"kak Ve...!" Nabilah memanggil Ve sambil memegang kepalanya yang terasa pusing, karena Nabilah terlalu tiba-tiba mempekerjakan pikiran dan tubuhnya saat mengingat Ve dan kejadian di taman labirin bersama Stella dan Dhike. "Kak~ Kak Ve,, kakak dimana?" Nabilah kembali mencoba memanggil sambil memainkan matanya, diruangan itu dia tidak melihat seorangpun. Tidak Ve yang sedang dia cari, dan tidak juga perawat yang tadi memeriksanya.
"Nabilah.." suara Ve terdengar dari sebelah kiri, saat Nabilah sedang melihat ke sebalah kanan.
"kak Ve..." sahut Nabilah sambil melihat kearah Ve "kakak dari mana?" tanya Nabilah merasa cemas,
Ve tersenyum lalu menjawab
"gak dari mana-mana! Eh, ya.. gimana? Udah enakan? Maafin kak Ve yah!" Nabilah mengerung mendengar ucapan Ve,
"maaf? Maaf untuk apa kak?" Nabilah melihat Ve
"untuk semuanya... kakak udah nyusahin kamu, dan bahkan sekarang... kamu sampai jadi kaya gini, karena kakak!"
Ve tidak terlihat seperti biasanya setelah kejadian ditaman labirin.
Nabilah hanya tersenyum untuk menjawab pernyataan Ve, lalu dia melontarkan pertanyaan, Nabilah sudah merasa sedikit enakan.
"eh kak, mm~ Nabilah masih bingung dan... lupa sama kejadian tadi di taman labirin saat Nabilah mau bicara jujur sama kak Stella, terus tiba-tiba Nabilah ngerasain sakit karena ada yang masuk ke tubuh Nabilah, dan kejadiannya persis kayak waktu di aula pas istirahat tadi. Apa yang Nabilah alamin di aula sama di taman labirin itu sama! Kakak tahu gak? Kenapa Nabilah bisa gitu? terus.. apa yang terjadi di 2tempat itu kak? Gimana kakak-kakak yang di aula? Gimana dengan kak Stella sama yang lainnya?"
Belum Ve menjawab berondongan pertanyaan Nabilah, pintu ruang UKS terbuka dan masuklah si mata sayu (Ayana) yang dibelakangnya mengikuti sambil menutup kembali pintu ruangan si mudah ketawa (Gaby). Mereka segera menghampiri Nabilah yang sedari tadi sudah dalam posisi duduk
"Nabilahhhhhh, aku kangen sama kamu..." ucap Ayana lalu memeluk Nabilah
"apaan si Chan? Lebehhh banget! Nabilah geli tuh dipeluk-peluk sama kamu, iya kan Bil?" kata Gaby lalu melihat Nabilah yang tersenyum lebar.
"apa sih Gab, aku kan emang kangen sama Nabilah! Emang kamu enggak? 3 pelajaran Nabilah skip, dan kita cuma berdua di kelas!" ucap Ayana sudah melepaskan pelukannya dan berdiri di dekat Nabilah, Gaby meringis mendengar ucapan Ayana, Nabilah hanya bisa tersenyum belum bisa mengeluarkan suaranya.
Dia sebenarnya rada sebel juga sama kedatangan Ayana dan Gaby saat dia sedang bertanya pada Ve dan belum mendapat jawaban. Tapi kemudian rasa sebel nya berubah menjadi rasa senang karena melihat perhatian kedua sahabatnya itu untuk dirinya.
"eh~ eh~ Bil, gimana? Kamu udah enakan? Masih pusing gak?" tanya Gaby kemudian setelah meledek Ayana.
"aku udah gak apa-apa kok! Udah segeran, ketimbang tadi.. hehe~" jawab Nabilah pasti.
"kamu sebenarnya lagi ngapain sih Bil? Di Aula, terus di bawa kak Stella ke taman?! Terus kata Novinta kamu lagi minta,-" lidah Ayana mengeluarkan ejaan lain saat sedang bertanya pada Nabilah karena Gaby menginjak kaki kirinya "Auuwww, hssss~ GaByyy, apaan sih? Kenapa kamu nginjak-nginjak kaki aku sih!" protes Ayana, Nabilah mengerung saat melihat ekspresi Ayana tapi kemudian tersenyum
"kamu itu.. gak liat apa? Nabilah kan masih di UKS, dan mungkin badannya masih gak enak! Kamu malah nanya ini~ itu~... Entar dulu napa? Tunggu sampai Nabilah keluar dari UKS dan dia udah baikan!!" jelas Gaby sambil melihat Ayana
"yee, kirain apaan kamu nginjek-nginjek kaki aku! Tadi kan Nabilah bilang dia udag segeran, artinya Nabilah udah lebih baik dari yang tadi... iya kan Bil?" Ayana membuat pembelaan lalu mengalihkan pandangannya pada Nabilah. Ve tersenyum melihat tingkah Ayana dan Gaby.
"udah, udah~ gak apa-apa Gab, aku emang udah enakan kok! Dan Ayana... aku akan ngejawab semua pertanyaan dari kebingungan kamu... dan kamu juga (ke Gaby), tapi.." Nabilah berhenti sejenak, dan melihat ke arah depan dimana Ve sedang berdiri. "gak sekarang dan gak disini!" Ayana dan Gaby mengerung heran
"terus? Kapan? Dimana?" Ayana terdengar antusias
"besok, di rumah aku! Kalian besok main ya ke rumah aku?" jawab Nabilah, mengingat besok itu hari minggu.
"hmm~ ya udah kalo gitu, kita besok main ke rumah kamu deh.."
"um, gimana kalo main ke rumah kamunya pagi? Biar sekalian kita sepedahan!" usul Ayana setelah Gaby selesai bicara.
"aaah~ boleh tuh, usulan kamu ok juga, udah lama kan kita gak olahraga pagi bareng-bareng! Tapi, gimana Nabilah? Dia kan lagi sakit, Chan?"
