*Satu Minggu Kemudian...*
Satu minggu berlalu sejak hari itu. Hari terakhir Nabilah berbincang
dengan Ve, hari terakhir Nabilah memberikan pertolongannya untuk Ve, dan
hari terakhir Nabilah melihat Ve.
"dek," suara Melody membuyarkan lamunan Nabilah yang sedang menatap keluar jendela. Ia memutarkan badannya dan melihat
kakaknya dengan tatapan kosong, "kamu kenapa?" tanya Melody cemas "ada
yang sakit lagi? Mana yang sakit? Apa kakak perlu panggil dok,-" Nabilah
menggeleng memotong kekhawatiran Melody
"Nabilah gak apa-apa kok kak!" katanya dengan senyum mengikuti
"terus? Kenapa melamun gitu? Emm~ apa kamu, masih mikirin kak Ve?"
Melody mencoba menebak, Nabilah mengangguk pelan. kemudian Melody
memegang lembut tangan Nabilah dan bicara padanya dengan diawali senyum
"kamu udah berusaha melakukan yang terbaik untuk membantu kak Ve.
Sekarang... saatnya kamu jalanin lagi kehidupan kamu secara normal!"
ucapnya membuat Nabilah menekuk bibir
"emang selama ini Nabilah gak normal apa!?" protes Nabilah
"hahaha~ gak gitu, maksud kak Melo itu... kamu kan sekarang udah bisa
bebas dari kak Ve dan gak akan lagi dianggap 'gila' sama orang-orang
yang kebetulan melihat kamu lagi bicara sendiri!"
"hmm~ Nabilah gak yakin kak!" Melody mengerung "Nabilah kan punya gift dan... kayaknya gak akan berhenti di kak Ve deh!"
"oh ya? Terus, apa sekarang kamu bisa lihat seorang lainnya yang tidak
terlihat!?" Nabilah menggeleng "yakin? Ini rumah sakit lo dek! Kamu
belum pernah lihat mahluk lainnya yang sejenis kayak kak Ve, dulu!?"
Nabilah berpikir lalu kembali menggeleng untuk menjawab pertanyaan
kakaknya. "Oohh, ya udahlah, mending kita pulang, gak usah mikirin dulu
itu, kamu udah suntuk kan satu minggu di rumah sakit?!" Nabilah
mengangguk "kalo gitu ayo kita pulang, mama sama papa udah nunggu di
lobi!"
Tak lama setelah Melody mengajak Nabilah untuk pulang, seorang suster datang ke kamar dengan membawa kursi roda.
"Nabilah gak mau pake itu, kak! Nabilah mau jalan aja!"
"jangan dong, nanti kak Melo dimarahi mama sama papa, lihat kamu
bukannya didorong pake kursi roda buat ke depannya, malah kamu jalan!"
"Nabilah baik-baik aja kak! Tuh lihat... (Nabilah bergerak-gerak)~ nih
lihat lagi... (kembali Nabilah bergerak)~ dan..,-" ~ "aa, udah-udah~
cukup! Kak Melo bisa lihat kamu baik-baik aja!"
Suster yang membawa
kursi roda hanya bisa tersenyum melihat tingkah pasien yang selama satu
minggu ini inap di rumah sakit, tidak pernah bisa diam dan selalu rame.
"emm~ suster, makasih sebelumnya untuk kursi roda itu, tapi.. suster bisa lihat sendiri kan? Gimana pasien satu ini!"
Melody mencoba basa-basi dengan diakhiri menunjuk Nabilah, Nabilah
mendelik kakak nya. Suster mengangguk pelan lalu berjalan kembali dengan
membawa lagi kursi rodanya.
"yuk ahh, pulang! Nabilah mau makan
ice cream, terus mau makan lagi masakannya mama yang enak, dan icip
masakannya kak Melo yang.... (Nabilah melihat kearah Melody dengan
senyam-senyum tak karuan) hehehe,"
"yang apa? Ayo bilang?" Nabilah
menggeleng-geleng kepalanya sambil tersenyum "hmm~ awas ya.. kalo mama
lagi gak ada, terus kamu merengek minta dibuatin nasi goreng! Kakak gak
akan buatin!!" ancam Melody
"ya! Jangan-jangan~ jangan gitu dong
kak, ntar Nabilah bisa tepar karena kelaparan.. kakak mau lihat adiknya
yang unik ini tepar... lagi?" Nabilah menggoda Melody dengan
kata-katanya.
Kedua adik-kakak itu keluar dari kamar rawat yang
ada di koridor Mawar nomor 48, Nabilah melingkarkan kedua tangannya di
lengan Melody, sementara Melody hanya bisa tersenyum (senyum bahagia,
karena sebelumnya dia begitu takut akan kehilangan Nabilah yang "tidur"
selama 48jam, tapi bukan kondisi Koma.). Ditangan kirinya menggelayut
manja Nabilah dan ditangan sebelah kanannya menggantung tas yang isinya
pakaian ganti milik Nabilah dan beberapa peralatan bekas inap seminggu.
Ketika keduanya berjalan dan melintas di sebuah lorong yang salah
satunya ada ruangan ICU, kaki Nabilah terhenti dan melihat kearah
ruangan itu. Melody yang menyadari berhentinya kaki Nabilah, melihat
Nabilah lalu melihat kearah lorong tempat diamnya ruang ICU, Operasi,
dan HCU yang posisinya ada ada paling depan.
"semua udah
berakhir... kamu tinggal nunggu dan lihat bagaimana Tuhan bekerja!"
dengan senyum Melody bicara pada Nabilah, Nabilah melihat kakaknya dan
mengangguk lalu keduanya melanjutkan perjalan hingga sampailah di lobi.
Bincang-bincang bentar, keluarga itu pun pergi meninggalkan rumah sakit
dengan Nabilah pindah dari tangan Melody ke tangan mama nya.
"Nabilahhhhhhh..."
Ayana setengah berteriak ketika melihat Nabilah masuk ke kelasnya. Gaby mengalihkan pandangannya pada Nabilah
"a! Nabilahhhhh...." keduanya segera menghampiri Nabilah, semua teman
sekelas yang sudah datang pagi itu juga seketika melihat kearah Nabilah
dan memberikannya sapaan, dan Nabilah membalas sapaan dari teman-teman
sekelas dan juga sahabatnya itu.
"sini~ sini~ aku bantu..." Ayana dan Gaby sudah berdiri disamping Nabilah
"apa sih? Aku gak apa-apa kali! Kalian pada lebay ih!" ucap Nabilah melihat kanan-kirinya
"gak lebay kali Bil! Ini mah biasa aja, kita kan kangen sama kamu! Hehe~" kata Gaby, Ayana mengangguk.
"kamu udah baikan? Kok udah sekolah? Bukannya harus bedrest dulu?!"
