NPW (National Protection of Women) Chapter 1
Title : National Protection Of Women
Genre : Action, thriller, Mystery
Release Date : 26 Maret 2013
Story by : Chikafusa Chikanatsu
Ini Merupakan Kisah Fiktif.
PERHATIAN : CERITA INI MENGANDUNG TINDAK KEKERASAN, PENYIKSAAN SERTA PEMBUNUHAN. DI KHUSUSKAN BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUMUR 17 TAHUN KEATAS.
Kekuasaan, Keserakahan, penyalah gunaaan wewenang membuat suatu perkelompokkan menjadi terpecah. Lima tahun yang lalu, kelompok kami dikenal dengan sebutan "National Protection Of Women" Yang beroperasi secara rahasia untuk melindungi suatu negara dari serangan teroris atau pun tindak kejahatan. Kami dilatih untuk tidak mengenal perbedaan antara wanita dan juga pria, semuanya kesatuan yang sama sama diberi misi untuk membuat suatu negara berjalan dengan semestinya, yang terhindar dari suatu tindak terorisme.
Lima tahun yang lalu, salah satu rekan kami diberi sebuah misi kerahasiaan untuk memata matai suatu organisasi yang dicurigai sebagai tempat bersarangnya para teroris. Namun, dalam misi tersebut penyamaran agen kami telah diketahui pihak musuh hingga menyebabkan ia harus ditahan serta diinterogasi. Sudah lima tahun lamanya kami sudah tidak mendengar kabarnya, itu sudah merupakan suatu peraturan dalam kelompok kami. Siapapun yang telah gagal dalam misi, maka kami akan membuangnya demi keamanan.
Nama lengkapku Viviyona Apriani, aku merupakan rekan baik dari agen yang telah hilang lima tahun yang lalu. Aku merupakan pimpinan dari Kelompok N yang terdiri atas empat orang anggota NPW (National Protection Of Women). Mungkin hanya akulah yang tidak terima dengan peraturan yang bisa dibilang kejam itu. Diam diam aku menyelidiki rekan ku yang telah hilang dalam misi tersebut. Aku menggunakan beberapa fasilitas yang dimiliki NPW dan menyalah gunakan kekuasaan hanya untuk mengetahui keberadaan agen tersebut. Penyelidikannku ketahuan oleh orang dalam saat itu juga hingga mereka mengambil jabatan serta tidak ragu ragu mereka membuangku.
Rekan yang merupakan kelompok ku (Team N) tidak terima aku dikeluarkan hingga menimbulkan kontra ditiap kelompoknya. Dan akhirnya, baru baru ini NPW telah pecah hingga membentuk suatu kelompok kelompok diberbagai provinsi (Team P) dan juga (Team W). Mereka semua membangun kembali rumah Sarang penyelidikan ditiap tiap daerah, sedangkan Direktur NPW telah dibunuh oleh pihak yang tidak diketahui, namun aku bisa memperkirakan bahwa direktur kami telah dibunuh oleh rekan kami sendiri. Dengan terbunuhnya Direktur dari NPW, aku jadi sempat berfikir bahwa ada seorang mata mata dari pihak musuh yang menyamar sebagai anggota NPW di organisasi kami.
Akupun begitu penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada organisasi kami. Aku kembali mengumpulkan rekan rekan ku (Team N) yang terdiri atas Rona Anggreani, Stella Cornelia, Devi Kinal Putri dan juga orang baru yang bernama Alicia Chanzia. Sebagai pemimpin, aku, Viviyona Apriani mengajarkan pada mereka untuk tidak berteman pada siapapun. Kami tidak diajarkan apa itu arti sebuah Cinta ataupun kasih sayang, kami hidup hanya untuk menjalani sebuah misi dan berakhir dengan kalimat "Success or Die". Pimpinan kami (Viviyona Apriani) memperlakukan kami seperti Robot yang tidak mempunyai hati. Kami tidak mengenal siapa musuh yang menjadi target kami, entah itu anak anak, remaja atau bahkan orang tua sekalipun, dengan kedua tangan ini kami membunuh mereka dengan dinginnya.