"iya, ya~ maaf, maaf aku lupa!" kata Ayana dengan entengnya. Nabilah tersenyum lalu menjawab
"gak apa-apa, usulan Achan emang ok tuh, dan apa yang kamu bilang bener Gab, kita udah lama gak olahraga pagi bareng-bareng!"
"jadi? Kamu ok Bil?" tanya Gaby, Nabilah mengangguk.
Gaby dan Ayana tersenyum senang mendengar pernyataan Nabilah.
"ya sudah, sekarang... kita pulangggg.. biar kamu bisa istirahat di rumah, Bil!" Ayana berucap begitu senang.
"emm~ aku... aku gak bareng kamu ya Chan pulangnya!"
"loh, kenapa? Kamu kan baru enakan, biar aku anterin kamu pulangnya!!" Gaby mengangguk-angguk menyetujui Ayana
"aku ada sedikit urusan dulu yang harus di beresin, jadi... biar besok aku bisa total cerita semua sama kalian!" kata Nabilah memastikan, Ayana dan Gaby saling menukar pandang lalu mengangguk pelan karena mereka memang penasaran dengan cerita dari Nabilah jadi ya... meng iya kan saja apa yang diinginkan Nabilah. Ve heran dengan apa yang sedang di pikirkan Nabilah, badannya dia masih tidak enak, bukannya langsung pulang bareng Ayana biar bisa istirahat malah mau nyelesaian urusan yang entah urusan apa yang Yang dimaksud.
Mereka bertiga, ehh berempat lupa Ve nya :D , keluar dari UKS (perawatnya lagi ke Toilet) Ayana bercerita-ria pada Nabilah tentang dia yang di bantu senior-senior saat di aula untuk bisa mengikuti dirinya yang sedang di bawa Stella, Nabilah menyimak dengan memunculkan pertanyaan heran 'kenapa bisa senior2 nya yang di aula itu mau membantu Ayana sama Gaby?'. Terus Ayana melanjutkan ceritanya sampai guru datang dan akhirnya mereka bisa pergi untuk mencari Nabilah... cerita~cerita~cerita~ sampailah di depan gerbang. Jemputan Ayana dan Gaby sudah nangkring di depan (murid-murid sudah pada keluar jadi di depan gerbang hanya tinggal sisa sedikit murid yang masih berseliweran)
"yakin nih Bil, gak mau aku anterin ke rumah? Kamu kan,-"
"udah... gak apa-apa! Aku kan udah baik-baik aja!!" Nabilah memotong ucapan Ayana. Ayana menghela nafas dan menyerah pada sahabat cadelnya yang kukuh pendirian tidak ingin diantarkan pulang.
"ya udah lah, Chan. Nabilah pasti ada sesuatu yang sangat amat penting yang emang harus di selesain.. jadi ya kita tunggu aja hasilnya besok pagi! Iya kan Bil?" Nabilah mengangguk pada Gaby. Ayana dan Gaby pun pulang meninggalkan Nabilah yang di sebelahnya masih berdiri Ve yang kembali mulai terlihat transparan~ dan biasa lagi~ dan lagi transparan~ dan lagi biasa lagi~ Ve melihat tubuhnya sendiri karena dia merasakan aneh, saat melihat kedua tangannya dia kembali menyadari tentang tubuhnya yang kedap-kedip transparan-biasa~biasa-transpa
Sebelum Nabilah mengalihkan pandangan padanya dan bisa menangkap scene dimana tubuhnya berkedap-kedip, Ve mendahului untuk melihat Nabilah, dan sebagai pengalih perhatian, Ve membuka topik pembicaraan dengan pertanyaan
"kenapa kamu gak pulang? Kamu kan masih sakit!" tanya Ve
"karena ada yang harus Nabilah tahu, sebelum 48jam yang tinggal tersisa 4jam kurang lebih itu benar-benar berakhir!!" kata Nabilah dengan melihat jam di tangannya, Ve mengerung melihat wajah anak SMP yang ada di depannya sedang memasang tampang begitu serius.
"dan... tentang apa?" Ve, lalu bertanya pada Nabilah.
"tentang pertanyaan Nabilah yang di ruang UKS tadi! Nabilah masih belum bisa mengingat kejadian yang terpotong saat di Aula, saat bersama kak Stella yang...." Nabilah melihat Ve dengan rasa iba terpancar di wajahnya, karena Nabilah ingat betul ketika Stella dengan gamblangnya menceritakan kisah mereka. "kak Ve mau kan? Ceritakan apa yang Nabilah lewatkan tadi?" Nabilah meminta, Ve tersenyum tenang pada Nabilah. Dia merasa Nabilah memang berhak tahu tentang yang terjadi tadi, dan tentang dirinya yang menggunakan tubuh Nabilah untuk meminta maaf pada senior yang di aula dan pada Stella di taman labirin.
Ve mulai bercerita untuk menjawab rasa penasaran Nabilah, dengan perlahan bergerak meninggalkan sekolah, dan Nabilah mengikuti langkah si arwah dengan memasang telinga nya untuk mendengar cerita Ve.
"jadi? Kakak... bisa masuk ke tubuh Nabilah?" Ve mengangguk
"maafin kakak ya, karena udah bikin kamu sakit saat kakak masuk dan meninggalkan tubuh kamu!" Nabilah tidak merespon, dia masih membayangkan bagaimana ketika sosok Ve ada di dalam tubuhnya dan dia bicara pada senior-senior untuk minta maaf, dan juga pada Stella. Beberapa menit lamanya, Nabilah sadar dari lamunan dan kembali bertanya
"terus kak, reaksi mereka saat kakak ada di tubuh Nabilah, gimana?"
"Kaget, gak percaya kalo itu kak Ve!" jawab Ve.
"dan... kak Stella? Dia gimana kak?"