Gaby terus bertanya penasaran, Nabilah tersenyum lebar dan menggerakan
tubuhnya sambil menjawab pertanyaan Gaby "Huaaa, Bedrest!? Seminggu di
rumah sakit aja rasanya udah cukup!! Aku kangen sekolah ini, kangen
kelas, kangen guru, kangen ngerjain kalian sama yang lainnya juga..
hahaha~" ucapnya yang ditanggapi Ayana juga Gaby, mereka bertiga jalan
untuk duduk di mejanya dengan masih ditemani obrolan ini itu yang di
lontarkan Ayana dan Gaby. Mereka bercerita bagaimana teman-teman kelas
juga beberapa murid SMA menanyakan kabar Nabilah, bagaimana Nabilah
menjadi begitu terkenal di seantero Putri Jakarta bahkan guru-guru pun
sempat memperbincangkan Nabilah. Mereka semua begitu penasaran dengan
cerita Nabilah yang hanya bisa mereka dapatkan sebagian-sebagian,
sementara bagian lainnya mereka blank. Dan yang tak kalah seru dari
cerita kedua sahabatnya yang senang mengumpulkan 'berita' ini adalah..
tentang Stella dan kawan-kawannya yang berubah menjadi baik, tak jarang
Ayana dan Gaby menyaksikan secara langsung bagaimana Stella, Dhike,
ataupun Yona menolong teman-temannya sendiri yang berseragam SMA ataupun
yang berseragam SMP. Nabilah hanya tersenyum menanggapi cerita yang
bagian itu. Dan satu lagi, perubahan Stella yang mendadak dan sangat
mencolok itu begitu terpampang nyata ketika dia, Dhike, dan Yona bisa
jalan bareng dengan Kinal. Yang notabene dulu begitu terkenal kisah
Stella dan teman-temannya termasuk Ve yang sepertinya begitu menjaga
jarak dengan Kinal bahkan terlihat sepeti musuh.
"haaaahh~
(Nabilah tersenyum) benar apa kata orang-orang 'sesuatu akan terasa
sangat berharga ketika kita sudah kehilangannya', penyesalan tak akan
pernah hilang hanya dengan tangisan, kesempatan kedua sepertinya bisa
membuat semua berubah..." Nabilah kembali tersenyum dengan kata-kata
terakhirnya, Ayana dan Gaby hanya bisa saling melempar pandangan satu
sama lain seperti mengisyaratkan 'apa yang sedang dia bicarakan!' , lalu
secara bersamaan melihat ke arah Nabilah.
"Ja! kita ke kantin,
yuk?! Rasanya... udah laaaaaaama banget gak masukin makanan sekolah ke
perut, hehe~" karena Ayana dan Gaby tidak merespon, Nabilah kembali
mengajak "oy! Ayo, ke kantin! Temenin aku!!?" kedua sahabatnya itu
segera bisa menguasai diri mereka masing-masing dan mengangguk
menyetujui permintaan Nabilah.
Ketiganya keluar kelas, di perjalanan Ayana bicara hingga membuat Nabilah mengerung
"Bil, kapan ceritanya?"
"cerita? Cerita apa" Nabilah balik bertanya
"yaa.. cerita yang kamu janjikan untuk di ceritakan sama kita!"
Nabilah mengingat-ingat kembali apa yang sudah dia katakan pada Ayana
dan Gaby.
"cerita tentang kamu dulu ada di aula, di seret ke taman
labirin, membantu kak Ve! Cerita yang kamu janjikan sama aku dan Ayana
pas kamu di UKS, hari sebelum akhirnya kamu masuk rumah sakit dan malah
nginep di sana selama satu minggu!!" Gaby menambahkan untuk mengingatkan
Nabilah
"Ooohh~ aku ingat, aku ingat~ hehehe.. jadi aku belum ngasih tahu kalian ceritanya?"
"makanya kita nanya, karena kamu belum cerita apapun, orang kita
janjian pagi di rumah kamu ehh taunya kamu malah di inap di rumah sakit!
Mana pake acara gak bangun dan gak respon apapun selama 48jam, bikin
semua orang panik tahu!!"
"hahahaaa~ maaf, maaf-- jadi lupa kalau
aku punya janji itu sama kalian! Emm~ oke lah, sebagai penebus janji,
aku ceritain sama kalian, jadi gini . . . awalnya itu ...... .........
............. ........... "
Nabilah mulai berpanjang lebar
menceritakan pada Ayana dan Gaby ketika awal dia bertemu Ve (mereka
sampai di kantin; ketika ketiganya masuk ke kantin, beberapa mata
melihat Nabilah, baik yang berseragam SMP, berseragam SMA bahkan ada
beberapa guru yang kebetulan sedang mencari sarapan. Mereka melihat
Nabilah dengan lalu... tidak disangka tidak diduga, mereka menyapa
Nabilah seperti Nabilah itu seorang Idol yang satu sekolah dengan
mereka, dan mereka menyapanya agar Nabilah melihat keberadaan mereka
semua. Ayana dan Gaby sudah tidak terlalu bingung dengan tingkah
murid-murid di sekolah ini yang sepertinya begitu perhatian pada
Nabilah, karena mereka sudah mendengar setengah cerita aslinya dari
Nabilah. Nabilah membalas sapaan mereka dengan senyum dan anggukan,
kemudian Nabilah membeli cemilan dan minuman yang di kemas dalam cup
berukuran sedang.). Mereka duduk sebentar di meja kantin, Nabilah
menyuapkan cemilannya dan mulai melanjutkan ceritanya pada Gaby dan
Ayana . . . . . . . saat cerita akan mencapai klimaks (setelah mereka
berpisah di depan gerbang, hari dimana Nabilah masuk UKS) bell masuk
berseru, jadi dengan terpaksa Nabilah memutuskan ceritanya hingga Ayana
dan Gaby yang dari tadi menanggapi cerita Nabilah dengan gimik begitu
serius, dan sesekali terlihat merinding ketika mendengar cerita itu.
Menjadi lemas karena ceritanya nanggung dan malah menjadi anti-klimaks,
tapi apalah daya mereka tidak bisa melakukan protes pada Nabilah karena
ini bukan kemauan Nabilah untuk menghentikan cerita. Ketiganya kembali
menuju kelas dengan derap langkah yang cukup terburu-buru karena memang
mereka sudah mendengar bell dengan begitu jelasnya.
Setiap
mata pelajaran berlalu begitu cepat untuk Nabilah, yang biasanya begitu
merasa jenuh saat menghadapi setiap mata pelajaran yang di suguhkan oleh
setiap pengajar. Istirahat tiba. . . seperti biasa 3sahabat itu
mengeluarkan box makanannya, dan mulai menyantap bekal masing-masing
dengan sesekali saling meng icip makanan milik yang lainnya. Ayana
diikuti Gaby kembali menuntut Nabilah untuk menyelesaikan ceritanya,
Nabilah pun memulai lagi cerita-ria nya yang tinggal menyisakan ending.
Cerita Nabilah berakhir berbarengan dengan habisnya bekal makanan mereka.
"emmph~ aku ingat sekarang, waktu itu... aku sama Gaby sempat
mengikuti kamu dan... kita sempat lihat kamu minta maaf sama teman-teman
SMP di taman, atas nama kak Ve. iya kan? Kamu ingat gak Gab!?" Ayana
menanyakan pada Gaby
"aa~ iya, iya, aku juga ingat sekarang Chan~
jadi... waktu itu kita lupa akan apa yang kita saksikan sebelumnya,
karena kak Ve?" Nabilah mengangguk. Ayana dan juga Gaby yang saat
Nabilah bercerita tadi tidak begitu banyak komentar dan hanya diam
mendengarkan, sekarang begitu responsif dan terus saling bicara
bergiliran untuk bertanya ataupun melempar pernyataan menanggapi kisah
Nabilah yang membantu Ve, kisah Nabilah yang ternyata punya gift. Waktu
istirahat habis, pun dengan rasa penasaran Ayana dan Gaby. Mereka
kembali fokus mengikuti pelajaran demi pelajaran.
Putri
Jakarta sekarang, setelah kejadian yang cukup menyita perhatian semua
penghuni yayasan itu, menjadi lebih damai. Tidak ada lagi bully, tidak
ada lagi saling mengejek ataupun meremehkan diantara murid-muridnya baik
yang SMP ataupun yang SMA.
