"Cindyyy...
Kamu mau aku marah? Aku emang marah sama kamu, aku kecewa sama kamu!!
kenapa harus disembunyikan coba? kenapa ga dari saat bunda ngambil
keputusan itu kamu langsung bilang sama kita?!" ujar nabilah, yang kini
berbalik nabilah menggenggam tangan cindy. "kenapa kamu harus menyiksa
diri kamu seperti ini?!" ... "GSA emang sekolah impian kita! Tapi, bukan berarti kalau salah satu dari kita ada yang ga masuk di sekolah itu.. terus kita marah sama dia dan ngejuhinnya!"
ayana melihat nabilah yang begitu tenang, kemudian ke cindy yang terlihat masih menangis.
"kita akan selalu jadi sahabat cindy! ia kan achan?"
tutur nabilah, ayana mengangguk,
"aku, kamu, nabilah.. Kita untuk selamanya... Cindy!!"
ucap ayana sambil melejit memeluk cindy.
Akhirnya mereka bertiga berpelukan dalam tangis bahagia.
Sebenarnya nabilah sudah tahu tentang masalah cindy sebelum cindy
menyampaikan. Kemarin malam kinal menelpon nabilah setelah kinal melihat
cindy yang mencurahkan kegelisahannya pada ve saat dirumahnya. dan
kinal pun menjelaskan semuanya, kinal berharap nabilah ataupun ayana
tidak ada yang marah apalagi sampai memusuhi cindy. Karena sudah tidak
jujur pada mereka dan tidak bisa satu sekolah dengan mereka seperti
rencana yang sudah mereka bangun saat memasuki kelas IX. Nabilah memang
merasa kecewa pada cindy, tapi di sisi lain. Maksud cindy tidak
memberitahu yang sebenarnya karena dia tidak ingin membuat dirinya
ataupun ayana membatalkan untuk bersekolah ditempat itu, membuat nabilah
bahagia karena dia punya seorang sahabat yang begitu sangat baik
seperti cindy.
Sebelum pulang kerumah, melody dan mova mampir
dulu ke sebuah cafe. tadi siang mova minta melody untuk menemaninya
menemui cewe yang waktu itu dia tabrak, cukup lama melody dan mova
berada di rumah beby. mova menyampaikan permintaan maaf nya pada
orangtua beby dan juga beby, karena waktu itu mova harus pergi dan tidak
bisa menunggui bahkan mengantarkan beby pulang untuk mempertanggung
jawabkan apa yang sudah diperbuatnya. Mova sangat bersyukur karena
ternyata orangtua beby bisa mengerti kondisi mova yang adalah seorang
public figur. beby juga memaafkannya dan sudah tidak mau membahas lagi
masalah itu.
Melody dan Mova duduk disebuah meja yang dekat
dengan jendela, "aku mau pesen dulu,-" "ga usah! biar aku aja! kan kamu
udah baik mau nemenin aku kerumahnya beby, jadi.. aku aja yang pesenin..
Ok!" ujar mova memotong kata-kata melody, dengan senyum khasnya.
"tumben? mau kedepan buat pesen?!" ledek melody dengan melempar senyum.
"tadi kan udah bilang alasannya! lagian.. biasa akunya lagi pengen
baik!" jawab mova, kemudian berjalan. Melody hanya tersenyum dan
menggeleng pelan.
Sahabat melody yang satu ini sifatnya memang
berbanding terbalik dengan sonya. Suasana hatinya yang suka berubah-ubah
dengan ataupun tanpa alasan yang jelas. membuat mova kadang bisa ceria
seceria mungkin tapi tak lama bisa jadi pemurung, pendiam, bahkan suka
kesal dan marah-marah sendiri tanpa alasan yang jelas. Beda dengan sonya
yang memang selalu ceria, rame, tapi sedikit manja.
"selamat siang, silahkan mau pesan apa mba?"
pelayan cafe yang juga seorang barista (pembuat coffe) itu menawarkan dengan senyumnya yang menyegarkan.
"siang, aku mau order.. mmmm"
mova melihat ke papan menu yang ada diatas belakang pelayan itu. "aku
mau floatwhite coffe, bubble ice tea, sama rainbow cake dua!" mova
memang tahu selera minumannya melody. dia paling suka sama teh, jadi
dimanapun mereka mejeng untuk makan atau sekedar minum. Pasti yang
dipesan melody itu minuman yang berbau teh.
