk kemudian memainkan sebuah note lagu, lagu yang sama
dengan yang akan di bawakannya nanti saat perform solo di show. ayana
dan cindy yang mendengar alunan piano itu segera menghampiri nabilah
mereka duduk di sisi panggung dekat piano. Tanpa ada instruksi ayana dan
cindy bernyayi mengikuti iringan piano yang dimainkan nabilah, lagu
dari Kiroro berjudul Mirai (Future) yang juga lagu favorit mereka
bertiga. lagu itu mampu membuat nabilah ayana dan cindy bernyanyi
bersama
"'Hora ashimoto wo mite goran
kora ga anata no ayumu michi
Hora mae wo mite goran
are ga anata no mirai
mirai e mukatte yukkuri to aruite yukou....'"
cindy menyandarkan kepalanya di pundak ayana sambil bernyanyi, mereka bernyanyi ditemani lamunannya masing-masing.
Siang itu ayah tidak berangkat ke kantor, ayah duduk di gazebo ditemani
bukunya. Melody menghampiri ayah dia mengambil posisi duduk di sebelah
ayah "papa, ga ke kantor?" tanya melody berbasa-basi "besok, setelah
papa mengurusi pendaftaran adik kamu di Pelita Nusa. Papa langsung
berangkat ke Bali!" melody hanya mengucapkan kata 'Oo' sambil
menganggukan kepalanya. "dan kamu.. Kenapa tidak ke kampus?" tanya ayah
"engga pah! Hari ini ga ada kelas.." jawab melody.
"pah,
melody... mau bicara sama papa?!" ucap melody, kemudian ayah menutup
buku 'Perekonomian Global' yang sedang di bacanya "ada apa? Bicaralah
nak.." jawab ayah lembut dengan melihat ke arah melody. "melody...
melody mau meminta sesuatu dari papa!" jawab melody sambil memainkan
bibirnya. "apa yang mau kamu minta sayang!" "ini tentang nabilah! Papa
tau kan? Kalo nabilah sangat ingin masuk di sekolah itu (GSA)" kata-kata
melody membuat raut muka ayah berubah "melody mau meminta sama papa,
buat ngasih izin ke nabilah. Biar dia bisa melanjutkan sekolahnya di
sekolah yang dia inginkan pah!" ucap melody, ayah menghela nafas sejenak
kemudian menjawab pernyataan melody
"dan kamu juga tahu kan?
Kalo papa tidak suka dengan adanya kegiatan menyanyi, menari, dan...
Apalah yang lainnya!" kata ayah, melody masih memandang kedepan
mendengar setiap ucapan ayahnya "adik kamu itu.. Keras kepala, apa
susahnya mengikuti setiap kata-kata papa! Seperti kamu. Kalau papa
mengijinkan adik kamu masuk di sekolah itu! Maka nantinya dia akan
semakin menjadi dengan dunia hiburan itu!!" jelas ayah dengan matanya
memandang luas ke arah kolam renang.
"begitupun dengan
kebencian papa sama nabilah! Ia kan pah?" melody mengeluarkan pernyataan
yang membuat ayah kaget, sampai ayah menatap melody... "ini semua...
Bukan salah nabilah pah! Dia melakukan itu karena dia punya garis
keturunan yang kuat di bidang seni! Dari papa yang dulu suka bernyanyi
papa juga hebat dalam mainin gitar. dan dari... Dari ibunya pah!" suara
melody menjadi sedikit serak, "CUKUP melody!! jangan kamu teruskan!"
suara ayah meninggi menegur melody "bukan melody yang harus menghentikan
perkataan melody. Tapi, papa.. papa yang harus menghentikan tingkah
papa membenci nabilah! Papa harus mengakhiri semua penderitaan nabilah
yang sudah papa ciptakan buat dia!" nada bicara melody menjadi sedikit
tinggi, dengan matanya yang berkaca-kaca. "nabilah tidak salah! Dia
hanya korban, korban dari keegoisan papa!!"
"kalau nabilah tahu
apa yang sebenarnya terjadi, dia pasti bisa sangat hancur pah! Dan papa
tahu siapa yang menghancurkannya? Papa sendiri! Karena keegoisan papa
nabilah jadi korban! Karena keegoisan papa, mama dan aku juga jadi
korban!" melody mulai menangis mengeluarkan kata-katanya.
..bersambung..
0 comments:
Posting Komentar