"Stella...." Ve kembali memutar kejadian di taman "dia kaget, tapi... ketika kak Ve bicara dan minta maaf, raut wajahnya berubah Bil!" Nabilah merapatkan alis matanya "dia kayak yang sedih... menyesal, dan pas kakak keluar dari tubuh kamu lalu dia lihat kamu akan ambruk, dia segera memberikan pertolongan agar kamu tidak jatuh ketanah!"
Nabilah ingat, saat dia kaget melihat Stella yang ada di depannya
"bukan nolong Nabilah... tapi nolong kakak! Itu yang di lakuin kak Stella!!" kata Nabilah membuat kesimpulan sendiri. giliran Ve yang merapatkan alis mata "um~ Nabilah boleh dengar cerita kakak sama kak Stella dulu gimana gak kak? Kan kalo sama kak Kinal, Nabilah udah tahu! Kalo sama kak Stella... kan belum tahu begitu jelas!" Nabilah kembali meminta agar si arwah bercerita.
Ve tidak mungkin dan tidak bisa menolak permintaan Nabilah, diapun mulai bercerita tentang kehidupan waktu kecilnya bersama Stella yang sudah dia anggap kakak, dan perlakuan balik Stella padanya yang bukan hanya sebagi seorang sahabat tapi juga sebagai adik. "ohh, jadi gitu.. pantesan aja, tadi pas liat ekspresi kak Stella saat lagi cerita tentang papanya kak Ve, papanya dia, tentang kak Ve dan lainnya.. kayak ada yang lain yang kak Stella sembunyiin kak!"
"maksud kamu?" Ve merasa heran dengan analisa Nabilah
"... Nabilah ngerasa, kak Stella gak terlalu senang dengan apa yang sudah ia lakukan pada kakak. Tapi... mungkin karena rasa sakit yang dialami sudah terlalu sakit jadinya ya, kak Stella mengenyampingkan rasa itu!" jelas Nabilah singkat, disambut senyum Ve
"kamu itu.. masih kecil tapi pemikirannya udah melebihi batas umur kamu!"
"eh? Maksud kakak? Nabilah lebih tua dari yang keliatannya gitu!"
"bukan-bukan, bukan itu. Maksud kak Ve... kamu bisa berpikir sejauh itu untuk menanggapi suatu masalah, padahal kalo diliat justru kayak gak akan kesampaian kamu bisa berpikir seperti itu..,-"
"nah ini, apa lagi maksudnya? Nabilah lemot gitu! Atau,-"
"bukan dek, dengerin dulu makanya. Kak Ve kan belum selesai bicaranya! Kamu itu anaknya unik..." Nabilah mengerung "kalo soal fisik gak usah diragukan, kamu cantik, lucu, perfect lah.." Nabilah tersipu "dan soal kepribadian, hmm~ kamu nyeleneh, nyablak kalo bicara, jahil (Nabilah menekuk bibirnya) tapi.. ada sisi lain dari kamu yang kakak suka, kamu itu.. pandai menempatkan diri saat menghadapi sebuah situasi! Dan kamu kadang bisa berpikir lebih dewasa dari orang yang memang sudah pada dewasa!!" tutup Ve dengan melihat Nabilah
"hahaha~ kak Ve itu.. bisa aja, bikin Nabilah jadi malu..."
Ve tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Nabilah bertingkah seperti itu.
Moment itu... kembali lagi, tubuh Ve kembali kedap-kedip dan kali ini Nabilah bisa dengan jelas melihat Scene itu
"kak... tubuh kakak kenapa?" dengan terus menatap tubuh Ve, Nabilah mengajukan pertanyaan. Ve melihat Nabilah tanpa mengucapkan apapun, lalu melihat kedua tangannya dan melirik tubuhnya sendiri yang semakin lama, semakin terlihat ketransparanannya (jam 4sore kurang dikit).
"kak! Kakak kenapa? Tubuh kakak, kenapa kayak gitu?" karena tidak mendapat jawaban dari Ve, Nabilah kembali dan terus bertanya dengan rasa cemasnya "kak Ve~ kak Ve~ kakaakaaaaakkk!!" teriakan Nabilah membuat Ve berhenti melihat dirinya sendiri, dia lalu mengalihkan pandangannya pada Nabilah sambil bicara
"..... kakak gak apa-apa dek! ini cuma..." Ve berhenti karena dia tidak tahu harus menjelaskan apa, karena memang kenyataannya dia gak tahu apa yang sedang terjadi.
"cuma apa kak? Atau... apa jangan-jangan ini..." Nabilah melihat jam di tangan kirinya "ini~ itu~ cara kakak bakal balik lagi ke tubuh kakak yang ada di rumah sakit dan kakak akan kembali sembuh!" jelas Nabilah mencoba membuat tebakan.
Dia bicara seperti itu karena seringnya menonton anime sama dorama yang kebetulan ada adegan seperti yang sekarang sedang terjadi pada Ve.
"mm~ mungkin! Entahlah, Bil!" jawab Ve tidak begitu semangat.
