-Journey- BabI -Introducing- #Chapter21
Di sebuah boutiqe 2orang gadis dengan seragam SMA yang sama sedang duduk di depan ruang ganti, mereka duduk saling bersebelahan. Yang satu membaca melihat-lihat majalah, yang satunya sibuk dengan gadget. Tak lama keluarlah seorang wanita berusia sekitar 35th nan dengan mengenakan gaun pengantin berwarna putih "sayang, lihat... gimana menurut kalian?" tanya wanita itu dengan senyum yang begitu memikat, membuat siapapun yang melihatnya kala itu pasti akan langsung terpikat.
Gadis yang membaca majalah tersenyum dan berkata "bagus tante, tante kelihatan cantik banget.. papa pasti suka saat melihat tante dengan gaun itu!", wanita yang dalam waktu 2minggu lagi akan melepas masa kesendiriannya setelah bercerai dari suaminya 2th yang lalu ini mengalihkan pandangan pada gadis yang tadi memainkan gadget "bagus ko mah! Cocok!!" ucapnya dengan nada datar. "baiklah, mama sudah coba gaun mama. Sekarang giliran kalian masuk dan cobalah gaunnya." gadis satu yang terlihat begitu feminin kemudian berdiri memasuki ruang ganti, diikuti gadis kedua yang terlihat agak tomboy.
Malam Hari.. Di rumah keluarga Kinal. Terlihat cindy sedang melamun sendiri di kamarnya dengan tangan kanan memegang sebuah bingkai photo. Dia meneteskan air matanya dengan pikiran melayang ke masa lalu. "de, kamu ngeliat buku kaka yang,-" ucapan kinal terhenti saat telinganya begitu jelas mendengar suara tangisan dari cindy, kinal melihat ke arah cindy yang sedang tertunduk sambil menangis. Dia lalu menghampirinya. "kamu kenapa?" tanya kinal, dia duduk di hadapan cindy. Cindy masih terus menangis. "cerita sama kaka. Kamu kenapa?" tanya kinal terdengar cemas, "Kamu sakit?" cindy hanya menggeleng sambil terus menangis. "terus kenapa? atau... ini karena bunda narik izin nya buat ngebolehin kamu sekolah di GSA?!" kembali kinal brtanya dengan tangannya menyibak rambut cindy. lagi-lagi Cindy hanya menggeleng menjawab pertanyaan kinal. Saat kinal akan bertanya lagi, dia melihat di tangan kanan cindy sebuah bingkai photo yang di dalamnya ada photo ayah mereka.
"kamu kangen ya sama ayah?" cindy mengangguk "cindy kangen banget sama ayah ka." kata cindy masih menangis, "pas di graduation nanti, semua siswa dateng bareng ayah dan ibunya. Mereka akan menyaksikan show dari anak-anaknya, Sedangkan cindy... cindy kangen sama ayah ka." mendengar itu dengan cepat kinal memeluk cindy begitu erat "kan ada bunda sama ka kinal dan ka arfan juga, dia janji akan datang saat show kelulusan kamu. Kita akan datang melihat kamu." ucap kinal yang kini juga sudah ikut menangis. "ayah sudah bahagia disana de, kalau kamu menangis kasian ayah. Nanti dia juga ikut menangis.."
Ayah kinal&cindy meninggal setahun yang lalu dalam tugasnya di daerah konflik, ayah terkena tembakan melindungi seorang anak kecil dari warga yang sedang berseteru. Sempat dibawa ke rumah sakit tapi nyawanya tidak tertolong. Ayah bergabung di kesatuan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD).
Hubungan Nabilah dan Melody sebagai adik-kakak semakin membaik, terlihat mereka sedang di ruang keluarga menonton sebuah acara reality show. Sesekali melody mengganggu nabilah yang begitu serius menonton acara itu. Melody melemparkan kacang rebus ke arah nabilah "apaan sih?! Ga lucu ka melo.." kata nabilah dengan mata masih terpaku di televisi. "iihhhh, udah gede juga masih aja kayak anak kecil!" ujar nabilah yang masih di ganggu melody. "ciee, mentang-mentang udah dapat sertifikasi lulus dari SMP. Ngomongnya kayak anak gede!" ledek melody sambil mencubit gemas pipi nabilah. Senda gurau melody dan nabilah terhenti karena ibu memanggil mereka untuk makan mlam.
Di atas meja makan baik melody, nabilah, ataupun ibu tidak ada yang mengeluarkan suara. Mereka terlihat menikmati santapannya. "'ngomong ga yah!'" bisik nabilah dalam hati "'ntar aja deh!'" "'ngomong aja Nabilah!'" "'entar ah!'" "'mending sekarang aja!'" nabilah sibuk dengan pergolakan batinnya, sampai suara dari ayah membuatnya sadar. "kata mama 'tadi siang kamu sudah di bagi kan ijazah?'" "iya pah, udah.." jawab nabilah
"lusa papa akan mengurusi pendaftaran kamu di Pelita Nusa!" kata-kata ayah membuat nabilah menghentikan aktifitas makan nya; melody melihat ke arah nabilah; ibu melihat ke arah ayah. Sejenak nabilah terdiam, kemudian dia mengeluarkan suaranya setelah dirasa cukup keberanian yang dari tadi dia kumpulkan
"maaf pah! Tapi nabilah ingin menlanjutkan di GSA! Seperti yang waktu itu nabilah bilang ke papa!" kata nabilah, membuat ayah menatapnya. "bukankah papa sudah bilang. Tidak ada GSA, tidak ada lagi menyanyi, menari atau hal-hal konyol lainnya!" jawab ayah. "tapi pah,-" "dan tidak ada tapi,,, tapi an! Kalo kamu ada di rumah ini. Ikuti aturan yang ada di rumah ini. Kalo kamu tidak senang kamu boleh,-" dengan cepat nabilah beranjak dari kursinya, kemudian pergi berlari menuju kamarnya tanpa menghiraukan lagi ucapan ayah. "Nabilah! Papa belum selesai bicara,-" "udah dong pah, kasian nabilah.." ucap ibu begitu lembut menenangkan ayah sambil memegang tangannya.
"anak itu... Selalu susah untuk di kasih tau! Keras Kepala!!" kata ayah. Melody yang dalam keadaan bimbang akhirnya memutuskan untuk beranjak dari meja makan "melo mau lihat nabilah." "kamu tidak perlu melihat adik kamu..!" suara ayah tidak melody hiraukan "maafin melody pah!" ucap melody seraya berjalan menuju kamar adiknya. Kali ini keputusan melody cukup mengagetkan ayah. Melody yang penurut kini berubah, dia lebih memilih sikapnya sendiri ketimbang menuruti kata-kata ayahnya untuk tidak berada di samping nabilah.
..bersambung..
0 comments:
Posting Komentar