last chapter on this Bab
Sebuah mobil SUV terparkir di sebrang sekolah Pelita Nusa, shania terlihat berdiri di pinggir mobil itu. Dia tersenyum penuh kebahagiaan saat melihat para pelajar sekolah itu keluar. ada yang saling bergandengan tangan sambil ngobrol; ada juga yang saling bercanda melepas kepenatan setelah ujian tadi.
"Sut, sutt. Cewe tuh! Bening banget!" ucap seorang siswa pada temannya "mana, mana?!" sahut temannya yang berada di samping kiri, sambil celingukan.. "ahh lu pada.. soal cewe aja langsung beringas!" teman yang satunya ikut menanggapi "aduhh liat dulu lah Lang! Ceweknya Waw.. bikin gerah!" kata siswa yang pertama kali melihat shania "bener apa kata si uchub! Cewe itu begitu Waw, apalagi mobilnya!" sambut temannya "lu lihat kan lang, si idfa aja yang ga doyan cewe bisa tau kalo tu cewe Waw! Masa lu ga bisa, Gilang!" lagi siswa yang dipanggil uchub sama idfa itu berkata "Njirr! Subhan jangan sembarangan ya kalo ngomong.. Gue masih dan akan selalu doyan ama cewe!" kata idfa sambil menoyor kepala subhan. "noh! Yang kagak doyan cewe mah si Gilang! Masa dia kagak bergetar meihat cewe secantik itu" Gilang masih tidak bergeming dengan celetukan-celetukan idfa dan subhan.
"samperin yu?!" ajak subhan pada idfa dan gilang "lu mau ngapain chub?!" tanya idfa "ia kenalan lah! Lu pikir gue mau ngapain dodol?!" kata subhan "lu mau ga lang?" subhan menyenggol gilang. "udah ahh gue mau nyamperin cewe itu!" subhan berjalan diikuti idfa, tak lama gilang pun mengikutinya. "hai.." sapa subhan dengan gaya 'Sok Kenal Sok Dekat' nya, shania yang masih trauma pada kejadian waktu itu terlihat menunduk dengan wajah ketakutan "lagi nungguin siapa?" kemblai subhan bertanya. Subhan,Gilang dan Idfa yang hanya berjarak 100cm dari shania membuat shania semakin ketakutan.
"chub, chub.. Tuh cewe kenapa? Tampangnya ketakutan gitu!" ucap idfa berbisik pada subhan "chub! udahan kita cabut, liat cewe itu benar-benar ketakutan. Ntar kalo dia teriak bisa berabe!" gilang mulai berkomentar. "ahhh, lu berdua! Tu cewe bukan takut, tapi malu-malu!" jawab subhan atas komentar idfa dan gilang. Shania melihat mereka bertiga bisik-bisik membuat rasa takutnya semakin menjadi.
"kamu baru kali ini ya Ngejemput? Soalnya aku baru,-" belum selesai subhan dengan kalimatnya, shania berteriak minta tolong. Seketika itu membuat idfa gilang terlebih subhan kelabakan, mereka bingung kenapa tiba-tiba shania berteriak. "Anjir chub gue bilang juga apa!" kata gilang, "Eeh, eehhh.. Tenang-tenang mba! Kita ga gigit ko!" subhan mencoba menenangkan shania "mana gue tau lang dia bakal teriak! Aduh mba, kita minta maaf kita ga ada maksud apa-apa! Kita cuma mau kenalan!!" idfa celingukan melihat sekitar karena orang-orang mulai mendengar teriakan shania.
"itu... itu bukannya shania!" celetuk ve dari dalam mobilnya. ghaida dan kinal segera melihat ke arah luar. "ia! Itu shania" seru kinal "pa, pa! Berenti pa!" ve menyuruh supirnya menghentikan mobil, mereka bertiga keluar dan langsung menghampiri shania yang ketakutan. Dari belakang kinal memegang bahu subhan dan melemparnya sampai subhan tersungkur; Ghaida memegang bahu kanan gilang, dia balikan tubuh gilang dan *boommm* bogem mentah mendarat di pipi kiri gilang sampai dia tersungkur; sementara ve, dia menghampiri shania dan memeluknya menenangkan. "sini lo satu lagi!!" ucap ghaida menunjuk ke arah idfa. "aduhh ka, ini salah paham!" kata idfa...