"kok ngejawabnya gitu sih kak! Emang kakak gak mau apa bisa sembuh lagi!?" Ve melakukan kontak mata dengan Nabilah "bukankah ini yang kita tunggu kak? Moment ini yang kita harapkan setelah 48jam kemarin yang cukup menguras tenaga sama pikiran!" Ve hanya bisa diam mendengarkan ucapan-ucapan Nabilah "iya kan kak? Terus... gimana kelanjutan kisah kakak? Semuanya akan berjalan sesuai dengan yang kak Ve bilang ke Nabilah kan? kakak bakal kembali dari komanya kakak, kakak bakal sembuh dan jalanin aktifitas kakak kayak dulu, iya kan kak? Itu kan yang kakak dulu bilang!" Ve melihat Nabilah dengan rasa bahagia "dan kalau kakak tidak berhasil menyelesaikan 48jam ini, kakak bakal berakhir! Tapi... misinya kan selesai, dan kak Ve udah dapat maaf dari 48nama itu! Bahkan dari kak Stella~ sepertinya!! Terus kenapa kakak masih disini? Harusnya kakak udah mulai siap-siap buat bal,-" Ve membekap Nabilah dengan mengeluarkan pernyataannya
"kakak gak tahu, dan... kakak juga gak mau terlalu tahu soal itu Bil! Biarlah Tuhan memperlihatkan semuanya sesuai dengan waktu dan rencana yang sudah Dia siapkan untuk kakak!!" Nabilah heran
"kok gitu sih bicaranya kak, kak Ve kan bilang.. kakak mau kembali lagi, kenapa sekarang bicaranya kayak gitu!?" ucap Nabilah dengan raut di tekuk
"sudahlah, kakak gak apa-apa kok, Dek! Kakak siap menerima apapun yang akan datang sama kakak, termasuk kalau akhirnya kakak harus benar-benar meninggalkan dunia ini, kak Ve udah puas dengan pengalaman yang diberikan dari 48jam 48nama itu... kesempatan kedua itu, udah kakak dapetin Bil! kakak udah tenang sekarang!!"
Ve berhenti berjalan, dia mencoba melakukan kontak fisik dengan Nabilah lewat tangannya yang akan dia gunakan untuk memegang bahu Nabilah, meski dia ragu akan apa yang dia lakukan, tapi Ve tetap mencobanya dan... Nabilah terbelalak kaget karena tangan Ve bisa ada diatas bahunya, Nabilah melihat lekat wajah Ve yang sedang menatap tangannya sendiri karena merasa tidak percaya kalau tangannya bisa menyentuh anggota tubuh Nabilah
"kk-kkaak Ve, kakak bisa..." Nabilah ikut melihat tangan Ve yang kemudian terlihat transparan. Ve mengenyampingkan rasa herannya lalu bicara pada Nabilah
"kakak mau ngucapin makasih sama kamu! Kamu udah jadi penolong kakak, kamu udah jadi teman kakak dan mau dengerin keluhan kakak meski kakak hanya arwah" Nabilah mendengarkan dengan rautnya terlihat sedih, dia heran dengan apa yang sedang Tuhan rencanakan untuk arwah yang masih ada di depannya itu. "Jika hari esok datang, dan kak Ve masih di kasih kesempatan sama Tuhan untuk bisa melihat indahnya dunia, menghirup segarnya udara! Kakak mau kamu... jadi adiknya kak Ve, kakak mau punya adik yang bisa diajak bercanda berbagi tawa, saling mencurahkan air mata kesusahan, melengkapi dalam kekosongan, meramaikan dalam kebahagiaan! Kakak mau... kamu nganggep kak Ve sebagai kakak kamu. Kamu mau kan, Bil? Kamu gak keberatan kan dengan usulan kakak?" Nabilah tidak menjawab, dia hanya menatap Ve tanpa tahu apa yang harus diucapkan karena Nabilah merasakan ada yang aneh akan muncul setelah kalimat yang diucapkan Ve, ditambah lagi dengan tubuh Ve yang semakin intens memperlihatkan ke transparanannya.
Nabilah hanya bisa menatap Ve dengan rasa sedih didadanya, mengingat ini menit-menit akan berakhirnya 48jam waktu yang Ve bilang dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada Ve. Nabilah merasa dia memiliki ikatan ketika dengan Ve, mungkin karena seringnya, bahkan setiap saat ia dan juga Ve bertemu dan menghabiskan waktu untuk mendengarkan ceritanya Ve, atau sebaliknya Ve yang mendengar Nabilah bercerita.
"Kakak, pasti bisa kembali ke tubuh kakak dan kakak pasti bisa sembuh dari sakitnya kakak sekarang:( , kak Ve harus percaya dan yakin akan hal itu!" Ve tersenyum pada Nabilah...
"kamu belum mau pulang?" tanya Ve kemudian untuk memecah keheningan diarea mereka saat ini, Nabilah menggeleng "emm~ kamu mau gak temenin kak Ve ke suatu tempat!"
"kemana kak?"
"ikut kakak~" Ve menuntun Nabilah ketempat favoritnya.
Hanya beberapa menit berjalan, Ve dan Nabilah sampai di tempat itu. Tempat biasa Ve merenung jika merasakan sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Pinggir sungai yang ditumbuhi rumput liar hijau yang cukup tebal, yang kini diatas langitnya terlihat hamparan langit biru yang sedang memulai percampuran warna dan nantinya akan menghasilkan warna jingga yang begitu megah dengan matahari menyemburkan warna orange yang menyengat tapi tidak akan membuat kulit kepanasan, hanya akan membuat bumi terlihat indah di waktu yang hampir mendekati senja ini (04.30 sore). Aliran sungai yang tenang, dan belaian angin sore sepoi-sepoi yang menemani Ve dan Nabilah.
"disini kak Ve biasanya nangis!" Nabilah melihat Ve "disini tempat biasanya kakak bercerita pada rumput dan aliran sungai tentang apa yang kak Ve rasakan.. dan disini, tempat ini.. tempat yang kak Ve temukan saat dulu pertama kali pulang bareng sama kak Kinal, saat kita masih baru kenal pas waktu ospek. Dan tempat ini... ternyata tempat biasanya kak Stella mengajak kak Ve, waktu kita masih kecil dulu, sekedar untuk duduk, atau.. kita bikin origami perahu yang sebelumnya kita kasih coretan berupa tulisan atau gambar, lalu kita hanyutkan!"