Setelah bell pulang berbunyi,
Nabilah tidak langsung pulang tapi menemui dulu wali kelasnya untuk
membicarakan pelajaran yang satu minggu lebih sudah dia skip. Ayana dan
Gaby tidak menemani, mereka masing-masing pergi ke tempat
ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Setelah beberapa menit menuju jam,
lamanya Nabilah berkonsultasi dengan wali kelasnya, dia pun keluar dan
berjalan sendiri di lorong sekolah yang sudah di tinggal penghuninya
untuk melakukan kegiatan lain di luar gedung yang bertingkat tiga ini.
Nabilah berjalan, hingga tak terasa bukannya jalan ke gerbang untuk
pulang, kakinya malah melangkah ke taman labirin. Ia duduk di sebuah
bangku yang dulu dia pakai untuk mendengarkan Ve menyebutkan nama-nama
korban bully nya, Nabilah ingat hari itu, diapun mengeluarkan smartphone
nya dan membuka memo dimana ada catatan nama-nama korban Ve. Dia
tersenyum haru saat melihat tulisan yang dia ketik dari hasil
mendengarkan ucapan Ve. "kak Ve . . . Nabilah kangen sama kakak!"
ucapnya pelan dengan mata masih melihat layar samartphone tapi tidak
membaca tulisannya. Nabilah memasukan kembali smartphonenya ke saku
seragam dan mulai melamun dengan menopang dagu menggunakan tangan
kanannya.
"anak kecil gak baik ngelamun sendirian!~"
suara itu membuyarkan lamunan Nabilah, ia memutarkan kepalanya 45derajat untuk melihat orang yang bicara
"kak... Kinal!" Kinal tersenyum lalu berjalan mendekati Nabilah, dia duduk di sebelah Nabilah.
"kakak dengar dari murid-murid yang ada di sekolah kalau murid yang
namanya Nabilah udah masuk sekolah lagi!" ucapnya di dekat Nabilah "kamu
terkenal ya sekarang!? (senyum Kinal) semua murid di yayasan ini gak
ada yang gak tahu dengan murid SMP kelas VII yang namanya Nabilah!!"
"(Nabilah tersenyum manis) kak Kinal bisa aja, gak lah... Nabilah gak
setenar itu kali kak... orang Nabilah bukan Idol kok!" Nabilah coba
membalas ucapan Kinal dengan bercanda. *diam sesaat*
"emm~
Kapan mau jenguk kak Ve?!" tanya kinal membuyarkan kabut kediaman,
membuat Nabilah menatapnya "um~ (Nabilah tidak mengeluarkan kata lain,
dia hanya menggeleng)"
"kenapa menggeleng gitu? Kamu gak mau jenguk kak Ve?"
Nabilah masih diam "kamu gak kangen sama orang yang dulu suka ganggu
kamu? saat dia masih jadi arwah!?" Nabilah masih tetap diam dengan
pikirannya memainkan kilasan lalu "saat Ve bangun dari komanya, kamu
malah tidur dan bikin semua orang panik, cemas, hawatir bukan main,
48jam kamu menutup mata, telinga, dan tidak menggerakan tubuh kamu sama
sekali!" Nabilh hanya tersenyum tipis "dan sekarang.. sudah hampir dua
minggu Ve bangun dari koma dan dia menjalani perawatan, tapi kamu belum
pernah menjenguk dia!"
Nabilah mengalihkan tatapannya dari
kinal dan berpikir sendiri. Dia bukan tidak ingin menjenguk Ve, dia juga
bukan tidak merindukan Ve yang sudah dia anggap kakak, tapi... kondisi
Ve saat ini tidak memungkinkan untuknya bisa bicara seleluasa dulu,
ketika Ve tidak terlihat oleh orang-orang lainnya. Nabilah hanya bisa
memikirkan dan berharap kondisi Ve akan terus membaik dan dia bisa masuk
lagi sekolah dan menjalani semua aktifitasnya, meski tidak bisa
mengingat dirinya.
"kak Kinal yakin, kalau kalian bisa bertemu
secara langsung.. Ve pasti bisa ingat sama kamu, Nabilah!" Nabilah
hanya bisa diam "kamu yang menolong dia, kamu yang membawa dia kembali
dari dunia yang tidak seharusnya dia diami, kamu bukan cuma sekedar
perantara pulangnya lagi Ve. Tapi kamu juga... penyatu antara kak Kinal,
kak Ve sama kak Stella!" Kinal memegang bahu Nabilah dan membuatnya
bisa menatap dia "Ve pasti ingat sama kamu, karena kalian pernah saling
kenal, bahkan mungkin kamu jauhhh lebih mengenal sosok Ve ketimbang kak
Kinal atupun kak Stella!" ~ "apa yang Kinal bilang itu benar!" Nabilah
dan Kinal melihat sosok yang bicara "kak... Stella. . ."
"kalau
kamu bisa melihat Ve dan Ve bisa melihat kamu balik, dia pasti ingat
sama kamu, dia pasti ingat akan apa yang sudah kalian lakukan selama
48jam itu!" Nabilah kini sedang melihat Stella yang mulai mendekat
kearahnya dan kinal (sebenarnya, Nabilah dan Ve berkomunikasi bukan
48jam tapi lebih, dan bisa di hitung dengan hitungan hari yang ada di
kalender. Sampai akhirnya ada pengumuman mendadak tentang misi 48jam
48nama) Stella duduk di sebelah kanan Nabilah, jadi posisinya Nabilah
kini diapit oleh 2sahabat baik Ve.
"pertama kakak lihat kak Ve pas
sadar dari koma nya... dia juga tidak mengenali kakak, sebagai teman
satu geng nya di putri jakarta,-" ~ "tapi kak Ve ingat kalau kak Stella
itu sahabat kecilnya!!..." Nabilah memotong ucapan Stella "cuma Nabilah
yang gak dikenali sama kak Ve, karena Nabilah tidak pernah melakukan
kontak apapun dengan kak Ve di dunia nyata. Nabilah sama kak Ve cuma di
pertemukan di dunia lain yang hanya Nabilah yang tahu, selebihnya...
siapapun yang Nabilah temui di dunia itu, nantinya. Sepertinya tidak
akan mengenali Nabilah!! Tidak kak Ve, atau 'kak Ve' lainnya kalau nanti
Nabilah dimintai tolong sama mereka!! Nabilah cuma perantara antara dua
dunia!!!" ucap Nabilah setelah dari tadi hanya diam dengan suara
terdengar haru.
Stella dan Kinal melihat Nabilah yang dari tadi saat mengucapkan kalimatnya hanya memandang kosong kearah depan
"Nabilah udah senang saat bangun, dan dengar kalau kak Ve udah sadar
dari komanya, ternyata apa yang Nabilah lakukan tidak berakhir sia-sia!
Nabilah bisa memberikan pertolongan untuk mereka yang butuh!!" jelas
Nabilah, dengan diakhiri tundukan kecil dari kepalanya.
Setelah kejadian terakhir di pinggir sungai. Nabilah dilarikan ke rumah
sakit karena tidak sadarkan diri, sementara Ve berjuang dalam kondisinya
yang sempat menurun dan alat deteksi jantungnya sempat memunculkan
garis panjang dengan suara nyaring yang lurus tidak berbunyi beep, beep,
beep, tapi hanya berbunyi beeeeeeeep... Keesokan harinya, ketika Ve
dinyatakan sudah kembali dari komanya, setelah semalam dia berjuang
diantara dua dunia. Nabilah malah tidur tapi bukan dengan kondisi koma,
entah apa dokter pun tidak bisa menjelaskan. Tubuhnya merespon infus
ataupun obat-obatan yang dimasukan ke tubuhnya namun Nabilah tidak bisa
membuka matanya hingga 48jam lamanya dia tidur (Nabilah sepertinya
terkena syndrome penyakit 'putri tidur' :D).
