Selasa, 23 April 2013

-Journey- BabI -Introducing- #Chapter5



"dateng-dateng, main udah siap, siap aja! Siap apa?!" tanya nabilah
"preparenya?" jawab cindy, seraya menyodorkan satu cup juice mangga

"prepare apaan?!" tanya nabilah, tangannya mengambil juice yang ditawarkan cindy.
"ya ampun, nabilah. Masuk SMA aja belum, pikunnya udah kayak nenek-nenek!" jawab cindy
"lebay!" balas nabilah
"ya kamu, ditanya serius. Malah balik nanya! Itu loh bil, nanti pas graduation kita kan ada pentas terakhir sebagai anak eSeMPe!" jelas cindy
"Oo..." jawab nabilah "Oo..! Jawaban apa tuh?! Aku udah ngomong panjang lebar juga. Jawabannya cuma 'Ooo'" protes cindy
"ya terus, kamu maunya aku jawab apa?!" tanya nabilah, dengan tangannya memainkan sedotan juice nya.
"ya... Apa ke, yang semangat dikit! Biasanya juga kamu yang paling semangat, kalo soal urusan pentas-mementas!" ujar Cindy
"mana Nabilah Ratna Ayu Azalia yang aku kenal?! Semangat mu mana nak?!" kata cindy sambil menyeruput juice strawberry nya.
"Cindy, bisa engga? diem? Bentarrrr aja! Ga usah bahas apapun. Diam aja temenin aku disini! Ok." jawab nabilah.
keadaan menjadi hening. kedua sahabat itu, saling mengatupkan bibirnya.

beberapa menit lamanya terdiam, akhirnya cindy mulai kembali bersuara.
"aku tahu ko, kamu lagi ada masalah kan di rumah?" ucap cindy, menatap ke lapangan basket yang kosong.
"kata siapa?!" tanya nabilah, menatap cindy.
"kata mata kamu, kata muka kamu, kata gerak-gerik kamu, kata semua anggota tubuh kamu!" jawab cindy membuat nabilah mengerungkan wajahnya.
"aku tuh sahabat kamu, mana mungkin aku ga tau kalo sahabat aku ini lagi ada masalah! Beberapa hari ini kamu selalu terlihat murung, ga kayak nabilah biasanya yang selalu ceria." ucap cindy. Nabilah hanya bisa diam mendengarkan ucapan-ucapan sahabatnya.
"dan kemarin malam, achan telepon. Ternyata dugaan aku emang benar, kamu... Ribut lagi kan sama papa kamu?!" tanya cindy.
nabilah hanya bisa diam dengan mata berkaca-kaca.
"ia,, kemarin aku telepon cindy." suara ayana menyeruak, membuat nabilah dan cindy menatapnya. "tadinya, aku pikir cindy udah tau cerita soal kamu sama papa kamu. Tapi ternyata cindy belum tahu! Kamu ga marah kan nabilah?" tanya ayana, dia mengambil posisi duduk di sebelah kiri nabilah.
"jadi bener? Kamu ribut lagi sama papa kamu?" tanya cindy, nabilah mengangguk pelan.
"nabilah... yang aku tau. ini bukan kali pertama kamu ribut sama papa kamu kan?" ujar cindy, dia kini mulai menatap nabilah. "so far, kamu bisa ngatasin semuanya kan. Kamu ga pernah terlalu ambil pusing tentang kemarahan papa kamu, yang selalu melarang kamu untuk menyanyi sama menari. terus, kenapa sekarang kayak gini! Kamu murung, tak ada semangat, keceriaan kamu hilang!" tutur cindy
"setuju deh sama cindy. nabilah yang sahabat aku itu selalu semangat, membawa keceriaan. Seperti nama nya N.A.B.I.L.A pake H. NA=Namanya Nabilah BI=Bisa jadi pelipur LA=Lara orang lain dan H=hingga orang yang dihibur bisa kembali senyum " seru ayana,
cindy tersenyum mendengar seorang ayana yang ceria, senang bercanda. tapi dia selalu bisa mengeluarkan kata-kata yang bisa menghibur sahabatnya. ketika dirinya ataupun nabilah sedang menghadapi masalah. nabilah juga bisa melukiskan sedikit senyum di wajahnya yang mendung. saat melihat tingkah ayana.