"kalian... anak sini juga?!" ucap kinal yang melihat seragam yang mereka kenakan ternyata sama, cuma beda garis yang melingkar di lengan bajunya. kinal ve ghaida 2garis sedangkan mereka 1garis itu artinya idfa gilang dan subhan anak kelas X. "ia ka, kita juga anak sini!" kata subhan sambil mengusap bokongnya. "terus ngapain lu pada.. ganguin temen kita? Sampe dia ketakutan?!" bentak ghaida membuat idfa gilang dan subhan cukup takut. "kita ga ngapa-ngapain ka! Kita cuma pengen kenalan, tapi tiba-tiba temen kaka berteriak!!" gilang menjelaskan kejadiannya sambil memegang pipi kirinya yang masih teras berdenyut karena pukulan dari ghaida. Idfa subhan dan gilang pun pergi setelah mereka meminta maaf dan menyelesaikan kesalah pahaman itu.
Ve menyuruh supirnya pergi, ghaida mengambil alih kemudi mobilnya shania. Kinal dan ghaida duduk di depan; ve dan shania dibelakang; wajah shania masih terlihat ketakutan; setelah beberapa lama akhirnya shania berbicara "maafin aku ya, udah ngerepotin kalian.." "kamu ngomong apa sih shan? kita kan temen kamu. masa ia kita diem aja ngeliat kamu kayak tadi! .. dan, bukankah itu gunanya teman.." sambut ve sambil tersenyum "ve bener, kita kan temen kamu! Ga mungkinlah kita biarin temen kita kenap-kenapa!" shania begitu senang mendengar jawaban yang di berikan ve dan kinal. "eh ia, ko lu ga bilang kalo lu mau main ke sekolah shan?!" tanya ghaida dengan pandangannya tertuju ke jalan. "aku emang sengaja, mau ngasih kejutan sama kalian! Aku mau traktir kalian makan siang.." jawab shania, dia sudah terlihat tenang.
Nabilah dan Cindy sampai di rumah Ayana jam 2 lebih, setelah bertemu dengan ibunya ayana. mereka lalu masuk ke kamar ayana. Saat membuka pintu kamar berwarna putih itu, nabilah dan cindy melihat ayana yang sedang asik memainkan smartphone di temani musik dari ipod nya. Nabilah dan cindy berdiri di sisi ranjang "Waa Nabilah, Cindy! Kalian udah datang?!" ucap ayana kemudian melepas earphone nya. "katanya sakit! Masa malah asik main hp sambil gelen-geleng gitu!" ujar nabilah. Nabilah dan cindy duduk di atas kasur dengan ayana yang juga sudah duduk. "hehe, kan bosen bil! Kalian enak pada latihan nah aku..." "asma kamu kambuh lagi?!" tanya cindy, ayana menggeleng. "terus, sakit apa?" nabilah ikut bertanya "yang ini mampet, yang ini engga!" jawab ayan sambil memegang hidungnya mempraktekan kata-katanya. Cindy dan nabilah melihat ayana sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"eh ia, lusa kan batas akhir jawaban untuk beasiswa! Kalian udah ngasih jawaban ke Kepsek?" pertanyaan ayana membuat suasana gembira berubah menjadi hening sesaat "kenapa pada diam! Kamu udah bil?" tanya ayana melihat ke arah nabilah, tapi nabilah tidak memberikan reaksi apapun "kalo kamu cin?! Pasti udah kan!" ayana berpindah melihat ke arah cindy, bukan jawaban sudah atau belum yang cindy katakan, tapi dia mengatakan hal lain di depan ke2 sahabatnya "mmmm, kalian mau ga janji?" nabilah dan ayana memperlihatkan ekspresi heran "kalo nanti kita ga satu sekolah, kita tetep jadi sahabat! Kalian mau kan?" pernyataan cindy membuat nabilah tertegun, sementara ayana menatap cindy begitu dalam. "kamu ko ngomongnya gitu sih cin! Pesimis banget.." kata ayana, nabilah tetap diam. tak lama nabilah pun kemudian berbicara "aku akan berusaha meminta izin sama papa, biar aku bisa satu sekolah dengan kalian!" suara nabilah membuat cindy dan ayana melihatnya "ia.. Aku akan beranikan diri meminta sama papa! Biar aku bisa satu sekolah dengan kalian dan kita saling bergandengan tangan mengejar dan mewujudkan impian kita! Aku jadi penyanyi, ayana jadi pelukis terkenal, dan cindy jadi penulis skenario plus sutrada film.. Dan di GSA itu langkah awal kita. Bener kan?!" kata nabilah dengan mata berkaca-kaca melihat ke arah cindy kemudian ayana.