Beberapa hari
setelah Nabilah bangun dari 'tidurnya', dia tahu semua cerita kalau Ve
sudah kembali dari komanya dan bahkan dia sudah sadarkan diri dan bisa
mengobrol dengan orang tuanya, dan juga dengan Kinal dan Stella. tapi,
Nabilah merasa sedih ketika dia tahu kenyataan kalau Ve tidak
mengingatnya. Kinal menceritakan tentang Ve yang sama sekali tidak ingat
pernah meminta bantuan pada Nabilah untuk meminta maaf pada murid-murid
di Putri Jakarta, malah Ve bertanya kenapa dia harus meminta maaf pada
murid-murid di sekolahnya itu. Ternyata Ve kehilangan beberapa memory
baru nya yang dia alami sebelum kecelakaan akibat benturan dari
kecelakaan tersebut, Ve hanya tahu kalau dia itu sahabatan sama Kinal
dan dia tidak mengingat sempat bermusuhan dengan Kinal dan berteman
dengan Stella, Yona dan Dhike lalu membuat kekacauan di Putri Jakata,
dengan menjadi geng paling populer dengan bully an nya.
Tapi
anehnya... Ve bisa mengingat Stella sebagai teman mainnya waktu kecil,
sebagai Stella yang selama ini dia cari keberadaanya dengan cara
diam-diam tanpa sepengetahuan papa nya. Padahal saat meminjam tubuh
Nabilah dan bilang kalau dirinya bodoh karena tidak bisa menyadari
Stella yang berteman dengannya adalah Stella yang selama ini dia cari.
Nabilah menghabiskan masa rawatnya dengan rasa sedih menyergap hatinya,
karena Ve yang sudah mulai dia anggap seperti kakak dan bahkan Nabilah
masih ingat dengan permintaan Ve untuk menganggapnya sebagai kakak dan
dia jadi adik untuk Ve, apalagi dia satu rumah sakit dengan Ve. Sesekali
Nabilah bisa lihat Ve di taman rumah sakit dengan Stella atau dengan
Kinal atau dengan keduanya bahkan dengan Yona dan dan Dhike yang
terlihat begitu akrab. Nabilah merasa iri karena dia tidak bisa dekat
dengan Ve yang dulu dia bisa begitu terbuka dengan arwah nya Ve. Mungkin
perasaan iri itu muncul karena Nabilah sudah merasa nyaman ketika
berbagi cerita, ataupun mendengarkan cerita Ve yang sama seperti saat
dia bercerita pada Melody kakak kandungnya sendiri. Apalah daya, semua
sudah terjadi dan Nabilah hanya bisa diam dengan sedikit kesedihan
merundung hatinya tapi lebih banyak kebahagiaan, karena dia bisa melihat
Ve yang sekarang begitu terlihat gembira dengan di kelilingi
orang-orang yang menyayangi dia termasuk orang tuanya.
"itu
kenapa, kak Kinal mau kamu temuin dulu kak Ve secara langsung! Kak Ve
memang tidak mengingat kamu karena kamu belum pernah kontak apapun
dengannya secara nyata, mau diwaktu sebelum kecelakaan atau di waktu
yang jauh sebelum kecelakaan itu datang di kehidupannya. Tapi... banyak
orang bilang, kalau kontak batin itu lebih kuat, ikatan yang sempat
terjalin meski sesingkat apapun akan selalu mendatangkan kesan, apalagi
kamu sama kak Ve di pertemukan dalam dunia yang entah apa kita harus
menyebutnya!"
"seperti yang kak Stella alamin, kak Stella gak
pernah bisa membayangkan kalau kak Ve bangun dari komanya dan.. dia akan
melaporkan kakak ke kantor polisi, karena kakak yang menyebabkan dia
mengalami kecelakaan. Tapi semuanya di luar dugaan, Ve tidak ingat
tentang apa yang kakak ucapkan di pinggir sungai, Ve tidak ingat dengan
kisah setahun kita jadi orang paling menyebalkan di sekolah, namun Ve
malah mengingat kakak dengan kisah dulu kita yang bahkan selama ini dia
tidak menyadari hal itu!" Stella diam sejenak "Ve punya hati yang tulus,
dia tidak pernah mempersalahkan apa yang sudah di perbuat orang lain
padanya, dia bahkan... entah dengan sengaja atau memang dia lupa, dengan
apa yang sudah kak Stella lakukan padanya!. . . Dia pasti ingat sama
kamu, Nabilah. Temui lah dulu Ve, biarkan dia melihat siapa yang sudah
memberikannya pertolongan disaat orang lain bahkan orang terdekatnya
sendiri tidak bisa memberikan pertolongan!!" Nabilah diam sejenak, lalu
dia beranjak dari kursi taman itu dan membuat Stella juga Kinal
menatapnya
"udahlah kak, Nabilah gak mau jadi beban untuk kak Ve.
Nabilah gak mau makasain pikirannya kak Ve untuk mengingat siapa
Nabilah, biarlah waktu yang akhirnya akan membuka semua ini. Biarlah kak
Ve mengingat Nabilah dengan caranya sendiri, kalaupun tidak ya...
mungkin itu memang sudah seharusnya!! ~ Nabilah pulang dulu kak, kak
Melody sudah menunggu di depan. Makasih untuk kata-katanya, salam untuk
kak Ve!"
ucapnya dengan diikuti senyum, kemudian dia pergi tanpa ada halangan dari Kinal ataupun Stella.
Selama masa pemulihan Ve, Kinal dan Stella selalu berusaha membuat Ve
ingat dengan sosok Nabilah yang dia temui ketika dia menjadi arwah.
Mereka ingin melihat Ve ingat dengan Nabilah bukan karena alasan apapun,
hanya karena ingin biar Ve ingat dengan siapa yang sudah berusaha
membantunya dan akhirnya membuat mereka bertiga kembali menjadi sahabat,
sekedar untuk menyampaikan rasa terima kasih pada Nabilah, sang
penolong.
Hari berganti ke hari berikutnya, rutinitas tetap
sama. Sekolah, kuliah, kerja, diam di rumah atau apapun yang setiap
harinya terus continue. Sampai tak terasa sudah berganti hari dengan
hitungan minggu. 48hari pasca masa pemulihan akhirnya Ve bisa kembali ke
sekolah, meski dengan bantuan dua tongkat penyangga karena kaki sebelah
kirinya masih mengalami cedera dan butuh waktu yang tidak sebentar
untuk kembali memulihkannya, tapi ia tetap terlihat penuh semangat
menyambut masa kembalinya hari-hari yang akan dia jalani sebagai seorang
pelajar, dan bukan lagi sebagai seorang pasien.
Kehidupan Ve
saat ini jauh lebih baik dari Ve sebelum kecelakaan bahkan sebelum
menjadi pembuat onar di sekolah. Orang tuanya yang sekarang semakin
perhatian, tidak lagi membiarkannya duduk dalam ruangan besar yang
kosong sendirian. Dua sahabat yang kini ada di sampingnya ditambah Yona,
dan Dhike (seharusnya ada Nabilah) yang membuat kehidupannya mendekati
sempurna untuk remaja seusianya.
Ve sudah di tunggu oleh
Kinal, Stella, Yona dan Dhike di depan gerbang. Dia melambaikan
tangannya pada mereka dengan diikuti senyum manis, Ve diantar oleh mama
nya ke sekolah.
"gimana? hari pertama sekolah... lagi!" kata Kinal menyambut, Stella sudah berdiri disamping Ve
"mm~ deg-deg an, hehehee--"
"relax Ve, everything its gona be on the right way now..."