Setelah selesai
pertandingan, ve memberikan ucapan selamat pada teman-temannya kemudian,
ve pamit untuk meeting dengan panitia lomba 'menulis puisi', menentukan
puisi-puisi yang akan menang dan juara 1nya puisi akan dibacakan oleh
ve. besok saat penutupan acara tahunan di sekolahnya itu.
"sudahlah,, jangan pada lemes gitu dong! meskipun kalah.. kan udah
berusaha, kalian juga tadi mainnya keren ko!! senyum donggg..." ucap
stella memberi semangat pada jeje, dhike dan teman-teman lainnya.
"ia,, kalian kan tetap juara.."
sahut temannya yang lain memberi semangat
"ia! tapi cuma juara 2" kata jeje dengan sedikit kesal.
"Jangan sepelekan juara2 ataupun 3.. Karena itu tetap Juara! Seperti
halnya kejujuran, jangan sepelekan hal itu. Meski cuma hal kecil yang
kamu tutupi tapi itu bisa berdampak besar!"
tiba-tiba, cleo
bersuara sambil melangkah pergi dengan sudut mata kirinya mengarah pada
jeje. saat melihat tatapan itu.. jeje merasa terhenyak. Dia belum
memberitahukan tentang mama nya. 'apa mungkin cleo sudah tau..' bisik
hati jeje, setelah jarak cleo cukup jauh darinya.
"cleo kenapa?" kata dhike heran,
stella menatap kepergian cleo. Stella yang memang dari awal sudah
merasa sikap cleo aneh pada jeje kini perasaan itu sepertinya memang
benar. Ada sesuatu antara cleo dan jeje. Setelah cleo menghilang dari
pandangannya, stella mengalihkan tatapannya pada jeje. Sebenarnya,
stella ingin langsung bicara pada jeje. Tapi, melihat kondisi jeje yang
baru saja bertanding dan pasti menguras tenaganya. Membuat stella
menunda dulu untuk mencari tahu apa yang sebenarnya jeje sembunyikan
dari mereka. "udahlah.. ga usah terlalu diambil pusing soal cleo! dia
cuma lagi bt aja kali, dari tadi pagi kan mukanya udah di lipet!! besok
juga paling dia biasa lagi!" ujar stella mencairkan suasana.
"udah sana pada mandi, ganti baju tuh! Bau keringatnya udah nyampur sama udara disini!"
kata stella dengan tangannya mendorong tubuh jeje dan dhike.
"silahkan mba.. Satu floatwhite coffe, satu bubble ice tea, sama dua
rainbow cake!" ucap pelayan cafe itu begitu sopan dengan senyum tak
henti menghiasi wajahnya.
"makasih ya mba!" ucap melody.
Saat
pelayan itu hendak berjalan untuk kembali, tiba-tiba seorang perempuan
yang sedang berjalan dari arah kiri menabraknya sampai nampan yang dia
bawa jatuh. dan membuat pengunjung cafe termasuk melody dan mova melihat
kearah mereka.
"maaf,, mba! saya minta maaf. mba ga kenapa-kenapa kan?" ucap pelayan itu, dengan tangannya bersiap mengambil nampan.
"jangan! biar aku aja!" sendy menghentikannya dan dengan cepat dia mengambil nampan itu.
"aku yang harusnya minta maaf.. karena sudah teledor, main hp sambil
jalan! maaf ya.." kata sendy yang sudah menabrak waitress yang memiliki
tinggi badan sedikit lebih tinggi darinya.
"maaf ya mba..
Rica!" ujar sendy sambil menyebutkan nama pelayan terbaik yang dimiliki
cafe itu, setelah melihat di saku kemeja seragamnya tertera nama 'Rica
Leyona'
"oh.. mba berlebihan, saya yang salah karena tidak hati-hati saat akan kembali!" tutur rica begitu santun.
"ya udahlah, kita berdua yang salah! sama-sama teledor!"
jawab sendy sambil tersenyum. sendy berjalan menuju sebuah meja, dan rica kembali ketempatnya untuk melayani lagi pengunjung.
"hei!" melody menjentikan jarinya di depan wajah mova.
"liatin apa sih mova? adegan tabrakan nya udah selesai!"
lanjut melody, yang melihat mova begitu serius memperhatikan sendy.
"adegan tabrakan? emangnya lagi syuting apa!" kata mova, tangannya
mengambil floatwhite nya. Melody tersenyum
"ya kamu sendiri.. ngeliatin orang lain sampe dihayati gitu! Kayak di sinetron tau ga!" mova mendelikan matanya pada melody.