Namaku Ghaida Farisya, aku merupakan pimpinan dari Team P yang terdiri atas empat anggota, yakni Rezky Wiranti Dhike, Sendy Ariani, Sonya Pandarmawan dan juga Diasta Priswarini. Setelah NPW terpecah, aku sudah tidak percaya pada siapapun kecuali pada team ku sendiri. Aku mendirikan sebuah organisasi baru yang berdiri disebuah pelabuhan dekat perbatasan antara Indonesia dengan Singapore. Diam diam aku kembali menyelidiki kasus kematian Direktur NPW kami. Dari berbagai bukti yang telah kutemukan, aku bisa sedikit menebak siapa yang telah menghancurkan organisasi kami sebelumnya (NPW). Manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya keserakahan dan juga kedengkian, aku sudah bisa menyimpulkan dari apa yang telah kudapat dalam penyelidikan sebelumnya., bahwa ada yang ingin mengambil alih organisasi NPW.
Namaku Aki Takajo dari Team W. Team ku hanya terdiri atas tiga anggota saja, Haruka Nakagawa, Jessica Veranda dan diriku sendiri. Sebelumnya di organisasi NPW Team ku beroperasi dibidang ruang pengontrolan yang membantu para Agen menemukan tempat lokasi para musuh melalui sebuah jaringan yang terhubung oleh para Agen. Sebelumnya Team ku hanya bertugas mengatur atau memandu Agen dalam misi menemukan lokasi musuh melalui ruang kontrol. Kami ahli dibidang tehknologi dan juga Laboratorium Vaksin (Laboratori yang menangani Virus, spyware dll.)
Team kami memang ahli dalam bidang Tehknologi, Namun bisa kami akui bahwa kemampuan Bela diri kami masih terbilang kurang. Kami bukan orang orang yang sering melakukan tugas langsung diluar lapangan, melainkan Team yang hanya duduk didepan Komputer mengawasi dan mengontrol para Agen yang sedang melakukan misi dilapangan. Tetapi bukan berarti kami sama sekali tidak mempunyai kemampuan bela diri, setiap Anggota NPW diharuskan belajar untuk bisa melindungi diri mereka sendiri dalam keadaan yang terpojok, dan juga kami diajarkan untuk tidak mengasihani rekan kami sendiri dan berusaha bersikap dingin.
Setelah NPW terpecah, kami tidak tau harus mempercayai siapa. Yang kami lakukan adalah mencari kebenaran tentang apa yang sudah terjadi pada organisasi kami sebelumnya. Kami mendirikan organisasi baru yang berdiri dikawasan Bali.
***
15 Maret 2013, Pagi Hari, Ngurah Rai Airport. Dengan senjata laras panjang jenis M95 (Sniper) Lengkap dengan Gadget Bullet Flight yang tertempel disisi kiri Sniper (Alat untuk mengukur kondisi angin dan jarak target), Aku, Stella Cornelia berlindung daribalik kaca sebuah bangunan tinggi. Ini merupakan misi pertama organisasi baru kami setelah sebelumnya organisasi yang bernama NPW pecah. Atasan kami, Yona, telah memberikan kami sebuah misi untuk menangkap orang penting yang dicurigai sebagai agen mata mata milik musuh yang sedang melakukan pemantauan dikawasan Bali.
Disela sela kaca gedung aku bersembunyi dalam posisi tengkurap dengan mulut lubang sniper yang menjulur keluar menunggu sang target menampakkan dirinya.
"Apa kau sudah siap?" Terdengar suara Yona yang menggema dari balik alat komunikasi Radio yang tertempel dikuping kanan ku.
"Aku sudah berada diposisi yang siap menembak target." Jawabku.
"Bagus, dan Perlu kau ingat, Kau hanya boleh menembak kaki si target, jangan sampai pelaku tewas ditempat. Apa kau mengerti?"
"Aku mengerti." Jawabku patuh.
Dengan Scope yang tertempel pada Sniper ini, aku masih menunggu kehadirannya dengan sabar. Seorang pria berotot serta berjaket tebal sudah mulai menampakkan dirinya. Pakaiannya sungguh tertutup lengkap dengan kaca mata besar yang menutupi kedua bola matanya, seakan akan keberadaan identitasnya ingin disembunyikan. Aku kembali melihat sketsa dari foto yang kupunya untuk mencocokkan bahwa yang sedang aku bidik kali ini adalah benar si Target.
"Aku butuh konfirmasi." Tanyaku pada Yona lewat alat komunikasi radio.
"Apa yang kau lihat?"
"Seorang pria bertubuh besar dengan jaket serta kacamata berwarna hitam yang menutupi kedua bola matanya. Dan ia membawa sebuah koper ditangan kanannya."
"Laksanakan Kode A." Perintahnya.
