"ada apa lagi sih! hah!!" gerutuku sambil menarik diri untuk berjalan melihat keluar.
"SHANIAAA!!"
beby berteriak memanggil anak paling kecil itu dengan tangannya menggedor pintu kamar shania.
"Shania! buka pintunya!! Shania!!!"
Beby terlihat kesal saat menggedor pintu kamar.
Aku berjalan mendekati beby
"kak ve!" ucap beby, menyebutkan nama ku saat melihat aku mendekatinya.
"ada apa lagi sama shania?" tanyaku melihat beby
"emm, biasa kak! si shania bikin ulah lagi!! tadi siang pas istirahat, beby di panggil sama kepala sekolah. Kata kepala sekolah 'shania mendorong temannya, sampai si temannya jatuh ke kolam yang ada di belakang sekolah'" jelas beby melihat kearahku.
Belum aku mengucapkan kata-kata ku, beby kembali bicara...
"beby minta maaf kak! harusnya beby bisa mencegah hal itu!" kali ini dia menundukan kepalanya.
"sudahlah, beb! kamu kan tahu gimana shania saat ini! dan.. ini bukan salah kamu kok!" ucapku memegang pundak beby,
dia menegakkan kembali wajahnya.
"kamu udah makan belum?" tanyaku, beby menggeleng menjawabku.
"ya udah, kita kebawah. Kakak bikinin kalian nasi goreng!" beby hanya mengangguk, tapi terlihat di wajahnya kalau dia merasa tidak enak padaku.
Aku, beby dan shania tinggal di sebuah rumah yang tidak terlalu besar tapi tidak terlalu kecil juga. Kami tinggal dengan ditemani papa, kini papa sedang keluar kota untuk memenuhi tugas dari tempatnya mencari nafkah untuk kami. Setelah selesai membuat nasi goreng dengan dibantu beby, aku kembali ke atas untuk memanggil shania. Karena aku tahu mereka berdua pasti belum makan malam, sebelum berangkat ke kampus tadi sore, aku tidak sempat menyiapkan makan malam.
*tok, tok, tok...*
aku membuka perlahan pintu kamarnya shania. Bisa kulihat dia sedang tiduran di atas kasurnya dengan telinganya dia jejali earphone.
Tidak dia hiraukan kedatanganku bahkan saat aku sudah duduk di sebelahnya. Shania malah asik sendiri dengan musik dan bacaannya.
"makan dulu yu dek!" ajak ku dengan kusentuh bagian atas kepalanya, shania menatapku sejenak. Kemudian aku lihat dia menyingkirkan earphone nya.
"shania ga lapar! kakak sama kak beby aja yang makan!!"
Jawabnya, begitu dingin.
"ya udah, kalau kamu ga mau makan. Kak ve akan suruh kak beby untuk buang nasi gorengnya, dan nyuruh dia untuk langsung tidur, ga usah makan. Besok aja makannya saat sarapan! Jadi kita bisa barengan!!" ucapku dengan nada tegas.
Lalu, aku berdiri dari tempat tidurnya shania bersiap untuk pergi. tapi kemudian aku merasakan tangan shania melingkar di pergelangan tanganku. Dia berdiri dari pembaringannya, dan melangkah mendahuluiku menuju ruang makan tanpa mengucapkan apapun.
Selama di meja makan, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Kita saling diam, aku hanya bisa melihat kedua adik ku itu. Entah apa yang harus aku lakukan pada kedua gadis yang ada di sebelahku ku ini, aku masih bingung dengan semua yang terjadi dalam kehidupanku baru-baru ini. Aku harus menyembunyikan kesedihanku, dan memperlihatkan ketegaranku untuk mereka. Rasanya seperti air mataku sudah tidak bisa aku keluarkan lagi.
"mama, seperti inikah rasanya ada di posisimu?!" pikirku masih melihat ke arah shania kemudian beby sambil terus menyuapkan nasi goreng, dengan tanpa semangat. "Shania yang sekarang dingin kalau ada dirumah, tapi begitu "panas" jika disekolah. Tingkahnya membuat teman-teman di sekolahnya tidak nyaman, begitupun beby. dia merasakan semua tingkah anehnya shania. dan beby, aku juga harus memikirkan perasaan beby! dia selalu tertutup, tidak mau berbagi tentang apa yang dia rasakan. apa yang harus ve lakukan sama mereka mah?!"
Setelah selesai makan, aku dan beby masuk ke ruang keluarga untuk bersantai sejenak sebelum mengarungi malam. Sedangkan shania, dia langsung kembali ke kamarnya seperti biasa. Seperti malam yang sudah-sudah sejak mama pergi.
aku kembali ke kamarku untuk mengerjakan tugas, tanpa terasa saat aku melihat jam weker di meja belajarku, ternyata sudah hampir jam 12malam.
Mataku terasa lelah tapi aku tidak bisa memejamkannya, aku hanya melihat langit-langit. Karena masih tidak bisa tidur, aku putuskan untuk membuat segelas susu coklat. minuman manis itu yang biasa mama buat jika aku tidak bisa tidur.
Saat kembali dari dapur, langkahku terhenti di antara kamar beby dan shania. Aku simpan segelas susu itu di meja yang ada di depan kamar beby, lalu aku membuka perlahan pintu kamar adik pertamaku yang selalu bisa mengalah pada adik bungsuku. Ruangannya temaram, aku bisa melihat samar-samar kalau beby sudah tertidur pulas.