"ck.. ga gitu juga kali! aku tuh kayak pernah liat cewe itu mel. Tapi dimana ya? dia kayak ga asing buat aku!"
mova menjelaskan alasannya melihat sendy. melody menanggapinya dengan
bilang 'Ooh..' "ehh.. Jadi aja inget sesuatu saat kamu bilang 'ga
asing'. tadi pagi, aku dapat lagi mawar mova." ujar melody bercerita
"oh ya! ada nama pengirimnya?" tanya mova,
melody menggelengkan kepalanya sambil menyuapkan rainbow cake. "isi suratnya apa?" kembali mova bertanya.
Melody pun menceritakan semuanya, sampai tebakan dia pada si pengirim
mawar. Mova cukup terkejut di bagian akhir cerita yang di lagukan
melody. dia baru tahu kalau ternyata melody memiliki seseorang yang
cukup special di masa lalunya. selama 3th mereka bersahabat, melody
tidak pernah cerita tentang cowo itu. Dengan alasan, dia hanya masa
lalunya. Menceritakan tentangnya sama saja membuka lembar kenangan yang
sudah melody tutup rapih dan membiarkan hatinya terjebak pada sosoknya
yang entah akan hadir lagi atau tidak di kehidupan melody. Mova mengerti
perasaan melody, mungkin jika mova yang diposisi melody. Dia juga akan
melakukan hal yang sama, coba menyimpan dan menutup rapat semua kenangan
dan kebersamaan yang pernah terjalin.
**
"ihhh,, senyum-senyum sendiri.. Entar kesambet loh!"
kinal menghampiri cindy, yang sedang berdiri di depan rumah. "kesambet?
hantunya aja masih disini! belum masuk ke tubuh cindy!!" cindy menjawab
peryataan kinal, dengan matanya dia tunjukan pada kakanya itu.
"ia! ka kinal itu emang hantu,, yang bakal nyambet kamu.. bentar ya kaka
siap-siap dulu buat masuk!" kinal tak mau kalah atas adiknya. Cindy
tersenyum begitu manis melihat tingkah kakanya
"kenapa udah senyum-senyum sendiri? ka kinal belum masuk tau!" ujar kinal dengan gaya bercandanya.
"hari ini cindy bahagiiaaaa banget ka!" ucap cindy
"punya gebetan ya?" tebak kinal dengan matanya dia mainkan ke arah
cindy "ish, ka kinal mah.. bukan! aku masih kecil, sama bunda ga boleh
punya gebetan-gebetan dulu! kalau pacar boleh katanya.. Hahaha" cindy
tertawa menjawab pertanyaan kakanya, kinal ikut tertawa melihat adiknya
yang juga punya selera bercanda.
"cindy itu.. senang karena, cindy udah bilng seeemuanya sama nabilah sama achan!" ujar cindy,
"bilang apa?" tanya kinal pura-pura tidak mengerti.
"soal.. cindy ga akan satu sekolah sama mereka!"
"kamu baru bilang sama mereka? ka kinal kira udah kamu bilang dari dulu!" cindy tersenyum sambil menggeleng ke arah kinal
"terus.. reaksi mereka gimana de?" kinal begitu terlihat natural,
seperti dia benar-benar tidak tahu yang mengganggu suasana hati adiknya
dulu.
"achan emang terlihat kaget.. terus nabilah, dia sempet
bikin cindy takut ka! Masa dia cuma bilang 'akhirnya diucapkan juga!'
gitu ka!" cindy terus bercerita, kinal menyimak dengan sesekali
tersenyum. "tapi akhirnya.. Kita semua berpelukan kayak teletubies!
Hahaha.. ahhh cindy emang beruntung bisa punya sahabat kayak mereka ka!"
terang cindy, kemudian menutup ceritanya. "thats called a true friends
'best friends' de. mereka akan mengerti dengan keadaan kamu, seperti
kamu selalu bisa mengerti keadaan mereka." ,, "wiihhh,, kata-katanya..
dapet dari mana ka? tumben rada berat!" ledek cindy, sambil tertawa.
"haii.. Selamat malam sabtu muda-mudi 'J', huhh.. Ga kerasa ya,
perasaan ariani baru aja nyapa terus berbagi cerita sama kalian kemarin.
ternyata sekarang, ariani ada lagi diruang dengar muda-mudi 'J'.. siap
cerita dong sama ariani? biar malam minggu kalian besok, ga ada kata
'Galau!' ok, seperti biasa untuk pemanasan. kita dengerin dulu lagunya
'trading yesterday' dengan May i.." sendy memutar lagu itu, dengan
tangannya melihat-lihat email yang masuk untuk di bacakan nanti.