"Baik. Kode A diterima."
(Kode A merupakan Arti target yang sudah benar dan tetap lanjutkan Misi).
Saat target tersebut berjalan mendekati sebuah taksi, suara gemuruh peluru terdengar dengan sangat cepat menusuk dan bersarang didalam kaki kiri si target. Orang orang sekitar bandara berteriak panik serta ketakutan setelah mendengar suara peluru yang Stella lepaskan barusan, Target berteriak kesakitan. Dengan cepat Stella merapihkan semua peralatan termasuk senjata laras panjangnya, ia memasukkannya kedalam tas besar dan kemudian ia gendong di punggungnya. Semua dilakukan dengan terburu buru, setelah selesai merapihkan peralatannya, Stella berjalan menuruni tangga.
"Aku sudah menjatuhkannya. Jalankan Rencana B." Laporku pada Yona.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil sedan melaju cepat dan berhenti tepat dilokasi Target yang tertembak. Keluarlah dua orang wanita dan segera membawa masuk si target kedalam mobil tersebut dengan cepat. Dua wanita itu adalah Rona Anggreani dan juga Kinal. Setelah target berada didalam mobil, si target tidak banyak bicara, yang ia rasakan hanya rasa kesakitan karena peluru yang bersarang di pahanya.
Dikursi depan sudah ada Yona yang siap menyetir, ia menginjak pedal gas dengan kuat sehingga mobil melaju dengan cepat. Namun, mobil yang dikendarai Yona telah dibayang bayangi oleh dua mobil keamanan bandara yang sedang mengejarnya.
"Rencana B dibatalkan, dua mobil keamanan sekarang sedang mengikutiku. kau bisa lari meloloskan diri dengan caramu sendiri." Ucap Yona tak acuh pada Stella melalui alat komunikasi radio.
Stella yang sudah menunggu kehadiran Yona dari balik gang sempit, terpaksa ia harus berlari meloloskan diri dari pengejaran oleh pihak keamanan bandara dengan wajah kecewa. Stella terus berlari kencang menghindari sejumlah personel keamanan yang mulai mengejarnya.
Daribalik tembok yang besar Stella bersembunyi, ia mengambil flashbang dari tas kecil yang menggantung dipinggangnya. Stella masih menunggu waktu yang tepat untuknya melempar, yakni saat petugas keamanan mendekatinya.
Suara hentakan kaki sudah mulai terdengar, Stella menghitung mundur, tiga, dua, satu. Ia lemparkan flashbang itu hingga menimbulkan Cahaya kilat yang membuat beberapa pandangan mata menjadi kabur. Stella menyempatkan dirinya untuk lanjut berlari, ia menaiki pagar bangunan kecil dan melewatinya. Namun para petugas itu tidak mau menyerah, mereka masih berusaha mengejarnya.
Stella sadar, jika terus berlari seperti ini hanya akan membuang buang tenaga saja, ia sudah harus merancang strategi saat itu juga agar dirinya terlepas dari pengejaran. Stella kembali mengambil sebuah ranjau dengan cahaya laser sebagai pendeteksinya, kemudian ia pasangkan sejajar dibawah dasar tanah. Setelah itu ia kembali berlari. Terdengar tepat dibelakang Stella suara ledakan telah muncul, Stella sadar bahwa ranjau yang ia buat barusan telah memakan sebagian para petugas.
Stella beristirahat sejenak, menstabilkan nafasnya yang sudah pengap. Mungkin hanya tinggal beberapa petugas saja yang mengejarnya. Kali ini, ia akan menggunakan tubuhnya untuk melawan para petugas tersebut, karena Stella sudah kehabisan beberapa alat Explosive (Ledakan). Yang Stella punya hanyalah Sniper, Namun menggunakan Sniper bukan saatnya yang tepat untuk digunakan ditempat terpencil yang penuh dengan lekukan lekukan dinding saling berdekatan.
Dikeluarkannya senjata Kerambit dari saku jaketnya (Pisau Kecil), Ia pasangkan dikedua telapak tangannya. Tas besar yang tertempel dipunggung ia lepas untuk memudahkan gerakannya. Daribalik tembok Stella akan menggunakan taktik serangan tiba tiba. Kembali terdengar suara langkah daripada petugas yang mengejarnya.
"HiiiyyyaaT !!!" Lantas Stella muncul secara mendadak dan menyerang beberapa petugas saat itu juga.