Mereka bertiga berpelukan, Ayana tersenyum begitu bahagia mendengar semangat yang diperihatkan nabilah karena pernyataan cindy; cindy menangis mendengar perkataan nabilah yang penuh semangat, tadinya dia akan bilang pada sahabatnya kalau dia tidak bisa masuk di GSA tapi itu urung di lakukan melihat nabilah dan ayana yang begitu bersemangat.
Sore hari dengan langit berwarna orange, beby dan ochi duduk di lantai 12 sebuah gedung yang pembangunannya terhenti.
"aku... Bahagia banget bisa di kasih sahabat kayak kamu chi!" kata beby memandang jauh kedepan "ternyata, memiliki sahabat meskipun cuma satu, udah gitu rada singit tapi itu menyenangkan dan membahagiakan!" "apa! Kamu bilang aku singit?! Nah terus kamu apa?!" tanya ochi melihat ke arah beby...
"photo-photo! Cepet.. Kita photo-photo disini." beby mengalihkan pembicaraan, dia menarik ochi untuk berdiri. Mereka melakukan beberapa pose yang terlihat sangat narsis. 24menit mereka berpose di depan kamera, setelah itu kembali duduk. Mereka melihat-lihat hasil jepretannya, kemudian tertawa bareng sambil melempar ledekan satu sama lain melihat gayanya sendiri.
"Hah! SMA... Kita ternyata udah gede ya chi?!" ucap beby yang sudah berbaring memandang ke atas. ochi ikut berbaring di sebelah beby "ahh baru juga sma, belum kuliah ato kerja! Kita masih setengah gede beb!" jawab ochi membuat beby tertawa "coba kita bisa satu sekolah, pasti seru chi!" beby melihat ke arah ochi "berarti kalo ga satu sekolah kita ga seru gitu beb?!" ochi balik bertanya "bukan gitu juga ochi! Maksud aku tuh, kalo satu sekolah kan asik bisa berangkat bareng, pulang bareng, ngerjain pr bareng,-" "ngerjain orang juga bareng! Ia kan beb?" ochi memotong pembicaraan beby.
"eh ia.. Ngomong-ngomong soal ngerjain orang, dompet yang waktu itu kita ambil dari para pencopet naas itu kita balikin kapan chi?" "kapan ya? Besok juga jadi kalo mau?! Tapi emang kamu tau alamat yang ada di KTP itu?" "engga chi!" "beby! Terus kita harus ngubek gitu di Jakarta nyari alamat!" "terus kita ga balikin nih dompet?!" "ya ga gitulah beb! Ntar deh kalo ada waktu kosong kita cari alamatnya, gimana?" "Ok, tapi ngomong-ngomong. Si ibu yang kecopetan itu apa-apa ga yah? Secara waktu itu kan yang ngejar kita aja sampe 7orang chi!" celoteh beby "ya.. Semoga aja ga apa-apa dan ga di apa-apain sama pencopet Asem itu!!" beby tersenyum mendengar ucapan ochi, mereka kembali melihat ke arah langit terihat matahari yang terus turun di ufuk barat menenggelamkan sinarnya membuat warna langit semakin indah di lihat di ketinggian ini.
***
Hari ini ujian akhir semester hari terakhir. Setelah itu mereka harus menunggu selama satu minggu untuk melihat hasil perjuangannya.
Kinal Ve dan Ghaida berjalan ke kantin setelah menyelesaikan test OR nya "Cape... Semoga hasilnya memuaskan!" ucap ve kemudian menenggak lemon tea nya. "yah, semoga kita tetap ada di 5besar!!" seru kinal "yah, dannn 3minggu lagi kita bakal ngerjain anak baru untuk tahun terakhir kita di SMA!" kata ghaida penuh semangat di sambut senyum oleh kinal dan ve.
Ghaida melirik ke arah kinal, kinal balas menatap. Ghaida mengisyaratkan pada kinal, dia menunjuk ke arah ve.
"ve.." panggil kinal "ia, ada apa?" "kinal mau nanya sesuatu katanya" salip ghaida, kinal melihat ke arah ghaida "nanya apa nal?" jawab ve heran dengan tingkah ghaida dan kinal "gini... aku mau nanya... Ini.... Nanyain.... Seminggu yang lalu aku melihat kamu sama ayah kamu keluar dari sebuah resto ve! Dan aku juga liat jeje keluar dari resto itu barengan sama kamu dan ayah kamu!" pertanyaan kinal membuat ve tersedak oleh minumannya "waduh, kamu ga apa-apa ve?!" tanya kinal, ve menggeleng.