Ve mengenang kembali tempat yang memberikannya banyak kenangan indah yang tidak akan pernah bisa ia lupakan. Saat Ve bercerita nostalgia dan Nabilah mendengarkan dengan seksama dengan matanya menikmati setiap suguhan yang Tuhan berikan ditempat itu, tiba-tiba Nabilah mengerung ketika melihat kebelakang Ve. Dia merapatkan alis matanya lekat, untuk melihat dan mengenali dengan benar sosok yang sedang tertangkap oleh penglihatannya, semakin mengerung dan semakin jelas sampai Nabilah mengucapkan sebuah nama dengan setengah berbisik
"kak Kiinal.." ucapnya, Ve yang belum ngeh masih saja bercerita. Tapi saat dia melihat Nabilah yang sedang meneliti arah belakangnya, dan mendapati Nabilah tidak merespon panggilannya, Ve membelokan wajahnya agar bisa melihat kebelakang. Ve kaget melihat sosok Kinal yang sedang merapihkan seragamnya, sepertinya dia habis tiduran di atas rumput itu.
"Kiinal.." ucap Ve kemudian, Nabilah yang mendengar ucapan pelan si arwah segera melihat ke arah Ve, lalu dia bergerak kearah depan melewati Ve yang masih menatap Kinal.
"Na-aaabilah...~ mau kemana?" tanya Ve saat melihat Nabilah melintasinya, Nabilah melanjutkan perjalanannya untuk mendatangi Kinal "Bil, Nabilah!~ kamu mau ngapain? Bilah, Nabilah!! Kamu denger kak Ve gak si,-" ucapan Ve terhenti karena Nabilah sudah berhenti tepat di depan Kinal. Kinal menatap Nabilah, lalu bicara setelah ingat dengan wajah yang ada di depannya
"kamuuu lagi!~" kata Kinal
"ini waktunya kak!" ucap Nabilah, maksudnya pada Ve.
"huh?" Kinal mengerung tidak mengerti
"maksud kamu apa? Kamu sebenarnya mau ngapain nyamperin Kinal!?" Ve bertanya
"kakak kan pernah bilang, kalau besok datang dan waktu kakak sudah habis tanpa ada hasil pasti, kakak ingin bisa mengucapkan maaf pada beberapa orang yang berharga dalam kehidupan kakak! Yang sekarang didepan Nabilah... adalah salah satunya, dan.. dia yang terakhir yang belum sempat bicara dengan kakak, iya kan?" Nabilah tidak memperdulikan keheranan Kinal yang sedang menyaksikan dirinya bicara sendiri, Ve menatap Nabilah. "ayo kak, masuk ke Nabilah~ waktunya tidak lama lagi!"
Kinal semakin heran dengan tingkah bocah berseragam SMP yang dulu sempat adu argument dengannya di depan perpustakaan.
"Nabilah.. itu gak mungkin! Kakak akan nyakitin kamu!!" balas Ve menjawab permintaan Nabilah
"masuklah kak, ini kesempatan terakhir kakak! Kalau yang sekarang dilewatin, apa kakak yakin masih punya waktu lainnya? Atau moment lainnya?" kata Nabilah untuk mendorong Ve agar mau memasuki tubuhnya untuk meminta maaf pada Kinal. Meski sebenarnya Nabilah tidak ingin mengatakan 'apa kakak yakin masih punya waktu lainnya?' tapi Nabilah harus melakukannya untuk meyakinkan Ve.
"kamu ngomong apa sih? Gak Jelas!" Kinal yang merasa aneh dengan tingkah Nabilah kembali bertanya
"kak Ayoo dong!" Nabilah masih fokus pada Ve
"argh! Kenapa juga aku harus diam ngeliatin kamu!!" ucap Kinal sambil bersiap pergi meninggalkan Nabilah yang menurutnya aneh.
"bentar-bentar kak! Ada yang mau bicara sama kakak!!" kata Nabilah memotong langkah Kinal "kak Ve mau bicara sama kakak!" Kinal terbelalak ketika mendengar Nabilah menyebutkan nama Ve
"eh! Maksud kamu apa sih!? Dari waktu di perpust terus sekarang, kamu selalu bawa-bawa Ve! Maksudnya apa?"
"iya maksudnya... kak Ve yang sahabatnya kakak itu~ mau bicara sama kakak!" ucap Nabilah lalu beralih pada Ve "kak, ayo dong masuk! Sebelum kak Kinal benar-benar pergi karena nganggep Nabilah gila!!"
"enggak, kak Ve udah bilang kakak gak akan masuk ke tubuh kamu lagi! Kakak udah gak punya hak lagi, dan kalo kakak lakuin itu, kakak bisa-bisa bikin kamu kenapa-kenapa!!"
"pck~ kak Ve kebanyakan mikir! Udah pokoknya cepet masuk, dan... bicaralah sama kak Kinal!!" Nabilah masih kekeh, dengan kemudian mengalihkan matanya pada Kinal.
Kinal yang semula tidak percaya dan ingin meninggalkan Nabilah, malah jadi diam dan memperhatikan Nabilah dengan pikiran apa benar Nabilah sedang bicara dengan Ve? dan apa benar Ve ingin bicara dengan dirinya? tapi bagaimana mungkin semua hal mustahil itu bisa terjadi!.
"kak Ve, apa kakak gak lihat kebingungan di wajahnya kak Kinal yang menantikan apa yang tadi Nabilah ucapkan! Please kak, masuklah.. kakak sama kak Kinal memang perlu bicara bukan?!" Ve melihat Kinal lalu melihat Nabilah "kakak gak perlu menghawatirkan Nabilah. Nabilah akan baik-baik saja, ini kesempatan kakak, masuk dan bicaralah seperti pada senior-senior di aula, seperti sama kak Stella! Masuklah..."
"tapi, Bil, kak Ve gak bi,-" "kakak bisa! Masuklah~ sekarang! Sekarang kak!!" Ve sekali lagi melihat Kinal yang dari rautnya terlihat bingung dengan tingkah Nabilah, kemudian pada Nabilah dan dengan menatap Nabilah diikuti kata maaf dan makasih. Akhirnya Ve masuk dalam tubuh Nabilah "maafin kakak, dek!" Nabilah mengangguk "makasih untuk semuanya... kakak sayang sama kamu! makasih~" Nabilah kembali mengangguk.