"sok inggris si cici satu ini!" sahut Yona yang mendapat delikan maut
dari Stella setelah ucapannya. "ya! Don't stare at me like THAT!!" Yona
mencoba melindungi dirinya dari tatapan Stella
"hemm~ ngeledek
Stella sok inggris, sendirinya sok bule!" Dhike ikut membaur dengan
gimik muka tsundere ditambah ucapan dinginnya meledek Yona.
"Yeey, Dhike belain gue!" girang Stella, Yona hanya bisa menekuk bibirnya
"siapa juga yang belain kamu!" kata Dhike masih dengan tone cold nya,
yang kini bisa membuat Yona tersenyum penuh kemenangan. Kinal dan Ve
hanya tersenyum melihat scene itu.
Setelah beberapa menit
berbincang mereka pun mulai berjalan memasuki sekolah. namun belum
mereka mulai melangkah, mereka berpapasan dengan Nabilah yang baru
datang. Stella, Kinal, Dhike dan Yona melihat Nabilah yang sudah
terlebih dahulu melihat mereka, lalu melihat Ve.
"ada apa? Kenapa
pada berhenti?" tanya Ve heran, melihat sahabat-sahabatnya. Ini kali
pertama Nabilah bisa bertatap muka langsung dengan Ve dalam keadaan Ve
yang sudah normal bukan dengan Ve yang dulu bergentayangan sebagai
arwah. Nabilah melihat Ve, dari matanya terpancar rasa bahagia yang
bercampur dengan sedih, ketika melihat Ve yang ternyata sudah bisa
kembali memulai aktifitasnya sebagai pelajar, dan pasti akan kembali
menjalanai kehidupannya sebagai gadis remaja. Namun sayang, Ve tidak
mengenalinya dan tidak menyapanya seperti waktu dulu, dan hal itulah
yang membuat Nabilah terlihat sedih.
"Nabilahhh~" suara Ayana
tidak hanya membuat Nabilah yang sedang melamun bisa kembali kealam
nyata, tapi juga membuat Stella, Kinal, Dhike, Yona dan juga Ve melihat
kearahnya. "Nabilah.." bisik Ve yang tidak terdengar oleh siapapun, dia
merasa pernah mendengar nama itu.
"kamu ngapai,- ehh. . . ada
kakak-kakak senior! Selamat pagi kak Kinal, kak Stella, kak Dhike, kak
Yona, kak. . ." Ayana terbelalak ketika melihat senior yang belum dia
sebutkan namanya "k..ak Vee..." lanjut Ayana dengan senyum, dia dapat
senyum balik dari senior lainnya. Lalu mengalihkan pandangannya pada
Nabilah yang masih mematung dengan pikiran bisa dia kuasai
"ke
kelas yuk, Bil! Gaby udah nunggu, ada PR yang belum dia kerjakan karena
ada yang gak bisa katanya!!" ajak Ayana, membuat Nabilah mengerung.
Sejak kapan di Putri Jakarta ada PR? Pikir Nabilah (yayasan ini, memang
tidak memberikan tugas pada staff pengajar untuk memberikan pekerjaan
rumah pada murid-muridnya. Kalaupun ada tugas, pasti harus di selesaikan
di sekolah tidak di bawa ke rumah) *gak ada PR bukan berarti gak
PintaR* :D #pengalaman penulis :v . Nabilah hanya bisa mengangguk pelan
lalu mengucapkan permisi pada senior-senior yang ada di depannya, dia
dan Ayana mulai berjalan meninggalkan Ve, Kinal, Stella, Dhike dan Yona.
Ayana tahu cerita tentang Ve yang tidak mengenali Nabilah, saat dia
melihat wajah Nabilah yang sedih, dengan segera otak kiri Ayana
memproses untuk mencari sebuah alasan demi membawa Nabilah keluar dari
kerumunan senior-senior terutama dari Ve.
"kamu gak apa-apa Bil?" tanya Ayana setelah jarak mereka dengan seniornya cukup jauh,
"aku gak apa-apa! hmm~ senang rasanya melihat orang yang dulu aku
tolong udah bisa kembali ke kehidupan aslinya!" dengan senyum getir
Nabilah menjawab. Dia dan Ayana terus berjalan sampai tibalah di kelas.
Sementara Kinal, Stella, Ve, Dhike dan Yona masih diam di depan gerbang
"Ve, ayo kita masuk!" ajak Stella, Kinal dan yang lainnya termasuk
Stella tidak mendengar respon Ve "Ve.." Stella memegang bahu Ve, membuat
dia terlihat sedikit terkejut karena ternyata ia sedang melamun "kamu
kenapa? ada yang sakit?!" tanya Stella khawatir, Kinal mendekat hingga
berdiri di samping kiri Ve menemani Stella yang ada di samping kanan
"apa... kepala kamu pusing lagi? kita pulang lagi ya!?" giliran Kinal yang bertanya
"aku panggil taksi!" Dhike menawarkan, dengan tangannya mengeluarkan Touch Phone nya
"e~ eh~ ja-jangan, jangan! Aku gak apa-pa kok!!" Ve menyetop tangan
Dhike saat dia akan menghubungi perusahaan taksi "aku beneran gak
apa-apa, cuma..." dia berhenti sebentar
"cuma apa, Ve?" Yona lebih dulu bicara menanggapi Ve.
"emm~ soal anak SMP tadi. . . dia... apa aku pernah mengenalnya?" Ve
bicara dengan pertanyaan yang membuat Kinal dan Stella terkejut 'apa dia
ingat dengan Nabilah?' pikir Kinal 'apa mungkin?' bisik Stella. Dhike
dan Yona hanya bisa memperhatikan dalam diam. "dia kah? Nabilah yang
pernah kalian tanyakan padaku?" Ve melihat Kinal dan Stella, lalu
keduanya mengangguk untuk menjawab Ve.
Kinal dan Stella memang
selalu menyinggung nama Nabilah meski tidak langsung ke inti
permasalahan, mereka sedikit demi sedikit menuntun Ve untuk masuk
kedalam keadaan saat dia koma. Tapi semakin Ve berpikir malah semakin
sakit kepalanya karena terlalu memaksa untuk memperkerjakan memory nya.
Lagian sekeras apapun Ve mencoba untuk mengingat, dia tetap tidak bisa
mendapat sedikitpun gambaran tentang Nabilah. Tidak seperti Stella,
Dhike dan Yona dengan kisah geng bully mereka selama satu tahun menjadi
penguasa Putri Jakarta, Ve bisa mendapatkan sedikit demi sedikit
gambaran tentang mereka di waktu sebelum kecelakaan itu, dengan ingatan
tentang Stella yang tidak pernah berubah sebagai sahabat, kakak yang
pernah dia punya waktu kecil, sebagai memory tambahannya. Kinal dan
Stella tidak begitu frontal memaksa Ve untuk ingat siapa itu Nabilah,
kalau Ve bertanya atau meminta mereka untuk menceritakan Nabilah, mereka
menceritakan tapi kalau tidak mereka diam dan membahas hal lain.
"kamu ingat sama Nabilah?" tanya Kinal dengan perasaan was-was takut
Ve merasakan kepalanya sakit lagi. Ve menghela nafas lalu menggeleng.
"ya udah gak apa-apa, jangan terlalu memaksakan ingatan kamu!" Stella mencoba membesarkan hati Ve
"dia sepertinya begitu baik, manis, tulus, kayak ada sesuatu yang beda
di dalam dirinya!" ungkap Ve. Sahabat-sahabatnya hanya bisa senyum lalu
mereka mulai berjalan untuk menuju kelas.