"kamu liat sendiri!" suara ve masih terbatuk. Kinal mengangguk. Dan... ve pun mulai menjelaskan kenapa dia dan ayahnya bisa keluar bareng dengan jeje seorang ibu dan anak kecil cowo dari resto itu.
"APA! papa kamu bakal nikah sama mama nya jeje!!" ghaida bersuara cukup keras membuat teman-teman lainya melihat ke arah mereka. "ghaida! Biasa aja..!!" tegur kinal, ve terlihat menunduk. "maaf, maaf.. Ga ada maksud apa-apa ko ve!" "ga apa-apa ko!... Ia jadi, papa tuh akan nikah sama mama nya jeje. Aku juga di kasih tau sama papa pas waktu kamu di rumah sakit kinal! Saat cindy telpon aku ga angkat telponnya, karena lagi ada mamanya jeje, jeje dan juga adiknya. Papa mengundang mereka sekaligus ngasih tau!" ... "reaksi jeje gimana ve?" tanya kinal "dia udah tau sebelum aku, kamu inget ga ghai! Pas waktu kita mau pulang saat kinal ga masuk? Nah waktu itu kan jeje ngeliatin aku! Ternyata dia udah tau rencana pernikahan mama nya sama papa aku!" jelas ve "dan kamu?" lagi kinal bertanya, ghaida hanya menyimak. "kalo aku... Apapun yang bisa membuat papa bahagia aku turutin semuanya! Lagian, mama nya jeje juga baik. Terus adiknya... menyenangkan" ungkap ve dengan tangan kanannya menopang dagu. Kinal dan ghaida hanya manggut-manggut dengan penjelasan ve.
"eh ia, nanti pas pernikahan papa kalian dateng ya! Entar aku BM shania biar dia juga bisa dateng.." ....
"shania.. Dia kan waktu itu.. bilang cuma 1bulan lebih liburan! Abis itu kembali ke jepang!" ucap kinal dengan setengah terkaget, saat mendengar ve menyebut nama shania. "jangan-jangan... makan siang kemarin, itu sebagai tanda perpisahan karena dia mau balik lagi ke jepang!" tebak kinal membuat ghaida dan ve mengerungkan keningnya. "masa sih shania pamit dengan cara gitu nal?!" ve berbicara "gimana kalo kita telpon shania!" ghaida memberikan usulan, kinal tersenyum sambil manggut dan menggerak-gerakan jari telunjuknya "ide bagus! Ya udah cepetan.. Kita telpon" ve pun segera merogoh isi tas nya dia keluarkan sebuah tablet untuk di pakai video call ke shania, saat menghubungi malah suara operator yang menjawab *nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif ........* "ko ga aktif!" kata ve melihat ke arah kinal an ghaida "sekali lagi ve" ucap ghaida, dan lagi operator yang mengeluarkan suara.
"tuh kan... Jangan2 shania emang udah berangkat lagi ke jepang!" kinal berkata dengan raut muka memelas "gimana kalo kita samperin ke rumahnya!" usul ve "aku ga tau rumahnya shania dimana!" jawab kinal, "shania.. Kenapa ga pamit sebelum-sebelumnya coba!" ungkap ghaida setengah kesal; kinal hanya bisa menghela nafas sambil menerawang ke saat2 pertama bertemu dengan shania. setelah kejadian itu... shania, kinal, ve dan ghaida menjadi akrab. Hanya saja selama berteman mereka belum pernah ke rumahnya shania, karena biasanya shania yang nyamperin.
Setelah cleo berhasil membujuk stella untuk ikut bersamanya dan juga jeje beserta dhike, mereka pergi meninggalkan sekolah menuju tempat nongkrongnya di Magneto Cafe. Selama perjalanan tidak ada yang buka suara, mereka ber4 saling diam. Setelah kejadian 2hari lalu, stella memang tidak banyak bicara 'setelah selesai ujian stella langsung pulang tanpa pamit pada cleo jeje ataupun dhike.'