Ve melangkah semakin dekat dan.... kontak Fisik diantara mereka kembali terjalin. Tubuh Nabilah bergerak-gerak dengan gimik muka seperti kesakitan, dia seperti sedang melawan sesuatu yang akan memasuki tubuhnya agar tidak masuk (karena hak istimewa Ve sudah habis, jadi Nabilah dan Ve mengandalkan Bingo dalam melakukan tindakan nya ini); Kinal terkejut melihat adegan itu, beberapa detik matanya tidak berkedip demi untuk menyaksikan Nabilah yang sedang melakukan jalinan dengan Ve, kemudian beberapa menit kemudian... Nabilah sudah bisa biasa lagi, dia bisa berdiri tegap dengan Ve sudah ada di dalam tubuhnya.
Nabilah tahu apa yang dilakukannya mungkin memang akan mendatangkan resiko cukup berat untuknya, tapi ketika melihat Ve yang kisahnya sudah dia tahu, dia menjauhkan rasa takut akan resiko apapun yang dia terima nantinya, dengan membuat keputusan membantu Ve untuk yang terakhir di beberapa menit menuju jam 5sore, tepat saat 48jam itu akan berakhir. Yaitu meminjamkan tubuhnya dengan sukarela pada Ve yang sudah kehabisan hak istimewa.
"Na-b.- Nabilah?" ucap Kinal menyebutkan nama Nabilah yang kini masih menunduk
"Kinal.." Nabilah yang tubuhnya sudah diambil alih oleh Ve memanggil nama Kinal, Kinal yang mendengar suara dari Nabilah terkejut karena itu jelas bukan suaranya Nabilah melainkan suara dari sahabatnya yang sudah setahun ini tidak pernah saling bertegur-sapa, malah seperti musuh jika mereka tidak sengaja bertemu.
"Veee~..." Kinal menyebutkan nama Ve, setelah selama ini hanya bisa diam melihat tingkah Ve yang berubah drastis.
"Kinal... waktuku tidak banyak, aku minta tolong sama Nabilah untuk membantuku, aku- aku mau minta maaf sama kamu!"
Kinal hanya bisa diam memperhatikan wajah Nabilah yang dalam penglihatannya berubah menjadi wajah Ve. "aku minta maaf karena tidak tahu kalau sebenarnya dulu kamu ngucapin kata-kata itu karena keterpaksaan~ aku... aku bukan sahabat yang baik buat kamu!" Nabilah (Ve) mulai menitikan air mata.
Kinal dan juga Ve main ke memory dulu saat Kinal dengan begitu jelasnya bilang pada Stella, Yona dan Dhike kalau dia tidak mau lagi berteman dengan Ve. Dan Kinal masih ingat dengan ancaman dari Stella...
-FalshBack On-
Waktu istirahat, Ve sedang keruang guru dan Kinal diam di kelas. Stella dan Dhike menjemput Kinal sementara Yona dengan taktiknya yang sudah dia buat bersama Dhike dan Stella, menuntun Ve dari ruang guru ketaman.
"Kinal! Ada yang mau gue omongin! Lu ikut gue sekarang!!" kata Stella tanpa basa-basi, Kinal yang tidak bisa menebak tentang apa yang akan dibicarakan Stella hanya bisa mengerung lalu diapun beranjak dari kursinya dan mengikuti Stella juga Dhike. Mereka sampai ditaman labirin.
"jadi... ada apa? Apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Kinal pada Stella, yang adalah geng no.1 yang menguasai kelas X-4.
"hmm~ make it simple and fast!" Kinal mengerung "gue... mau lu... ngejauhin Veranda!" kerungan Kinal kini diikuti pertanyaan
"maksdunya?"
"hss~ gue udah bilang MAKE IT SIMPLE AND FAST! Apa yang gue bilang simple dan cepat bukan? Masa lu gak ngerti dengan kata GUE MAU LU JAUHIN VERANDA! which mean, gue mau LU gak usah lagi ada di dekat dia!!" jelas Stella menekan setiap ucapannya menahan esmosi.
"permintaan konyol! Kenapa juga aku harus nurut dengan apa yang kamu mau?!" kata Kinal membuat Stella memperlihatkan gesture amarah terpendam
"gue bilang sekali lagi, dan gue pastiin kalau sekarang lu harus mau jawab 'Ok, gue mau jauhin Ve!' karena kalau tidak, jangan salahin gue dengan apa yang akan menimpa lu kedepannya!" dengan nada ancaman Stella menekan Kinal "G..ue mau, lu... jauhin si Veranda... Titik!" lanjut Stella
"enggak! Aku gak mau jauhin Ve, dia sahabat aku! Kenapa aku harus jauhin dia? Hanya karena permintaan kamu?"
"keras kepala! karena lu gak mau juga jawab Ok dan malah nantang gue, gue kasih tahu lu sesuatu yang menyenangkan!" Stella jalan mendekat kearah Kinal, wajah mereka hanya terpaut beberapa inchi hingga Stella melangkah lebbbih dekat dan... berbisik di telinga kirinya Kinal "gue tahu, apa yang lu lakuin tiap malam!" Kinal terbelalak "kalau... pihak sekolah tahu, maka... lu akan tahu juga konsekuensinya, dan yang paling parah! Nyokaplu, gak akan lagi bisa dapat obat!!" Kinal menahan emosi ketika mendengar bisikan Stella.
