"NABILAHHHhhh!"
Ve berteriak di sebelah Nabilah yang masih tidur
"hem~"
"Nabilah bangun Nabilah, ada yang mau kak Ve sampein!"
"ntar... aja~ kalo aku udah,-" Nabilah bicara dengan nada masih
setengah tidur setengah bangun "sekarang! kita gak banyak waktu lagi
Bil!" Ve memotong ucapan Nabilah dan terdengar begitu serius "aduh
Nabilah, kak Ve serius nih! Ada yang
harus kamu tahu tentang kak Ve dan... misi kita untuk minta maaf!!"
Nabilah masih tidur "ayolah Bil, ini menentukan hidup dan matinya kak
Ve!" Nabilah masih tetap tidur, Ve tidak mendengar respon dari Nabilah
"Nabilah..."
".............."
karena tidak juga mendengar respon dari Nabilah, Ve memutuskan untuk bicara apa yang ingin dia sampaikan
"Nabilah, kak Ve akan beneran meninggal nih!" setengah sadar dan tidak
Nabilah mendengar kata 'meninggal' "kak Ve belum mau meninggal Bil,
masih banyak yang harus kakak perbaiki.." Ve mulai menangis *arwah
nangis? Emang bisa?*
Nabilah membuka matanya dan cukup bersimpati
dengan suara Ve "cuma kamu yang bisa bantuin kak Ve, Nabilah! Tolonglah
kakak.. kakak beneran butuh bantuan kamu!!"
Nabilah pun mulai tersentuh dan memaksakan tubuhnya untuk bangun
"heeeeeH!~ kak Ve itu kenapa sih? Seneng banget gangguin hidup aku?
AHH!~" Nabilah terkejut melihat wajahnya Ve, bukan karena dia takut,
tapi dari wajah yang sekarang Nabilah lihat tidak seperti wajah-wajah
biasanya yang Nabilah lihat (Ve terlihat hopeless, wajah kalem nya
begitu di selimuti ketakutan dan kesedihan)
"maafin kak Ve,
Nabilah! Kakak emang selalu jadi pengganggu!! Saat kak Ve masih bisa di
lihat oleh orang-orang, kak Ve gangguin kehidupannya mereka. Dan
sekarang.... kakak tidak terlihat lagi sama siapapun bahkan nyaris
meninggal, kakak gangguin hidup kamu malah mau nyusahin kamu! Maafin
kakak!!"
Nabilah melongo mendengar curahan si arwah yang sepertinya
begitu menderita "kak Ve kok bicaranya gitu sih? Nabilah kan cuma
bercanda kak?! Maafin Nabilah ya?" Nabilah tersenyum, dia sudah duduk
diatas tempat tidurnya dan berhadapan dengan Ve.
"kamu gak perlu minta maaf, karena yang harusnya minta maaf itu kakak!" Nabilah begitu tersentuh dengan ucapan Ve.
Hening sesaat menyelimuti kamarnya Nabilah
"jadi? Ada apa kak? Kenapa kakak gangguin aku sepagi ini?" Nabilah membuyarkan kesunyian
"kita cuma punya waktu 48jam untuk menyelesaikan misi kita, Nabilah!"
Ve mulai bercerita, Nabilah mengerung heran "kakak cuma punya waktu
48jam untuk dapatkan maaf dari mereka yang pernah kakak sakitin, maaf
yang tulus dari mereka!,-" ~ "Hah? 48jam?! Gila apa ya? 48nama dalam
waktu 48jam, pemberian maaf yang tulus!" Nabilah memotong Ve dengan
begitu terlihat kaget, Ve mengangguk.
"itu gak mungkin kak! Lagian~
dari mana kita tahu kalo orang-orang itu dengan tulusnya mau maafin
kakak!!" Nabilah kini terlihat hopeless "kemarin-kemarin kak Ve gak
bilang apapun sama Nabilah tentang adanya waktu yang membatasi!! Ia
kan?"
"kak Ve juga baru tahu kemarin Nabilah, kak Ve kemarin di
ajak sama.... Kakak gak tahu dia siapa tapi dia bilang kalau kakak cuma
punya waktu 48jam untuk mendapatkan maaf, kalalu lebih dari waktu itu...
kakak akan meninggal dengan membawa setumpuk amarah orang lain yang
mengantarkan kakak, kesana (akhirat maksudnya)!" Nabilah kembali
mengerutkan kening. 'Dunia arwah begitu ribet! Pake ada rules segala
lagi!!' pikir Nabilah, "cuma kamu harapan kak Ve satu-satunya Nabilah!