hari ini rencananya cleo jeje dan dhike akan meminta maaf pada stella "gue pesen dulu ya!" kata jeje "gue ikut..." seru dhike. Sementara dhike dan jeje memesan, cleo mulai berbicara
"lu masih marah stell?" stella hanya mendelik ke arah cleo kemudian memainkan handphone nya "jangan kayak gini dong stell, kalo mau marah, marah aja! Kalo perlu maki aja gue sekalian!" ucap cleo, jeje dan dhike sudah kembali setelah memesan. "mmmm, kita tahu kita tuh udah salah stell! Kita ngikutin lu diem-diem sampe ya.. Gue bikin keributan di club dan akhirnya..... Tapi beneran kita tuh cuma pengen tau aja, apa yang sebenarnya terjadi sama lu?!" cleo menambahkan lagi kata-katanya. "tapi yang punya usul buat ngikutin itu... Gue stella!" salip jeje "jadi kalo lu mau marah, lu marah juga sekalian sama gue!" jeje berbicara sambil melihat ke arah stella. "gue juga ikut andil! Jadi kalo lu mau marah ato kalo perlu lu maki2, kita bertiga siap nerima itu... Ia kan je? Cleo?" dhike ambil suara.
Stella melihat ke arah cleo jeje dan dhike.
"dasar bodoh! Siapa yang marah sama kalian?!" ucapan stella membuat cleo jeje dan dhike menatapnya heran. "gue ga mungkin lagi bisa marah sama kalian! Dunia gue bisa sepi, kemarin aja gue diem selama 2hari lebih rasanya menyiksa!!" ujar stella sambil tersenyum ke arah sahabat-sahabatnya "jadi... selama ini lu diem, itu lu ngerjain kita stella?!" tanya dhike, "gimana? Asik kan shock therapinya!" jawab stella tersenyum meledek ke3 nya. "njirrr,, gue di kerjain ama lu stell! Wah lu ngambil lahan gue nih!" protes jeje, stella hanya tertawa renyah mendengar protes-protes yang dilontarkan dhike dan jeje. Setelah tawanya dan protes dari dhike dan jeje mereda, stella mulai menjelaskan Bagaimana dia bisa sampai bekerja di club malam itu.
"maafin gue ya! Karena udah nyembunyiin ini... Dari kalian, gue cuma ga pengen kalo nantinya kalian malah jadi repot karena masalah gue!" "berarti lu ga nganggep kita sahabat dong!" potong cleo pada perkataan stella "engga! Bukan gitu cleo.. Gue cuma ga pengen... Ga pengen jadi beban buat kalin atau siapapun! Lu tau gue kan cleo?!" jelas stella "ya udah, kalo gitu! Kita bikin janji.. Ga ada Rahasia-Rahasiaan antara kita, apapun masalah yang lagi kita hadapi terbukalah biar kita juga bisa saling ngasih solusi." ujar dhike "gue setuju ama ikey!" sahut cleo, stella mengangguk pertanda menyetujui. "lu, je?" tanya dhike melihat ke arah jeje "Je!" stella menepuk pundak jeje hingga dia tersadar dari lamunannya, "ia! Gue juga setuju sama usulan ikey." dengan berat jeje mengucapkan itu, karena pada kenyataannya jeje punya rahasia yang belum dia katakan pada stella cleo dan dhike perihal pernikahan ibunya dan ayah ve. ve yang notabene adalah saingan dari kelompok mereka. Jeje cleo stella dhike dan ve ghaida kinal, mereka memang selalu saling selisih pendapat apalagi cleo. Dia sangat tidak suka dengan ve.
Stella cleo dhike dan jeje pun kembali akrab mereka kembali tertawa dan berbagi cerita bersama.
Hidup memang tidak selau berjalan sesuai dengan yang sudah kita rencanakan. Kadang yang kita inginkan belum tentu yang terbaik buat kita, setiap masalah yang datang dalam kehidupan kita yang bahkan bisa sampai mengancam impian kita itu pasti bisa di selesaikan. Tuhan memberikan kita keluarga tempat kita bernaung berbagi segala rasa yang hadir dalam hidup, Tuhan juga memberikan kita sahabat sebagai tempat ke-2 untuk kita berbagi saling memberi solusi saling mengingatkan saling bergandeng tangan untuk menggapai impian berjalan beriringan menaklukan dunia. Keluarga dan Sahabat tidak bisa di pisahkan dalam rotasi kehidupan kita, sekalipun pernah / ada kekecewaan yang di berikan oleh keluarga dan atau sahabat kita.
-Keluarga dan Sahabat bisa memberikan kita kekuatan dan keberanian dalam kehangatan-. :)
..Selesai.. :)
Terima kasih yang sudah mau membaca :)
Saran&Kritik aku tunggu... :D
0 comments:
Posting Komentar