Saat di club, stella terlihat tidak berkonsentrasi. beberapa kali dia hampir menabrak pengunjung club.
"biar gue yang anterin!" ucap seorang waitress pada stella
"tapi ini kan,-" .. "alah udah deh, sini biar gue aja! Lu mending cuci
muka dulu atau duduk dulu sana di belakang stell, dari tadi gue
perhatiin lu ga konsen kerjanya! nanti kalo pa Billy ngeliat lu kayak
gitu... bisa-bisa di lu dipanggil!"
stella memberikan nampan yang
sudah berisi pesanan untuk meja no14, seraya mengucapkan terima kasih
pada teman waitress nya. Di kamar mandi, stella mencuci mukanya. dia
tatap wajahnya yang terlihat lelah.. tapi itu tidak mengurangi
kecantikannya sebagai seorang perempuan. Sejenak stella melamun di depan
kaca yang memiliki panjang kurang lebih 1mtr, dia melihat bayangan
wajah jeje.
Tadi sore hanya tinggal dirinya dan jeje yg belum
pulang, saat akan pulang jeje memberitahukan tentang pernikahan mama nya
dengan papa nya ve. stella benar-benar terkejut dengan pernyataan jeje,
dia menyimpan berita itu beberapa minggu lamanya. dan baru
memberitahukannya saat besok lusa mama nya akan menikah. Jeje sulit
memberitahukan hal itu karena dia tahu cleo pasti akan marah dan mungkin
membencinya karena jeje nanti akan menjadi saudara dengan ve. Stella
mengerti posisi jeje, cleo yang memang sangat tidak suka pada ve karena
masalahnya dulu. Membuat cleo jadi tidak ingin berhubungan dengan yang
namanya jessica veranda untuk hal apapun itu. Dan jeje, dia pasti takut
jika nantinya cleo akan menjauhi dia dan mungkin juga menyuruh stella
dan dhike untuk menjauhi jeje.
'cleo sudah tahu hal ini!' stella bicara sendiri didepan kaca
'gimana besok memulainya? cleo pasti tidak akan begitu saja memaafkan
jeje, yang sudah tidak jujur sama dia. termasuk sama aku dan dhike!'
stella merasa bingung. satu sisi, dia tidak bisa menyalahkan jeje akan
apa yang sudah ditutupinya. tapi di sisi lain, dia juga tidak bisa
mencegah kalau cleo mau marah dan mungkin menjauhi jeje karena jeje
sudah menutupi masalahnya.
"gimana nih, menurut kalian muda-mudi 'J' cerita yang tadi ariani bacakan dari email? Sangat menyentuh bukan?!
'Bagaimana hebatnya perjuangan seorang ibu, demi melihat anaknya agar
menjadi seseorang kelak di masa depan. Beliau begitu keras menimpa
dirinya dengan segudang pekerjaan demi mengais rupiah. tak memperdulikan
apa yang dikatakan orang, tak perduli bagaimana cuaca diluar! beliau
terus bekerja tak kenal lelah' jadi, bahagialah kalian.. yang memiliki
kehidupan yang cukup, tidak perlu melihat ibu atau ayah kalian bekerja
sedemikian kerasnya. kalian tinggal belajar dan menjadi pelajar yang
baik, agar kelak kalian bisa memberi sesuatu yang pantas untuk orang tua
kalian!" ucap sendy menanggapi surat elektronik yang masuk.
"baiklah, cukup dengan emailnya! kita beralih mendengar cerita seseorang
lewat line telpon.. Halo selamat malam, dengan siapa disana?" sendy
membuka perbincangan dengan pendengar yang sudah tersambung di line
telpon, suara seorang perempuan terdengar menjawab sapaan sendy.
"haii,, ariani! selamat malam! aku icha.." katanya memperkenalkan diri
"hai icha, selamat malam juga buat kamu! Jadi.. kamu siap berbagi cerita
kamu? ok muda-mudi 'J' kalian siap mendengar cerita dari teman kita
yang suaranya terdengar lembut ini.." setelah aba-aba dari sendy,
perempuan yang bernama icha itupun langsung mulai bercerita
"tadi siang saat di cafe, aku ngeliat seseorang.. wajahnya begitu tidak
asing buat aku! Dan aku baru ingat dengan wajah itu.. Dia mengingatkan
aku sama sahabat masa kecilku, yang kini aku engga tahu dia ada dimana?