Kata orang. . .
sekarang waktu itu berlalu begitu cepat, jam berganti dalam satu
kedipan, hari berlalu tanpa terasa seperti angin sepoi yang lewat di
musim panas. Hari ke-8 Ve setelah hari pertamanya memulai kegiatan dia,
hari ini Ve paling terakhir keluar dari sekolah karena dia harus
mengikuti pelajaran tambahan untuk mengejar semua ketertinggalannya.
Biasanya Stella atau Kinal ada menunggu tapi kali ini kedua nya tidak
bisa menunggu Ve dan untuk Ve itu tidak masalah, karena pulangnya nanti
dia dijemput oleh supirnya.
Pelajaran tambahan berakhir di jam
4, Ve berjalan dengan bantuan tongkatnya menuju ke depan. Sampai di
depan dia mengitarkan matanya mencoba mencari apa mobil yang
menjemputnya sudah datang atau belum, saat Ve mengitarkan kedua matanya,
dia melihat Nabilah sedang duduk sendirian di halte. Karena ingin tahu
tentang Nabilah dan kebetulan supirnya juga belum datang, Ve memutuskan
untuk menghampiri Nabilah.
"hai" Ve mencoba menyapa, Nabilah
yang sedang menunggu Melody dengan sambil mendengarkan ipod, terkejut
ketika melihat sosok Ve sudah ada di sebelahnya. Dia hanya diam dan
menatap Ve tanpa membalas sapaan Ve. "haloooo~ haiii~" Ve
melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Nabilah. "heiii~ Nabilah..."
sekali lagi Ve memanggil dan kali ini dia mendapatkan respon dari
Nabilah berupa kedip-kedipan mata Nabilah yang cukup cepat "Nabilah...
kan?" lalu Nabilah mengangguk pelan, Ve tersenyum Nabilah pun ikut
tersenyum tapi tidak tahu kenapa dia harus tersenyum.
"mm~ lagi nunggu siapa? Kok belum pulang?!" Ve mencoba berbasa-basi,
"eehh~ lagi nunggu kakak aku, tadi ada meeting dulu sama anggota
ekskul!" jawab Nabilah singkat. Setelah itu Ve hanya menyimpulkan 'Oh'
dan mereka berdua berakhir dengan saling membisu, tidak seperti Ve dan
Nabilah yang waktu dulu jika sedang bersama, meski Ve tidak kasat mata
Nabilah bisa dengan leluasa bicara ini~ itu padanya dan hampir tidak ada
space untuk dia diam seperti sekarang ini. beberapa menit mereka dalam
diam, terlihatlah mobil sedan dengan warna dark yang begitu mengkilap.
Nabilah tahu kalau itu mobilnya Ve, dengan tanpa sadar dia bicara
"jemputan kakak udah datang tuh. . . " ucapnya sambil menunjuk sedan
Hitam nya Ve, Ve mengkerutkan alis matanya "kamu... tahu kalau mobil itu
akan menjemput kakak?" tanya Ve, Nabilah baru sadar kalau dia kelepasan
bicara
"mm~ iya, itu- ehh~ Nabilah cuma nebak, soalnya yang. . .
ada disini kan cuma Nabilah sama kakak, jadi... itu pasti mobil yang
akan jemput kakak, soalnya itu bukan mobil kakak aku!"
jelas Nabilah memberikan alasan dengan sedikit terbata di awal kalimatnya.
Ve menerima alasan Nabilah meski di dalam hati dia terus memikirkan
Nabilah dan diam-diam pikirannya kembali mengolah memory nya. Sedan
semakin dekat dan Ve pun berdiri dari duduknya, tapi karena dia kurang
hati-hati dan terlalu fokus pada pikirannya tentang Nabilah, tangannya
sedikit terpeleset saat akan menggunakan tongkatnya. Untungnya Nabilah
bisa melihat adegan itu dan segera berhamburan menolong Ve yang akhirnya
tidak jadi jatuh karena dia tidak memegang tongkat, saat tangan Nabilah
memegang tangan Ve untuk menahannya, Ve merasakan suatu koneksi dengan
Nabilah, matanya memutarkan kilasan balik suatu kejadian yang untuk Ve
sepertinya tidak asing
"Kakak gak apa-apa?" Nabilah bertanya
dengan tangannya masih memegang Ve "kak~ kak Ve..." Ve sadar dari acara
menonton pikirannya dan dia bisa mengendalikan dirinya "eh? em~
ng-nggak, gak apa-apa.. makasih ya...." ucapnya, Nabilah hanya
mengangguk.
Ve pun berjalan masuk kedalam mobilnya, dengan
matanya masih dia pakai untuk melihat Nabilah. Ve masuk dan mobilpun
melaju perlahan meninggalkan Nabilah sendirian di halte seperti
sebelumnya.
Setelah kejadian di halte, Ve mulai intens
menanyakan tentang Nabilah pada Kinal dan Stella. Awalnya Kinal dan
Stella heran dengan Ve yang begitu antusias ingin tahu tentang Nabilah,
padahal dulu saat di rumah sakit dia jarang sekali membawa Nabilah dalam
bahasan obrolan yang dia buat. Tapi kemudian keheranan itu mereka
singkirkan dan dengan senang hati keduanya bercerita tentang Nabilah
(cerita Versi yang mereka tahu, tidak begitu gamblang hanya berupa
potongan)
"apa kalian pernah tahu? Aku sama Nabilah pernah satu
rumah!?" Stella dan Kinal hanya bisa mengerung "apa... kalian tahu? aku
sama Nabilah dulu pernah bertemu di rumah sakit? Tepatnya di sebuah
lorong rumah sakit!" kembali keduanya hanya mengerung karena memang
tidak tahu part yang Ve tanyakan "em, kalau yang ini kalian tahu gak?
Aku sama Nabilah pernah pulang larut malam karena waktu itu kita...
ngikutin kamu" ucapnya sambil nunjuk pada Kinal
"aku? Kamu sama Nabilah pernah ngikutin aku?!" Ve mengangguk
"iya, aku melihat... aku sama Nabilah ngikutin kamu...!"
"sepertinya kamu ingat siapa Nabilah~"
kata Stella sambil tersenyum
"emm~ aku gak yakin Stell. . . soalnya aku tetap tidak bisa ingat
dengan jelas kalau aku pernah meminta bantuan Nabilah ataupun seberapa
dekat aku sama dia dulu, semua masih sangat samar dan perlu banyak
puzzle lain untuk menyatukannya secara utuh!"
ucap Ve
"udahlah Ve, jangan terlalu memaksakan pikiran kamu! Ada seseorang yang
bilang sama aku... 'biarlah waktu yang membuka semuanya' apapun yang
terjadi sekarang, biarlah waktu yang memberikan kamu jawaban!!"
Kinal menarik Ve dari persiapannya memasuki pikirannya lebih dalam untuk
mengingat kejadian saat dia Koma. Stella mengangguk menyetujui ucapan
Kinal, Ve pun ikut mengangguk dan membiarkan pikirannya kembali tenang.
Beberapa kali Ve berpapasan atau malah bertemu dengan Nabilah di
kantin, di depan gerbang sekolah, di taman labirin, bahkan di lapangan
basket ketika mereka menghabiskan waktu istirahat atau diam sejenak
sepulang sekolah. Tapi mereka tidak pernah bertegur-sapa secara
langsung, hanya Nabilah yang menyunggingkan senyum pertama kali layaknya
Junior bertemu dengan senior pada umumnya.