Setelah ucapan terakhirnya Stella menarik diri dan melakukan kontak mata dengan Kinal
"masih mau nolak permintaan simple gue!?" tanya Stella diiringi senyum sinis
"darimana kamu tahu soal itu? Kenapa kamu ngelakuin ini sama aku? Aku gak pernah ngusik kamu atau teman-teman kamu lainnya!" tanya Kinal
"Kinal~ Kinal~ Kinal~ hemmm~ masa gue harus cerita semuanya sama lu, darimana gue tahu, kenapa gue tahu, apa tujuan gue, kenapa gue ngelauin ini sama lu yang gak pernah ada masalah sama gue atau teman-teman gue!" Stella diam sejenak "ini bukan tentang lu... Ki..nal! Tapi ini tentang sahabat lu!! So~ kalau lu tetap gak mau jauhin Ve, bukan cuma rahasia lu yang bakal gue blow, tapi.. gue juga bakal langsung nyakitin Ve dengan secara kasar!! Biar lu ngerasin kehilangan sekolah, kehilangan nyokaplu, dan.. kehilangan sahabat lu itu..." Stella menutup ucapan yang dia keluarkan dengan nada datarnya, Kinal terdiam sejenak memikirkan apa yang akan terjadi kalau dia menuruti atau dia tidak menuruti keinginan Stella. Sampai akhirnya Kinal menyerah pada Stella dan bilang
"kalau itu... bisa bikin ibu sama sahabat aku gak kenapa-kenapa, aku akan turuti permintaan aneh kamu!" Kinal mengucapkannya bukan tanpa strategi, dia berpikir... tidak masalah untuknya menjauhi Ve, dia bisa menjelaskan semua pada Ve dan mereka tetap bisa berkomunikasi meski tidak bisa bertegur-sapa ketika di sekolah, tapi tetap akrab saat diluar sekolah. Tapi sayang, pemikiran Kinal sepertinya sudah bisa terbaca oleh Stella.
"bagus, kamu bisa lunak juga ternyata! emm~ ok untuk memastikan kamu jauh dari si veranda, kita bikin cepat.. sini key!" Stella meminta sesuatu pada Dhike, dan Dhike memberikannya. "baca ini.. ucapkan dengan nada marah, kesal!" Stella memberikan selembar kertas kecil pada Kinal, Kinal mengerung dan membaca terlebih dulu dalam hati
"huh? Ap-apa-apaan ni! Gak, aku gak mau ngucapin ini!!"
"ayolah Kinal.. cuma baca apa susahnya sih! Biar semua cepat selesai dan gue gak perlu menempel photo sama kelakuan lu saat diluar sana, ketika waktu menuju tengah malam!! Atau... lu mau lihat nyokaplu mati karena obatnya telat lu beli!? Lu mau lihat gue ngasih tahu rahasia lu ini sama sahabat lu yang pendiam itu? Atau lu mau lihat gue bikin dia ngera,-" ~ "Ok, Stop! Aku lakuin apa yang kamu mau!!" Kinal menutup kedua matanya lalu dengan nada keras dan marah dia membaca tulisan yang diberikan Stella "Gue... Gue... sebenarnya mau temenan sama Ve, cuma karena... karena dia itu anak pemilik yayasan, dan gue cuma manfaatin kekayaan dia! Gue sebenarnya muak bersahabat dengan Ve yang manja dan selalu banyak mengeluh tentang orang tuanya!! Gue sebenarnya benci sama dia, karena dia terlahir sebagai anak orang kayak sementara gue cuma terlahir sebagai anak orang misk,-" ~ "Kii...nal..." ucapan Kinal terhenti saat mendengar suara Ve, dia kaget bukan main. Stella dengan cepat mengambil kertas itu dari tangannya Kinal tanpa Ve bisa melihatnya
"apa maksud ucapan kamu?"
"..... Ve, aku... ini~" Kinal bingung, terlebih saat melihat ditangannya kertas kecil tadi sudah lenyap, Kinal gelagapan melihat kearah Stella, Dhike dan Yona. "kamu tega! Kenapa kamu bicara seperti itu? Atau.. apa memang itu sebenarnya isi hati kamu?! Jadi selama ini... kamu mau temenan sama aku hanya karena aku ini anak pemilik yayasan yang manja dan suka ngeluh!!"
"enggak~ bu-bukan itu, ini semua..." Kinal melihat Stella yang menatapnya dengan ekspresi biasa tapi terpancar jelas ancaman dari kedua matanya "Argghh~ iya! Apa yang tadi aku ucapkan, itulah kenyataannya! Aku muak temenan sama anak manja yang suka ngeluh! Aku capek temenan sama anak orang kaya yang tanpa beban bisa meminta apapun pada orang tuanya!! Aku... aku gak mu lagi sahabatan sama kamu,, PUAS!?"
saat mengucapkan kata 'puas' Kinal tidak hanya melihat kearah Ve tapi dia juga melihat Stella, lalu.. Kinal pergi dengan berlari kecil untuk menjauh dari taman labirin. Ve hanya bisa terdiam dengan rasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari sosok Kinal yang sudah sangat dia percaya sebagai seorang sahabat.
Setelah kejadian itu... Ve berusaha untuk menanyakan pada Kinal tentang apa maksud dia bicara seperti itu? Kenapa ia harus bicara seperti itu pada Stella dan Dhike? Apa yang sebenarnya terjadi?! Sampai akhirnya, Ve diam dengan sendirinya karena Kinal tidak hanya TIDAK pernah memberikan penjelasan dari apa yang sudah terjadi, tapi Kinal juga mendiamkan dan menjauhi Ve TOTAL. bBhkan saat Ve main kerumahnya untuk menanyakan dan mencari jawaban dari ketidaktahuannya. Kinal dengan kasarnya mengusir Ve dengan bilang "lihatkan? Kita gak sepadan! Kamu... anak orang kaya, sementara aku... hanya anak orang miskin yang tidak memiliki apapun bahkan harga diri!!".
Satu minggu~ Dua minggu~ Tiga minggu~ 4minggu 8hari... akhirnya Ve menyerah pada semua tingkah Kinal yang berubah 180 derajat tanpa ada peringat terlebih dahulu, dan... masuklah Stella dalam kehidupannya, menggantikan Kinal!