Kamu yang bisa bantuin kakak!!" Ve menatap lekat Nabilah
"gak,
bukan cuma Nabilah harapan kakak satu-satunya!" Ve memasang wajah heran
"kak Ve masih punya Tuhan" *deg* Ve begitu tersentuh mendengar kata
'Tuhan' keluar dari mulutnya Nabilah. "Nabilah, dengan bantuan dari
Tuhan akan membantu kak Ve seeeemaksimal mungkin! Biar kakak di kasih
kesempatan ke dua untuk memperbaiki kehidupan kakak!" suara Nabilah
begitu berapi-api di pagi yang langitnya masih terlihat gelap
"kamu memang anak yang baik Nabilah! Keluarga dan teman-teman di sekitar
kamu pasti sangat bahagia dengan kehadiran kamu" Nabilah tersipu malu
dengan pujian dari Ve..
"jadi? Kapan kita mulai 48jam kita kak?"
sekarang Nabilah begitu semangat
"nanti sore, saat matahari perlahan turun dengan di temani warna
orange keperakan yang menyembur dari langit. Saat itu 48jam kakak di
mulai!!"
Nabilah berpikir "jam 5 sore?" tanya Nabilah, Ve
mengangguk. "yosh, aku mau mandi siap-siap ke sekolah dan mulai
mendatangi mereka satu-persatu! Biar saat 48jam itu dimulai kita sudah
dapat beberapa orang yang mau maafin kakak!! Benar kan?"
Ve
tersenyum bahagia mendengar ucapan Nabilah, dia berulang kali
mengucapkan rasa terima kasihnya pada Nabilah. Sementara Nabilah berlari
ke kamar mandi, Ve masih terduduk di atas tempat tidur Nabilah dan
merenung.
Dia merasa, masih ada keberuntungan yang berpihak di
sisinya dengan adanya bantuan dari Nabilah yang Tuhan kasih. padahal
selama ini Ve sudah sangat lama tidak pernah menemui Tuhan atau
menyebutkan nama Tuhan dalam kehidupannya, dia sibuk membenci Tuhan atas
apa yang terjadi pada kehidupannya. Meski hidup dalam limpahan harta,
Ve merasa semua itu tidak bisa memberikannya kebahagiaan. Semua harta
itu hanya menyuguhkan keindahan semu yang tidak memberikan efek
ketenangan hati. Ve punya 3sahabat tapi sampai sekarang dia tidak
melihat ke3 nya ada datang menjenguk dia ke rumah sakit, Ve juga punya
orang tua lengkap tapi mereka terlihat tidak begitu shock atau sedih
melihat anak satu-satunya yang sedang berada di ambang pintu kehidupan
dan kematian. Mereka masih saja sibuk dengan pekerjaan dan
pertengkarannya.
Jam 05.15 Nabilah sudah rapi dengan seragam
sekolahnya. Dia keluar dari kamarnya, dan menuruni tangga di temani Ve.
Nabilah mengampiri mamanya yang sedang sibuk di dapur
"pagi mah!" sapa Nabilah
"eh, anak mama.. tumben jam segini sudah rapi?"
mama cukup terkejut dengan Nabilah yang sudah rapi dan sepertinya siap berangkat.
"kalo lebih pagi kan rezekinya gak akan di patuk ayam mah, hehhee"
jawab Nabilah sambil melihat-lihat apa yang sedang di siapkan mama dan
bi ijem
"rejeki? Aduhhh anak mama ngomongnya udah kayak orang
dewasa aja!!" Nabilah melemparkan senyumnya dengan mata masih main di
hidangan pagi mama "rezeki orang dewasa itu uang, kalo rezeki untuk aku
itu ilmu mah!" ujar Nabilah dengan tangannya kini bersiap mencomot
makanan, tapi kemudian mama mengepaskan tangan Nabilah. "gak sopan! ini
buat di makan sama-sama, masa kamu mau mendahului! Mana pake tangan, di
nyomot-nyomot lagi" kata mama
"he..he.. maaf mah, gak di sengaja!"
jawab Nabilah, Ve yang sedang di samping Nabilah ikut tersenyum melihat
tingkah Nabilah yang masih seperti anak kecil (lah Nabilah kan emang
masih kecil tapi..... SKIP)
Jam 6 lebih sedikit Nabilah sudah
sampai di sekolah. Dia berangkat naik sepeda mininya, dengan alasan pada
keluarganya kalau dia ada misi berat yang tidak bisa ditunda dan sangat
mendesak, makanya Nabilah berangkat begitu pagi dari rumah (udah kayak
mau ke medan perang aja). keluarga Nabilah sudah tahu perihal permintaan
bantuan yang di ajukan si arwah pada Nabilah, namun mereka tidak ada
yang tahu kalau misinya itu di kasih jangka waktu.