Hari Kamis, 4hari
setelah Ve dan Nabilah bertemu di halte. Ve bangun dari tidurnya dengan
keringat membanjiri kening dan lehernya, dia baru saja masuk ke dunia
yang sepertinya tidak asing untuknya, dia duduk diatas tempat tidurnya
dan berbisik mengucapkan sebuah nama
"Na...bil....ah..."
dengan nafas yang masih naik-turun begitu cepat mengikuti suara
bisiknya. Ve menundukan kepalanya dan... dia meneteskan air matanya, dia
kembali menyebutkan nama Nabilah dengan diikuti kata maaf. Setengah jam
lebih Ve hanya duduk diatas tempat tidurnya dengan ditemani tangisan
dan bayangan Nabilah yang sudah dia buat kecewa karena dia melupakan
Nabilah yang sudah menjadi penolongnya. Ve segera bangun dari tempat
tidurnya dan berjalan ke kamar mandi, untuk segera bersiap-siap pergi ke
sekolah.
Ve sampai disekolah, dia bergegas jalan menuju
kelasnya dan saat sampai, ia meminta pada Kinal dan Stella yang sudah
datang lebih dulu untuk menemaninya menemui Nabilah. Kinal dengan jelas
menolak permintaan Ve bukan karena dia tidak ingin menemani, tapi karena
waktu masuk kelas sebentar lagi berseru, Stella mengangguk menyetujui
apa yang di ucapkan Kinal.
Apa yang Kinal jadikan alasan ternyata
benar, Bell masuk bunyi hanya selang beberapa detik dari saat Kinal
berucap. Ve memang kesiangan bangun karena mimpinya itu, ditambah dia
malah duduk dan membasahi tempat tidurnya dengan tangisan terlebih
dahulu, jadi saat masuk ke sekolah tinggal menyisakan waktu yang sangat
amat mepet dengan waktu masuk untuk memulai pelajaran.
Selama
mengikuti pelajaran pagi itu Ve terlihat tidak berkonsentrasi,
sepertinya dia begitu memikirkan Nabilah yang sempat terlupakan olehnya.
Kinal dan Stella saling melempar tatap, Kinal mengangkat matanya dan
menunjuk Ve seolah bertanya 'dia kenapa?', dan Stella menjawabnya dengan
mengangkat kedua bahunya memberikan isyarat 'tidak tahu!'.
Waktu yang ditunggupun tiba (waktu istirahat) Ve yang sudah menunggu
waktu ini datang segera beranjak dari tempat duduknya dengan mengambil
tongkat penyangganya yang hanya dia pakai di sebelah kiri, dan bersiap
pergi tanpa melihat ke Kinal ataupun Stella untuk menemaninya seperti
tadi pagi.
"Ve, kamu mau kemana?"
tanya Stella untuk melepas rasa herannya
"aku mau cari Nabilah!" kata Ve tegas dan melangkah dengan bantuan
tongkatnya, dia melakukan pergerakan cepat seperti tidak ingin
menghabiskan waktu istirahat dengan sia-sia.
Kinal dan Stella tidak
punya kesempatan untuk bertanya lagi, karena Ve sudah mulai berjalan
sendiri. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mengikuti Ve, dengan
dipaling belakang Dhike dan Yona mengikuti.
"kenapa tiba-tiba kamu
mau ca,-" ~ "aku ingat semuanya, aku ingat semua kejadian waktu aku
terbaring koma dan meminta bantuan pada Nabilah yang bisa melihatku!"
ucapan Kinal dipotong oleh Ve, tapi dia tidak marah, malah senang saat
mendengar ucapan Ve. Sungguh diluar pemikiran akal sehat.
Nabilah, Ayana dan Gaby yang biasanya menghabiskan bekal makanan jatah
istirahat mereka di kelas, kali ini malah berpetualang keluar kelas.
Mereka bertiga berjalan kearah taman dengan begitu terlihat akrab dalam
obrolan yang mengandung lelucon, karena mereka berjalan dengan 2diantara
mereka tertawa sementara 1nya menekuk wajah karena jadi korban. Dhike
yang pertama kali melihat rombongan Nabilah segera menunjuk dan yang
lainnya menyadari, Kinal mencoba memanggil Nabilah untuk menghentikan
laju kaki mereka, tapi jaraknya yang memang cukup jauh jadi penghambat
suara Kinal sampai di indra pendengaran Nabilah. mereka gagal
menghentikan Nabilah, dan mereka pun berjalan membelokan kakinya ke
taman labirin, tempat yang sepertinya akan di datangi Nabilah, Ayana dan
Gaby.
Baru ke3 sahabat berseragam SMP itu akan memulai acara
makannya "Selamat ma,-" ucapan Nabilah terpotong oleh suara yang tidak
asing di telinganya "Nabilah~" bukan hanya Nabilah yang tidak jadi
menyuapkan bekal makanannya dan menengok kearah suara yang memanggil
namanya, tapi Ayana dan Gaby pun ikut melihat kedatangan ke5 seniornya,
yang kini sudah berdiri dihadapan mereka ber3.
Ayana dan Gaby
saling menukar pandang lalu melihat seniornya dan kemudian berpaling
pada Nabilah yang masih melihat Ve dan Ve pun sedang melihatnya. Ve
belum bicara apapun, sementara Nabilah masih menunggu apa yang akan
mereka lakukan padanya, pada Ayana dan juga pada Gaby. Tapi Nabilah
lebih tertarik dan penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Ve.
"boleh ikut gabung?" suara Ve akhirnya terdengar setelah beberapa saat hanya melihat mereka.
"gabung? Ma-maksudnya?" Gaby yang pertama kali menanggapi
"iya~ kakak, sama teman-teman kakak boleh gabung sama kalian untuk menghabiskan waktu istirahat disini!?"
"Oh! Em~ i-iiya tentu boleh dong kak, aaayo sini duduk!" kali ini
Nabilah yang merespon, dia berdiri dan memberikan tempat duduknya untuk
Ve duduki (Ve dan Nabilah posisi berhadapan), Ayana dan Gaby masih
duduk. Bukannya Ve duduk di tempat asal Nabilah, dia malah mencubit
gemas hidung Nabilah "kamu masih sama ya, sama Nabilah yang kak Ve
kenal! Baik, perhatian, polos, tapi kak Ve belum lihat sisi dewasa
kamu!!" dengan diikuti ucapan, yang jangankan teman-teman lainnya yang
sedang melihat adegan itu, Nabilah sendiripun masih bingung dengan
tingkah Ve.
"adu-duh~ hsss--" Nabilah mengusap hidung bekas cubitan Ve
"sakit ya? Maaf-maaf, abis kak Ve terlalu senang. Bisa bicara sama
kamu dengan posisi kak Ve utuh, terlihat oleh banyak mata! Enggak kayak
dulu~"
"huh?" Nabilah menganga saat mendengar ucapan Ve
"Nab...ilah... ini kak Ve! Kamu lupa sama kakak?"
"huuuh?!" pertanyaan apa itu? Pikir Nabilah apa maksud ucapannya?
Lelucon apa yang sedang dia buat?! atau... Apa. . . jangan-jangan kak
Ve, Nabilah terbelalak saat dia sadar dengan kemungkinan Ve ingat dengan
dirinya "ka..k Veee~" ucapnya pelan dengan nada percaya tidak percaya,
Ve mengangguk dengan senyumnya "iya ini kak Ve! Kak Ve yang nyebelin,
kak Ve yang bikin kamu pingsan saat kita pertama kali bertemu, kak Ve
yang senang ganggu kamu, kak Ve yang dengan memaksa meminta bantuan sama
kamu untuk minta maaf!!" Nabilah diam hampir tidak percaya dengan apa
yang dia dengar. Ayana dan Gaby tersenyum senang karena akhirnya Ve bisa
mengingat sahabat mereka; Kinal, Stella, Dhike dan Yona juga sama
senangnya.