"tapi... Kondisinya sekarang beda cindy, achan!" jawab nabilah, matanya menatap cup yang berisi sisa juice. sambil memainkan sedotannya. "waktu itu papa marah banget, sampai sekarang aja aku masih di cuekin. Dan Ga tau kenapa kata-kata papa, sikap acuh papa, yang sekarang terasa begitu menyakitkan buat aku" nabilah menjelaskan isi hatinya.
"kamu tau? Aku iri loh sama kamu." kata cindy membuat ayana memasang wajah bingung, dan nabilah menghentikan aktifitasnya memainkan cup. dia memandang cindy. "ia... Aku seriusan iri sama kamu, Tuhan begitu sayang sama kamu. Dia ngasih kamu cobaan begitu berat di usia kamu yang masih sangat muda. Kata Almarhum ayah aku dulu, 'apapun yang hadir dalam hidup kita, kita harus tetap bersyukur. Sekalipun yang datang itu sebuah masalah. Karena masalah itu hadir untuk mengangkat derajat kita di hadapan Tuhan'" ucap cindy, dia menerawang ke masa lalunya.
"bukankah hidup tanpa masalah ataupun cobaan akan terasa biasa aja, ga ada tantangan nya bil. 'ada masalah pasti ada jalan keluar' itu kata bunda aku. Yakinlah Tuhan selalu tahu yang terbaik buat kita, sekalipun itu setetes air mata dari rasa sakit." tutur, cindy begitu bijak.
"mungkin kamu akan berpikir, kalo aku so tau atau kalo aku enak cuma ngomong aja. Tapi ga ngerasain langsung posisi kamu." ungkap cindy.
"Bukankah Tuhan menciptakan kita berbeda, masalah kita juga berbeda, meskpiun pasti ada yang sama. Apapun alasan kita merasakan sakit di hati, rasanya tetap sama... Sakit. dan aku pernah ngerasain itu. Makanya aku bisa bicara seperti sekarang ini. Semua butuh penyesuaian kan bil?" dengan tangannya di simpan di bahu nabilah, cindy menutup kata-kata nya dengan memberikan semangat.

"yang barusan ngomong itu beneran kamu cin?" tanya ayana, dengan wajah kagum
"ya iyalah itu aku, menurut kamu itu siapa!" jawab cindy. Pada ayana yang masih menganga.
"aku ga mungkin berpikiran seperti itu kali cin, makasih ya... karena kalian berdua selalu ada saat aku butuh kalian.
meskipun aku tidak selalu bilang langsung ke kalian...." ucap nabilah, ayana dan cindy memeluk nabilah. di bawah langit sore yang begitu indah.


***
"maaf... Aku minta maaf..." ucap ve, "aku benar-benar minta maaf." ve menepuk-nepukan tangannya, keseragam perempuan yang tadi dia tabrak.
Dengan cepat perempuan itu menghempaskan tangan ve dari seragamnya.
"aku minta maa,-" belum semua kata ve ucapkan, teman dari si perempuan itu mendorong ve sampai ve hampir terjatuh kebelakang.
Untungnya ghaida yang berada di belakang ve bisa segera menangkap ve.
"dia kan udah minta maaf! Kenapa harus mendorongnya?!" ucap kinal kesal "kamu ga apa-apa kan ve?" tanya kinal pada ve.
ve hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Heh! Lo pikir, dengan dia coba membersihkan seragamnya stella dan minta maaf. tu seragam bakal bersih lagi apa!" kata teman stella yang tadi mendorong ve. "udahlah Je, ga usah di bahas lagi. kita pergi aja!" ucap stella. meminta pada jeje
"kalo didiemin entar mereka keenakan stell!" ... "gue setuju ama ikey." jawab cepat jeje atas pernyataan dhike
"lagian, temen lo itu. Ga pernah nemuin tempat buat lari apa?! Ini koridor sekolah bukan GBK!!" ujar Jeje, dengan tangan dilipat di depan melemparkan tatapan sinis pada kinal, ghaida dan ve.
"biasa aja kali, temen gue juga udah minta maaf. lagian yang ketabrak itu kan temen lu, kenapa jadi lu yang sewot!" ucap kinal kesal, menatap jeje.
"nyolot banget lu! udah tau temen lu yang salah, malah dibelain!" balas dhike.
kini kinal di kepung oleh 2orang. stella masih diam tidak mengeluarkan sepatah katapun; jeje dan dhike semakin geram pada kinal;