-FlashBack Off-
"maaf, karena aku tidak peka dan akhirnya... aku jadi membenci kamu dalam ketidak tahuanku! aku minta maaf karena tidak pernah bisa jadi sahabat yang baik untuk kamu.. Kinal!!"
Kinal terlihat sedih saat mendengar ucapan Ve, dia merasa ini semua bukan salah nya Ve. "bodohnya aku yang selalu menyesali kehidupanku sendiri, yang tidak bisa menyingkirkan ketakutanku akan kurangnya perhatian papa sama mama, membuatku kehilangan sahabat-sahabat terbaikku! Kamu, Stella, kalian..." ~ "hari ini... aku tidak akan pernah menyesali apapun yang telah dan akan Tuhan kasih untukku! Jika esok datang, aku tidak mengharapkan sesuatu yang berlebihan, aku hanya ingin papa sama mama akhirnya sadar dengan keberadaanku yang semakin mereka tenggelamkan dalam kesibukan, aku ingin kamu dan juga Stella mau memaafkanku.. aku ingin semua hati yang pernah kusakiti memafkanku... dan aku, akan pergi dengan tenang.. jika itu memang yang Tuhan kehendaki dariku!"
Ve menangis di menit terakhirnya (16.48), dia mulai kehilangan waktu untuk mendiami tubuh Nabilah..
"Veee... Aku, aku yang harusnya minta maaf~ ini semua... salahku!"
"dan aku juga!" suara Stella muncul dari arah belakang Ve, Kinal dan Ve melihat kedatangannya yang diantar oleh Dhike dan Yona namun mereka hanya melihat dari kejauhan "ini semua... SEMUA aku yang salah! Bukan kamu (melihat Nabilah (Ve)) apalagi kamu (berpaling pada Kinal)! Aku yang harusnya minta maaf, aku yang harusnya ada di posisi Ve saat ini!" Kinal dan Ve hanya bisa mendengarkan tanpa memberi komentar "aku yang salah, akulah yang menjadi biang dari semua kekacauan ini! Hanya karena dendam, aku rela menghancurkan bahkan mencelakakan sahabat ku sendiri, hanya karena dendam yang sebenarnya akupun tidak begitu tahu apa masalah sebenarnya, aku bisa se tega itu membuat semua ini terjadi! Maafkan aku, minta maaf Ve.. aku minta maaf Kinal!" Stella menundukan kepalanya dengan tangisan deras mengikuti penyesalannya.
Kinal bisa mengerti dengan apa yang disampaikan Stella atas dirinya, tapi dia tidak mengerti dengan ucapan Stella untuk Ve. 'aku yang seharusnya ada di posisi Ve'
"kamu gak salah Stell, aku gak pernah nyalahin kamu untuk semua yang sudah terjadi! Justru aku... mau ngucapin makasih karena kamu sudah membuka semuanya untukku!!" Stella menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa dia tidak pantas mendapat ucapan terima kasih dari Ve, yang sudah dengan sengajanya dia bikin celaka hingga Ve ada di posisinya sekarang. "sebentar lagi.. waktuku akan benar-benar habis! Dan kalian tahu? Aku merasa sangat bahagia hari ini, kebahagiaan yang rasanya baru kali ini aku dapatkan! rasanya... tidak bisa lagi melihat matahari esok pun tidak apa, karena aku sudah bisa melihat sinarnya dari kalian di senja ini. Makasih untuk semuanya, makasih untuk persahabatan kalian untuk ku.. makasih~ maka....sihh~" tubuh Nabilah roboh, Kinal dan Stella berhamburan menghampiri Nabilah yang dalam posisi menahan tubuhnya dengan lututnya yang belum sempat ambruk ke tanah
"Ve.." Kinal memanggil Ve sambil memegang Nabilah
"Vee.." Stella ikut memanggil dengan mengguncang pelan tubuh Nabilah. Sementara Nabilah sendiri, sedang berusaha menyadarkan dirinya untuk melihat apa yang terjadi
"... (tadinya Kinal akan kembali memanggil nama Ve, tapi dia ingat kalau Ve hanya meminjam tubuh Nabilah sebagai perantara) Na-Nabilah.. bangun~ kamu gak apa-apa?" Kinal menanyakan keadaan Nabilah karena dia yakin Ve sudah tidak lagi bersama Nabilah "Nabilah.." kembali Kinal memanggil, posisi Nabilah sudah berbaring dengan kepalanya ada dipangkuan Kinal dan Stella ada di sebelahnya, dia ikut mencoba untuk menyadarkan Nabilah.
"Nabilahhh.. bangun, lihatlah? Apa Ve masih ada disini? Apa makud Ve waktunya sudah habis?! Nabilahh~" Stella bertanya dan saat dia menyebutkan nama Ve, Nabilah perlahan membuka matanya.. dia melihat sosok Ve ada didepannya sedang melihat dan mencemaskan dirinya
"Nabilah.. bangun... kamu gak apa-apa kan? Nabilah, kak Ve harus pergi!" ~ "Kk-kak Ve.." suara Nabilah terdengar lemah, dengan matanya hanya bisa melihat Ve samar-samar. Stella dan Kinal yang mendengar segera melihat kearah Nabilah melihat
"Makasih untuk semuanya, dek! Maafin kak Ve... makasih~ Nabilah... makas...ihhhh~ selamat ti,----" kata terakhir dari Ve tidak bisa Nabilah dengar, dia keburu pingsan duluan karena merasakan tubuhnya lelah bahkan lebih dari itu, dia merasa tidak punya sedikitpun tenaga sekalipun hanya untuk bernafas... Stella dan Kinal memanggil dan mengguncang tubuh Nabilah yang sudah tidak sadarkan diri.
SELESAI...
^_^ Maaf kalau jelek!
di tunggu kicauannya ;)
0 comments:
Posting Komentar