Nabilah
berdiri di dekat mading pura-pura membaca, dia kini ada di gedung SMA.
Sebelum-sebelumnya Nabilah belum pernah masuk ke gedung SMa tapi kali
ini dengan penuh keberanian dan siap menanggung malu Nabilah masuk ke
gedung berlantai 4itu. Ditasnya ada beberapa banyak barang milik
orang-orang yang akan dia mintai permintaan maaf atas nama Ve.
'gile... kenapa aku bisa sampai senekad ini ya? Buat bantuin kak Ve!
Padahal, kenal aja enggak!' Nabilah sibuk menggumam dalam hatinya (Ve
ada di samping Nabilah seperti biasanya, Nabilah masih menghadap mading.
Sementara Ve melihat-lihat ke arah murid-murid yang mulai berdatangan)
'apa kata Gaby dan Ayana nanti... kalau mereka tahu aku main di gedung
SMA dan,-'
"Nabilah, Nabilah... Nisa sama Ghaida dateng tuh!"
Ve bicara tanpa melihat wajah Nabilah, karena sedang memasuki alam pikirannya Nabilah jadi tidak mendengar ucapan Nabilah
"NABILAH!" ~ "Ha!!" Nabilah kaget dengan teriakan dari Ve hingga
membuat dia menjadi pusat perhatian beberapa murid yang baru datang "apa
sih? Biasa aja manggilnya" gerutu Nabilah
"ia maaf~ abisnya kamu sih.. kak Ve ngomong gak di tanggepin!!"
"ya udah ada apa?" Nabilah sambil celingukan bicara dengan Ve
"itu tuh... ada terget kita yang udah dateng!"
saat mendengar ucapan Ve, Nabilah segera memainkan matanya
"mana?" tanya Nabilah, lalu Ve menunjukan tangannya.
Terlihat 2orang murid yang potongan rambutnya sama-sama pendek tapi lebih pendek yang tinggi badannya lebih tinggi.
"aduh gimana nih? Alah~ um... gimana Nabilah ngomongnya nih... aisshhh (Nabilah terlihat panik, karena gugup)"
"tarik nafas Bil!" Nabilah menuruti "buang nafas... semuanya!"
"eh? Mati dong Nabilah!? Heh, kak Ve_- lagi panik gini juga masih aja mainin!!" Ve tertawa renyah.
'Ok! Nabilah Ratna Ayu yang gak bisa nyebutin huruf R dengan jelas!
Kamu pasti bisa!! Semangat lah, Semangat 48!!!' bisik Nabilah pada
dirinya sendiri. Ve hanya bisa teresenyum melihat tingkah Nabilah yang
seperti itu.
Nabilah pun berjalan untuk menghampiri 2murid yang
beda tingkatan namun selalu barengan kalau pagi-pagi gini untuk masuk ke
salah satu ruangan bertemu dengan teman-teman mereka lainnya membahas
tentang Anime, manga, Cosplay, dan berita lainnya tentang kultur Jepang.
Nabilah mengambil lagi nafasnya dan mengumpulkan keberaniannya, jalan~
jalan~ jalan~ semakin dekat dan... Nabilah berhenti di depan keduanya
menghalangi jalan mereka, namun karena Nabilah tidak langsung bicara,
kedua murid itu bergeser ke sebelah kiri untuk menghindari Nabilah
(dikira ketidak sengajaan papasan), Nabilah yang melihat itu langsung
mengikuti gerakan keduanya, mereka bergerak ke sebelah kanan Nabilah
ikuti, mereka ke kiri Nabilah ikut, kiri-kanan beberapa kali sampai si
murid yang rambutnya lebih pendek bicara "eh dek, (karena dia melihat
Nabilah memakai seragam SMP) kamu diam di tempat. Aku sama temen aku
bakal lewatin kamu! Ok!?" katanya sambil memerintah. Nabilah tidak
menjawab, saat Ghaida (si murid berambut paling pendek) dan Nisa (si
murid yang rambutnya sebahu) akan ngelewatin Nabilah, dengan refleks
Nabilah kembali mengikuti gerakan mereka. hingga Nisa mengucapkan satu
kata "baka!" pada Nabilah 'dia ngomong apaan ya?' tanya Nabilah tapi
tidak dia sampaikan
"dia bilang BODOH, Bil!" bisik Ve karena melihat wajah Nabilah di naungi pertanyaan
"APA?" reflek Nabilah bicara dengan ekspresi kesal karena di sebut bodoh
"aaa~pa?" tanya Nisa
"apanya?" jawab Nabilah
"ya kamu bilang 'apa?' itu untuk apa?" kembali Nisa bicara,tapi tidak
Nabilah respon karena dia masih merasa kesal "Ergh, anak SMP ni!!