Dengan senjata kerambit dikedua tangannya, membuat gerakan yang fleksibel berputar dengan posisi beragam menyayat atau menggores seluruh bagian tubuh para petugas. Stella hanya akan melumpuhkan sebagian gerakan petugas yang mengejarnya, bagaimanapun Stella tidak sanggup untuk membunuhnya, Karena memang misi mereka bukanlah itu. Setelah semua gerakan petugas lumpuh, Stella kembali mengambil tas dan berlari melarikan diri.
Namun ...
"Berhenti Disana!" Pekik seseorang dibelakangku. Aku mengenal suara ini, ini merupakan suara Inspektur Jenderal (Irjen) wanita milik organisasi NDO (National Defense Operations), yang aku takut takutkan kini datang juga. Organisasi kami memang sering sekali berurusan dengan mereka. Mereka mendirikan NDO sebagai Organisasi Pertahanan milik Negara, dan keberadaan mereka diakui, berbeda dengan organisasi kami yang terbilang tertutup.
Aku membalikkan tubuhku dan memandangnya 15 langkah dari tempatku berdiri, tidak salah lagi. Aku mengenalnya, ia merupakan pemimpin dari Organisasi NDO yang bernama Rena Nozawa beserta dengan bawahannya yang bernama Ayana Shahab. Rena menodongkan pistol kearah tubuhku, membuat pergerakan ku terhenti.
"Lagi lagi aku berurusan denganmu. Aku kira dengan terpecahnya NPW maka aku sudah tidak akan pernah untuk melihat organisasi mu lagi, tetapi aku salah. Pergerakan kalian kali ini semakin brutal. Bukankah NPW dibangun untuk membasmi para tetoris? Lantas, apa tujuan NPW kali ini yakni membunuh seorang turis yang ingin berlibur di kawasan Bali ini?" Kata Rena Menerka dengan rasa yang amat percaya diri.
Stella sedikit tertawa rendah. "Itulah kelemahan kalian, kalian mengerjakan tugas hanya berupa mengupas luarnya saja, kalian tidak pernah ingin mendalami sebuah kasus sampai ke akarnya. Jika kalian terus seperti itu, maka kalian tidak akan pernah mengetahui maksud utama kami."
"Baik, kali ini akan aku buat kau mengatakan apa yang ada dibalik semua ini. Dan aku tidak akan segan untuk menginterogasi mu dengan keras."
Rena mulai membidik tubuh Stella. Mungkin ia akan mulai melumpuhkan Stella ditempat. Kegelisahan serta sedikit rasa panik muncul pada perasaan Stella. Air keringat mulai muncul mengalir dari kepala hingga daguku.
"Bagaimana Keadaanmu?" Kembali terdengar suara Yona melalui radio kuping kananku ini.
"Aku baik baik saja, kalian pergilah ketempat yang aman." Stella tahu bahwa dirinya sedang dalam bahaya, namun ia berpikir daripada tertangkap semua, lebih baik tertangkap satu dengan berbohong pada Yona.
"Lagi lagi Organisasi NDO yang menghalangimu. Sampai kapan mereka terus mengganggu pergerakan kita." Terka Yona, namun itu bukan hanya sekedar terkaan. Stella terkejut.
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa NDO lah yang ada dihadapanku?" Balasku.
"Aku sudah memasang Kamera tepat didepan Topi yang kau pakai itu. Jadi, jangan coba coba untuk bertindak sendiri. Aku akan mengirim orang untuk membantumu. Ulurlah waktu."
Setelah omongan Yona barusan, Stella sedikit penasaran. Lantas dengan sendirinya lengannya memegang Topi yang ia pakai untuk memastikannya, Namun sayang, Kesalapahaman Terjadi. Rena melepaskan peluru kearah tubuh Stella, dikiranya Stella bergerak untuk melarikan diri. Peluru tersebut melesat terbang kearah bahu Stella, peluru yang terlepas membuat sedikit lubang di bahu Stella, dan darah pun tidak henti hentinya keluar. Stella ambruk saat itu juga, tubuhnya terjatuh ke lantai, ia sulit bernafas.
"Stella? Kau tidak apa apa? Stella? Apa kau bisa mendengarku?" Kata Kinal penasaran dari dalam mobil setelah mendengar suara tembakan. Kinal kembali memeriksa Tabletnya untuk memastikan keadaan Stella.
"Ia tertembak, Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa perlu aku menyusulnya?"