"kok diem? Kamu marah sama kakak, Bil?!" Ve merasa
Nabilah marah karena Nabilah tidak merespon kata-katanya. Nabilah
sedikit mengerung dengan raut bahagia yang di selimuti keharuan karena
Ve ternyata bisa ingat dengan dirinya. "Nabilah.." panggil Ve, dengan
suara seperti menahan tangis karena berpikir kalau Nabilah pasti marah
padanya. Tapi tak lama setelah Ve memanggil Nabilah, dia menggeleng
pelan,
"Nabilah gak marah sama kakak! Jadi... Ini beneran kak
Ve?!" tuturnya dengan diakhiri pertanyaan konyol. Ve maju lebih dekat
pada Nabilah, dia memeluk Nabilah dengan tangan kanannya yang tidak
memegang tongkat penyangga
"iya! Ini kak Ve!! Orang yang sudah
membuat kamu susah, dengan meminta bantuan kamu untuk melakukan hal yang
mustahil. Orang yang membuat kamu terlihat gila saat orang lain melihat
kamu bicara sendiri, orang yang sudah membuat kamu jatuh sakit!! Maafin
kak Ve, dek~ maaf!!!" Nabilah membalas pelukan Ve dengan melingkarkan
tangannya di pinggang Ve, dan mengeratkannya ketika selesai mendengarkan
penjelasan Ve.
"kakak gak perlu minta maaf, gak ada yang salah
kok! Nabilah senang, akhirnya kak Ve ingat dengan Nabilah!! Nabilah
kangen sama kakak!!!" ucap Nabilah dengan air mata mulai menuruni
kelopak matanya.
"kak Ve juga.. kak Ve kangen dengan cerewetnya kamu saat bercerita ataupun meminta cerita!".
Ve menarik Nabilah dari pelukannya "kakak, masih punya hutang sama
kamu!" Nabilah mendekatkan alis matanya, mendengar ucapan Ve, dengan
tangannya dia pakai untuk menghapus bekas air matanya. "kamu udah tahu?
Apa yang akan kamu minta sama kakak? Setelah misi kita berhasil kita
jalankan!" Nabilah merenggangkan alis matanya karena sekarang sudah
mengerti dengan yang di ucapkan Ve, dia tesenyum sebelum akhirnya
menjawab.
"Nabilah lupa sama hal itu kak!"
"tapi apa yang kak Ve ucapkan waktu itu adalah janji yang harus ditepati, Bil! Kamu harus minta sama kakak!!" tegas Ve
"em~ kalau kak Ve memaksa, ok! Nabilah minta..." Nabilah diam sejenak
untuk berpikir "Nabilah minta. . . minta . . . minta koleksian Novel
yang kak Ve punya untuk bisa Nabilah baca!" ucapnya membuat mereka semua
yang mendengar menertawakan Nabilah "apanya yang lucu? Sama permintaan
aku!" kata Nabilah melihat Ayana, Gaby, Kinal, Stella, Dhike dan Yona
juga Ve yang malah menertawakannya.
"haha~ jelas itu lucu Nabilah!
Kamu ditawari sama kak Ve yang kaya-raya apapun untuk bisa kamu minta,
bukannya minta rumah kek, mobil, motor atau apapun yang lebih bernilai
gitu! Nah ini malah minta koleksian novel, itu juga bukan diminta untuk
dibawa pulang, tapi cuma untuk dibaca!! Hahahaa~ KURANG lucu apa coba?!"
Ayana menjelaskan diikuti anggukan dari yang lainnya.
Nabilah
menekuk bibirnya "Novel juga bernilai tahu! Bangsa yang Pintar itu
bangsa yang pemuda-pemudinya suka membaca!!" ucap Nabilah membuat
pembelaan
"ya tapi gak Novel juga kali! Hahaha~" ejek Ayana.
"mending komik aja sekalian, Bil. Biar Greget! Haha~" Gaby menambahkan ejekan untuk Nabilah.
"sudah-sudah! Kalian kok malah ngetawain adek aku sih, apa yang
Nabilah bilang itu benar!" ~ "tuhh, itu baru kakak aku!" kata Nabilah
senang mendengar pembelaan dari Ve untuknya "tapi.. apa yang dibilang
Ayana sama Gaby jauh lebih benar, Bil!" serentak mereka semua tertawa
mendengar ucapan Ve untuk Nabilah, yang akhirnya kembali merasakan di
kerjai oleh Ve lewat kata-katanya.
Waktu istirahat pun
akhirnya mereka habiskan dengan bercerita, yang menjadi sumber cerita Ve
dan Nabilah, sementara yang lainnya diam menyimak menjadi pendengar
yang baik, dengan tangan mereka membantu menghabiskan makanan di box
Ayana, Gaby dan Nabilah.
Jangan menggampangkan kata Maaf,
jangan meremehkan kata Maaf. Karena jika kita mempermainkan kata itu
hanya untuk sekedar bersilat lidah, maka kata Maaf menjadi tidak berarti
dan tidak pernah menjadi kata Ajaib yang bisa meluluhkan hati.
Jangan hanya meminta Maaf karena takut akan kesalahan yang sudah pernah
di buat, serta ingin keluar dari suatu masalah, tapi meminta Maaflah
dengan ketulusan hati dan berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi.
Karena dengan satu kata itu. . . maaf yang tulus, semua hal yang sempat
putus dan runyam bisa kembali halus dan membuat suasana kembali nyaman.
Kesempatan kedua selalu hadir dalam kehidupan mereka yang percaya akan
adanya kesempatan, tinggal bagaimana mereka melihat dan menyikapinya.
Tentang waktu datangnya kesempatan itu. . . biarlah Tuhan yang
mengurusnya untuk kita.
Setelah hari itu... jalinan yang
semula hanya sebatas teman berubah menjadi sahabat dan kemudian menjadi
seperti saudara diantara mereka ber-8 (Nabilah, Ve, Stella, Kinal,
Ayana, Dhike, Gaby dan Yona), mereka yang lebih besar selalu berusaha
membantu kesulitan yang didapat oleh mereka yang lebih muda. Mereka
semua menjalani kehidupannya dengan jalan yang sudah diberikan Tuhan
untuk mereka.
*...Suatu Malam...*
Nabilah merasa
haus, diapun memaksa tubuhnya untuk bangun dan mengambil minum ke dapur.
Dengan mata setengah tidur Nabilah bergerak hingga dia sampai di dapur,
tangannya meraih sebuah gelas, lalu membuka pintu kulkas dan mengambil
sebotol air mineral, dia tuang saat itu juga dan kemudian meneguknya.
Ketika setengah dari isi gelas sudah masuk ke tenggorokannya, Nabilah
menutup kembali pintu kulkas, namun ketika pintu tertutup. . . Nabilah
begitu terkejut melihat apa yang ada di depannya, refleks dia
menyemburkan air minum yang masih ada di mulutnya, hingga membasahi
wajah seorang perempuan berambut panjang dengan gaya belah tengah, yang
entah dari kapan berdiri di dekat pintu kulkas. Dia menjadi basah kuyup
dan wajahnya yang pucat pasi menjadi begitu jelas terlihat.
"Nabilahhhhh~ airnya dingin!" ucapnya membuat Nabilah berteriak "AAAaaaaa--- TIDAK LAGIiiiiiii!"
>>SERIUS, SELESAI!!<<
^_^ Arigatou untuk yang sudah mau meluangkan waktunya, membaca kisah GAJE dan Berantakan yang admin buat...
makasih buat Like nya, Coment nya, dan. . . kediamanannya juga :D ~ see you LATER! Sayonara...
Emang Ve nya mati lagi ??
BalasHapusAh, keren keren,, mau lagi dong,, walopun cerita tapi bikin greget,, Sugoii :( :D
BalasHapus