Apa dia baik-baik aja? Apa dia masih inget sama aku?"
sendy hanya tersenyum, dengan headphone yang sedari tadi terpasang di telinganya.
"sampai sahabatku, merasa aneh karena aku ngeliatin seorang cewe sampai
segitu lamanya! Dulu itu.. Salahku sendiri, aku pergi ninggalin dia.
Hanya lambaian tangannya yang masih aku ingat saat kita berpisah. setiap
libur sekolah, aku tidak bisa datang ketempat lamaku. Hanya sebuah
surat yang aku titip ke papa untuk dikasih ke pak pos. 5th setelah kita
tidak bertemu, aku kehilangan kabarnya. Setiap surat yang aku kirim
tidak pernah lagi dapat balasan, kita udah tukeran no hp waktu itu. Tapi
seperti halnya surat, sms atau telpon ku pun tidak di respon. Sampai no
nya tidak aktif. saat itu aku nangis, terus minta sama papa mama aku
untuk pergi ketempat tinggalku yang lama. Tapi, karena papa begitu sibuk
jadi... aku hanya bisa berharap dan berdoa kalau dia baik-baik aja!
Seminggu setelahnya, papa ngasih tau hal yang membuat aku sangat
terkejut. Papa bilang kalau keluarganya sahabat aku meninggal dalam
kecelakaan, hanya dia yang selamat kala itu." *deggg* perasaan sendy
merasakan hal yang aneh, saat mendengar kata-kata terakhir icha. Itu
mengingatkan dia akan kejadian yang menimpanya.
"bukan hanya
itu, saat papa ngasih kabar. Ternyata kejadiannya itu sudah hampir mau
setahun berlalu. Karena papa juga baru tahu kejadian itu dari tetangga
kita dulu saat papa sedang istirahat di sebuah mesjid. Dari sana aku
benar-benar merasa kalau aku itu bukan sahabat yang baik buat dia! Saat
aku sedih atau dalam kesulitan dia selalu datang untuk menghiburku,
tapi.. saat dia terpuruk dalam rasa sakit yang aku sendiri tidak berani
membayangkan bagaimana perasaanya kala itu. Aku tidak bisa berbuat
apa-apa, bahkan aku terlambat mengetahui semuanya. Yang aku bisa hanya
menangis dan mengucapkan namanya dalam setiap doaku. Semoga dia tetap
menjadi sahabatku yang selalu ceria, tangguh, dan hebat!"
suara
icha sudah terdengar serak dari tadi, dia begitu sedih menceritakan
kisahnya. Sendy pun tak kalah haru, matanya berkaca-kaca. Karena kisah
yang di lantunkan icha, seperti kisah hidupnya.
"doaku yang tak
pernah lepas untuk dia sigadis manis sahabatku yang hebat. Aku sangat
berharap Tuhan mendengar doaku dan akhirnya aku bisa dipertemukan
kembali dengannya!" ujar icha dengan suara tangis yang sudah terdengar.
Kemudian sambungan line telpon pun mati.
"hemmmhah!.. Kalau
bicara tentang sahabat dan persahabatan, itu ga akan pernah ada
habisnya. Sampai kita menua nanti! cerita indah akan tetap terpatri
dihati. Memiliki seorang sahabat itu.. Rezeki tersendiri yang dikasih
Tuhan. dari dia kita belajar bagaimana saling mengerti perasaan,
bagaimana cara berbagi, bagaimana cara mendukung. Karena siapapun atau
sekuat apapun dia, pasti akan butuh seseorang untuk di ajak berbagi.
Entah untuk berbagi air mata, seulas senyum bahkan segelak tawa dalam
canda. Terimakasih buat icha dan juga tadi yang mengirim email nya..
semoga dari kedua cerita tadi kita bisa mengambil suatu pelajaran!"
sendy menutup acaranya dengan memutarkan sebuah lagi lawas dari Sheila On7 'Kisah Klasik Untuk Masa Depan'
Hingga tengah malam, jeje masih terjaga. Dia tidak bisa memejamkan
matanya, terlalu banyak yang berisik dipikirannya. Soal cleo, cara
ngasih tau cleo dan dhike masalah mama nya, pernikahan mama nya yang
tinggal 1hari lagi, nilai di raport besok, tinggal satu rumah dengan ve.
Dan entah apalagi yang kini sedang berseru di dalam benaknya. Padahal
tadi siang jeje sudah menguras tenaga dan keringatnya dilapangan,
harusnya dia bisa tidur nyenyak dengan suguhan segelas susu coklat
sebelumnya.
..bersambung..
0 comments:
Posting Komentar