"Tidak usah! Mungkin saat ini Stella akan mulai diinterogasi oleh mereka. Aku yakin Stella bisa mengatasinya dengan baik. Jadi kalian tidak usah mengkhawatirkannya." Kata Yona memaksa.
"Tetapi, NDO itu bukan sembarang organisasi. Peraturan disana sama kejam nya dengan NPW, sandera bisa saja disiksa keras atau bahkan dibunuh jika tidak mengakui yang sebenarnya." Desak Kinal.
Setelah Stella lumpuh dan tidak sadarkan diri, Rena memberi isyarat pada Ayana untuk segera membawanya pergi.
"Kau urusi dia dengan baik. Berikan perawatan intensif pada dirinya, Jangan sampai ia tewas. Karena kita belum mengetahui maksudnya."
"Aku mengerti." Patuh Ayana.
15 Jam sudah berlalu, tubuhku lemah tak berdaya. Aku tahu bahwa sekarang aku berada diruang Isolasi Milik NDO. Semua pakaian ku sebelumnya sudah tergantikan oleh kain tipis yang hanya menyelimuti sebagian dada serta kemaluanku saja. Ruangan ini sungguh tertutup, ditambah luka bahuku yang sering sekali menyengat nyeri seperti ditusuk tusuk. Aku bertumpu di kursi dengan kedua lenganku terikat dibelakang. Tidak ada cahaya disini, udaranya sungguh pengap. Aku dengar, tidak ada orang yang bisa bertahan selama 5 menit dalam penginterogasian oleh pihak NDO, sungguh sempurna.
Diruang pengontrolan, Rena serta Ayana mengamati Stella Daribalik layar TV yang tersambung oleh CCTV ruang isolasi. Melihat Stella yang sudah sadarkan diri, Rena berjalan menuju ruang isolasi untuk memulai penginterogasian terhadap tersangka.
Kali ini aku melihatnya, ia berjalan mendekatiku serta ia tidak lupa menghidupkan lampu berukuran besar dengan cahaya yang mengarah kearahku. Cahayanya sungguh kuat menerpa tubuhku, aku kepanasan karenanya. Dan ia memasangkanku sebuah Earphone, suara suara keras keluar dari earphone yang menempel dikedua kupingku, ia bertujuan hanya untuk mengacaukan indra tubuh akibat rangsangan yang berlebihan. Akibatnya, konsentrasiku buyar dan aku akan mengalami masa kegelisahan serta kepanikan yang berat.
"Jika kau menjawab apa yang aku tanyakan, maka aku tidak akan bersikap kasar lebih dari yang ini. Namun jika kau mengabaikannya, maka aku tidak akan segan segan untuk menyisak mu." Ancam Rena.
"Misi seperti apa yang sudah kau lakukan saat dibandara?" Tanyanya padaku.
Mataku memelotot memandang Inspektur itu, aku tidak akan berkata apa apa padanya. Tiba tiba saja, gumpalan tangan Rena melayang kearah wajahku dengan kerasnya hingga kursi yang aku duduki ikut terjatuh, begitupun dengan tubuhku.
"Aku tidak akan mengulanginya. Cepat katakan!" Bentaknya lagi.
Aku terus melempar wajah jengkel padanya, dan aku akan masih bersikeras menentangnya. Aku tidak akan berbagi informasi padanya, walau tubuhku ini hancur.
Rena yang melihat tingkahku sudah kehabisan cara, ia mengambil sebuah Belati dan menancapkannya kebagian paha ku. Aku berteriak kesakitan, lagi, darahku mengalir dengan mudahnya.
"Hal yang ditakuti wanita yakni, tubuh serta kulitnya. tentu wanita yang mempunyai luka goresan tidak akan dianggap sempurna oleh sang pria. Apa aku harus melakukannya? Sudah aku katakan sebelumnya, jangan membuat suasana semakin rumit." Ucapnya sembari mendekatkan Belati itu kewajahku.
"Goresan sebesar apapun, aku tidak akan memperdulikannya. Aku hidup hanya untuk menjalankan misi melindungi negara. Dalam peraturan yang sudah aku tanda tangani, tidak ada peraturan yang mewajibkan agen untuk berumah tangga. Jadi, ancamanmu tidak ada gunanya bagiku." Balasku padanya.
Tidak tanggung tanggung, inspektur itu menyayat wajahku secara perlahan. Aku mencoba menahan rasa sakit ini dengan memejamkan mata, rasa sakit yang sudah tidak bisa ditampung membuat air mataku keluar. Aku merasa seluruh tubuh ini sudah hancur, meliputi bahu, paha, wajah, hingga kejiwaaanku sudah mulai terganggu.