"nyantai dong! Kita tau, temen kita yang salah. Dia kan ga sengaja, lagian dia juga udah minta maaf" ghaida mulai bersuara, berdiri di samping kinal.
"kalo temen lu itu sengaja nabrak stella, itu artinya dia, sama lu semua nyari ribut! Ngerti!" dhike menatap ghaida benci.
"ikey, udah lah key. Ga penting juga diributin! Baju gue udah kotor juga!" ucap stella, menarik lengan dhike.

"stella bener, kalian berdua ga usah ngeladenin lagi orang-orang ga jelas kayak mereka!" suara dari seseorang yang baru datang, membuat jeje, dhike, stella melihat ke arah suara itu. Begitupun kinal, ghaida dan ve mereka menatap penuh tanya ke arah si pemilik suara.
"cleo." ucap jeje dengan wajah heran.
"cleo! Kapan datang? Kayak hantu aja" kata dhike tak kalah heran.
"ga penting gue datang nya kapan, yang penting sekarang kita pergi dari sini! Kelamaan debat sama mereka bisa-bisa jadi jadi kayak mereka. kampungan!" ucap cleo menatap ghaida, kinal dan ve. Dengan tatapan mencibir.
"lo ga apa-apa kan stell? Di mobil gue ada seragam, lu pake aja dulu itu." kata cleo.
mereka ber4 pergi meninggalkan kinal, ghaida. dengan tatapan sinis disudut mata mereka.
dan ve yang masih menunduk, setelah melihat cleo yang tadi menatapnya begitu penuh kebencian.

 ***
*ponsel melody berdering* dia lihat di layar sudah tercantum incoming call alert private number. "siapa ni?" pikir melody,
dia paling tidak suka jika ada yang menghubungi. tapi nomornya tidak dia kenal, apalagi ini tidak ada nomor sama sekali. Melody tidak mengangkat panggilan masuk itu, dia kembali berjalan menuju parkiran. Saat sudah dekat dengan mobilnya ponsel kembali berdering, melody tetap mengacuhkan. Berdering lagi, acuhkan lagi. sudah 5x ponselnya meneriakan panggilan orang tak bernomor itu.
Karena kesal akhirnya melody menjawab panggilan itu "halo! Siapa ni?" tanya melody tanpa basa-basi
"ini sama melody?" suara seorang pria bertanya diujung sana. "ia...." jawab melody "kamu sia,-" *tut,tut,tut,tut,* panggilannya terputus
"dasar orang aneh!" ucap melody. saat hendak masuk ke mobilnya, tiba-tiba seorang pria menghampirinya.

"Kamu, melody?" tanya pria itu
"ia, aku melody.. ada ap,-" belum sempat melody bertanya, pria itu sudah menyodorkan setangkai mawar merah. sontak melody kaget dengan tingkah pria aneh ini. "dari seseorang... yang ada disana..." ucap pria itu menunjuk ke arah jalan. dengan wajah herannya melody menerima mawar merah itu dari tangan si pria. dia mulai melihat ke arah yang di tunjuk, tapi tidak ada seseorang yang mencurigakan.
saat melody memalingkan wajahnya, si pria itu dengan cepat pergi meninggalkan melody.

..bersambung..

0 comments:

Posting Komentar