Ngeselin.." ujar Nisa yang di diamkan Nabilah
"eh? yang ngeselin itu kakak! Pake bilang aku bodoh lagi!! Dasar anak SMA! Belagu~" Nabilah tidak mau kalah.
Akhirnya Nabilah dan Nisa beradu mulut di hadapan Ghaida dan Ve (Ve
menghela nafas lalu menjatuhkan kepalanya lemas; Ghaida segera
menghentikan kedua anak yang tingginya tidak jauh beda itu karena murid
SMA ataupun SMP yang mulai berdatangan dengan ramai lancarnya sedang
melihat ke arah mereka)
"Nichan~ udah-udah... malu diliatin!!"
"Nabilah udah Bil, malu diliatin!"
Ve dan Ghaida mencoba memisahkan keduanya, Ghaida memegang pundak Nisa
yang dia panggil Nichan, sedangkan Ve hanya bisa bicara tanpa bisa
melakukan kontak fisik.
Nisa bisa berhenti dengan ocehannya pada
Nabilah, dia menuruti apa kata Ghaida. Sementara Nabilah masih sibuk
dengan kekesalannya pada Nisa dan dia bicara pada Ve untuk tidak
menghentikan ocehannya pada Nisa "ah biarin kak, ni kakak satu belagu
banget soalnya!" ~ "Jangan gitu dong Bil, kamu kan mau nyampein pesan
aku sama dia!" ~ "bodo amat! Orang belagu kayak dia mah gak pantas kakak
mintain maaf!!" (Ghaida dan Nisa menganga melihat sikap Nabilah yang
sedang sibuk ngoceh sendiri) "gak gitu Bil, kamu nya aja yang terlalu
WaW nanggepin Nisa! Dia gak bela,-" ~ "Kakak belain dia!? Aku gak akan
sampein pesannya!!" Nabilah marah pada Ve, saat Ve akan kembali
berbicara "ia tapi,-" Ve keburu melihat ekspresi Ghaida dan Nisa yang
sedang mengerung
"Bil, Bil.."
"apa?" wajah Nabilah masih nyolot pada Ve
"itu Bil.." Ve masih mengarahkan wajahnya pada Ghaida dan Nisa
"apa sih? Gak Jelas bang,-" Nabilah bicara sambil mengikuti arah dari
kedua bola matanya Ve, dan saat dia sampai di titik arah matanya Ve.
Lidahnya berhenti merangkai kata karena Nabilah bisa sangat jelas
melihat ke heranan di wajah Ghaida dan Nisa yang sedang melihat
tingkahnya, karena tanggung sudah diliatin Nabilah pun akhirnya bicara
masih dengan wajah nyolotnya
"Apa? Baru pertama kali liat orang ngomong sendiri?!"
kata Nabilah tanpa berpikir kalau mereka adalah targetnya
"eh anak SMP, udah ganggu gak jelas pagi-pagi.. Sekarang keliatan
ngomong sendiri malah marah-marah kesini!! Dasar anak Aneh!!!" ujar Nisa
diikuti Ghaida "udahlah Nichan, biarin aja! Udah tahu ni anak aneh
masih aja di ladenin!! Yuk pergi yang lain udah pada nungguin!!!" (Ve
hanya bisa menepuk jidatnya dengan kelakuan Nabilah)
"eh, anak SMA~ jaga ya kalo bicara, mentang-mentang ngomong sama junior bisa seenaknya! Pake ngatain Aneh segala lagi!!"
"eeh? Masih aja nyolot, udah kamu yang salah juga!" kembali Nisa menanggapi
"aduh Bil, udah dong! Gimana mau minta maafnya" Nabilah hanya melirik dengan sudut matanya mendengar ucapan Ve.
"Nii~iichan,, udah kak Ghaida bilang gak usah di tanggepin! Hayu masuk!!" Ghaida pun menyeret Nisa masuk ke gedung SMA.
Wajah Ve memperlihatkan kekecewaanya pada Nabilah, sedangkan Nabilah
masih dengan rasa marahnya "ah! Ngeselin~ aku gak mau minta maaf sama
kakak-kakak di gedung ini!" ucap Nabilah sambil menghentakan kaki
kanannya dan pergi ke taman sekolah tanpa menghiraukan Ve. Ve tidak bisa
berbuat apa-apa kecuali mengikuti langkah Nabilah.
Bersambung lagi.. ^^
Aku tunggu kicauannya ya.. Arigatou :)
Maaf Kalau membosankan!!
0 comments:
Posting Komentar