Ayana datang dan mencoba menghentikan Atasannya. "Aku mohon tolong hentikan. Aku rasa cara seperti ini hanya akan membuang waktu."
Rena menentang omongan Ayana barusan. "Apa maksudmu?"
Ayana memperlihatkan Ponsel milik Stella yang ia temukan didalam pakaiannya. "Kita bisa menyelidikinya lewat ponsel ini. Log terakhir yang ada pada ponsel ini, Wanita itu sering sekali menelepon orang yang bernama Yona. Mungkin kita bisa melacak keberadannya."
"Siapa Dia?" Tanya Rena begitu tegas padaku.
Lantas aku menjawabnya dengan tenang. "Dia adalah Atasanku."
Setelah mendengar jawabanku, Rena serta Ayana meninggalkanku begitu saja. Mungkin mereka akan mulai melacak keberadaan Atasanku, Namun aku hanya bisa tersenyum mereka mengambil langkah tersebut.
Malam hari, markas persembunyian Team N. Yona sedang sibuk merapihkan peralatan tempurnya, meliputi senjata api, explosive dan beberapa metarial serupa.
Ayen memandang Yona Heran. "Untuk apa kau lakukan semua ini? Apa kita akan mencari markas baru?"
"Team kita mungkin sedang berada diruang Isolasi, akan lebih baik jika kita mengantisipasinya. Semua gadget pribadi milik Stella mungkin sudah dalam genggaman inspektur itu."
"Lalu, bagaimana dengan tawanan itu?"
"Aku akan mengurusnya." Jawab singkat Yona.
Yona menemui Tawanan yang sedang tertidur diatas kursi yang kaki dan kedua tangannya di borgol. Dengan cepat gumpalan tinju Yona mengenai wajah si tawanan tersebut hingga ia terbangun. Yona mengeluarkan pistol sambil mengokangnya mengarah ke kepala si tawanan.
"Misi seperti Apa yang kau lakukan di Bali ini?"
Tawanan tersebut mengelaknya. "Apa maksudmu? Aku hanya seorang turis yang ingin bersenang senang diBali. Apa itu harus dilarang?"
Dengan cepat Yona melepaskan peluru hingga mengenai kaki si tawanan, Tawanan tersebut berteriak kesakitan. Yona sadar bahwa dirinya tidak mempunyai waktu banyak, karena mungkin NDO sedang dalam perjalanan kemari.
Lagi lagi Yona mengamcamnya dengan mengarahkan pistol ketubuh tawanan. "Aku bertanya sekali lagi, misi apa yang telah kau terima? Cepat jawab!"
Tawanan tersebut masih mengunci mulutnya, dan Yona pun tidak segan kembali menembak kakinya. Tawanan tersebut sudah tidak bisa bertahan, akhirnya ia mau membuka mulutnya. "Aku diberi misi untuk memantau rute melarikan diri dikawasan ini. Tiga hari lagi, sebuah bom akan meledak di kawasan Dreamland yang terletak dibukit unggasan. Aku mohon, tolong lepaskan aku kali ini saja. Jika aku sampai gagal, maka mereka akan membunuh semua keluargaku. Aku mohon."
"Aku akan melindungimu. Namun, kau harus beritahu pada kami semua informasi yang kau punya. Apa kau mengerti?"
Tawanan menggangguk cepat. "Baik, aku akan memberitahumu semua informasi yang kupunya secara detail."
Tidak lama percakapan Yona dengan tawanan berlangsung, Acha datang dengan perasaan gelisah menerpanya.
"Kita sedang dalam bahaya. Pasukan NDO sudah mengepung tempat ini." Kata Acha pada Yona.
"Nyalakan semua ranjau yang sudah kita pasang disekitar area ini. Dan suruh Kinal untuk siap siaga dibagian timur dengan Sniper. Kita akan melarikan diri melalui gerbang timur. Dan suruh Ayen untuk menuntun tawanan ini kedalam Mobil. Aku akan mencoba mengulur waktu." Kata Yona sambil mengokang pistolnya.
Bersambung ...
Follow kami di Twitter @JKT48fanfiction
Jika kalian mempunyai Pertanyaan bisa kirimkan ke alamat Email Parahesitisme@gmail.com
Copyright © JKT48 NOVEL
0 comments:
Posting Komentar