"maafin kakak, kalau kakak belum bisa menjadi kakak yang baik buat kamu. maaf, karena kakak sudah menyeret kamu untuk ikut memikirkan dan mengurusi keluarga kecil kita ini. Dan... maaf kalau kakak suka membentak kamu, kakak tidak bermaksud menyakiti kamu ataupun shania!"
ucapku dalam hati melihat wajah beby dari temaramnya kamar yang tidak terlalu besar itu.
Setelah keluar dari kamar beby, aku masuk ke kamar shania. Lampunya masih menyala, meja belajarnya terlihat berantakan, shania tertidur dengan posisi miring. Ada sebuah novel dan ipod berwarna merah tergelatak tepat di depan wajahnya dengan earphone putih yang masih mengeluarkan suara. Aku ambil novel berjudul "My Mom Is Angel" yang entah sudah selesai atau belum shania baca, dan aku matikan ipod merah itu.
Tanpa berkata apapun aku hanya mengelus lembut rambut shania dan melihat wajahnya yang sembab. kemudian aku menarik selimut dan menutupi semua bagian tubuhnya, sebelum keluar kamar, seperti halnya yang aku lakukan pada beby. aku mencium kening shania, aku langkahkan kaki ku dan aku matikan lampu kamarnya.
Sambil menunggu susu nya hangat, aku mengambil sebuah buku. Lalu aku mulai menuliskan sebuah surat, seperti 47hari sebelumnya. Aku kembali menulis surat untuk seorang yang begitu aku sayangi.
"121212 - 12.48"
'hari ini, hari ke-48. aku, beby, dan shania berjalan tanpa mama. mama apa kabar disana mah? ve harap, mama baik-baik aja. atau...
mama sekarang pasti sudah sangat baik? ia kan mah? :`) ,,
ve, beby dan shania juga baik mah! meski kemarin siang shania kembali berulah. dan beby terlihat sudah di ambang batas kekesalannya pada shania. Tapi, beby masih bisa ve andalkan untuk membantu ve mengawasi ulah-ulah shania yang semakin hari sepertinya semakin tidak bisa ditahan.
Ve juga suka lihat beby diam sendiri di atas ayunan yang dulu suka kita pakai untuk melihat bintang, dengan tangannya memegang hp dan memutar slide photo-photo keluarga kita dulu. dia menitikan air matanya, Beby nangis mah. dan beby... tidak pernah mau mengungkapkan apapun pada ve.
've, memang bukan kakak yang baik! dan ve juga belum bisa dan sepertinya ga akan pernah bisa menggantikan posisi mama untuk beby, apalagi shania!'
......................................
Oh ya mah, tadi ve masuk ke kamarnya shania dan ve melihat novel yang sepertinya baru shania beli. mama tahu ga mah? judul novel nya itu...
'My Mom Is Angel' hati ve terenyuh saat membaca judulnya mah! mungkin, kalau mama masih ada disini mama juga akan merasakan seperti yang ve rasa! Jujur, ve ga tahu mah, ve harus bertingkah seperti apa? saat menghadapi beby juga shania, terlebih saat menghadapi papa. banyak hal yang ingin ve sampaikan sama papa, banyak pertanyaan yang ingin ve tanyakan sama papa. tapi ve urung melakukannya karena ve tahu, itu hanya akan menyakiti papa! ia kan mah? meski dalam hati pertanyaan yang sama selalu muncul bahkan sempat sampai di permukaan, tapi saat melihat wajah papa yang lelah, wajah beby yang murung di balik ketegarannya dan wajah shania yang sedih di balik kedinginannya. Ve berusaha kembali menenggelamkan pertanyaan-pertanyaan itu, dan kembali berjalan di jalan nyata yang sudah Tuhan berikan untuk ve.
yang ingin ve lakukan saat ini, ve ingin terus bisa memeluk beby, shania dan juga papa. Agar mereka tidak pergi meninggalkan ve.
Maaf ya mah, ve terlalu banyak mengeluh! ve hanya tidak tahu bagaimana harus menyikapi apa yang terjadi pada keluarga kita!
Dimanapun mama, dilangit manapun mama sekarang berada. Ve akan selalu mengingat mama sebagai orang yang ve sayangi tanpa ve harus mendapat jawaban dari pertanyaan yang selalu meletup di dalam hati. Semoga mama selalu baik dengan keadaan mama sekarang! dan ve harap, mama juga selalu mengingat ve dan juga kedua anak mama lainnya. Ve akan selalu merindukan pelukan hangat mama! Ve Sayang sama Mama tanpa batas!!'
Cerita Beby...
Pagi yang cukup cerah di musim hujan ini. Aku mengucek mataku agar bisa terbuka sepenuhnya terdiam sejenak dalam balutan selimut, menatap kosong kearah jendela yang gordennya sudah terbuka. Dan aku tahu pasti siapa yang sudah membukakannya. Setelah mama pergi, dia menggantikan posisi mama. Hampir semua kebiasaan yang mama lakuin buat aku juga shania, dia lakuin. dia itu kakak ku, kakak terhebat yang aku miliki. Kak ve yang selalu berusaha membuat rumah kembali terasa nyaman seperti dulu.
Aku bangun dan duduk ditepi ranjang masih dalam bayang lamunan, kemudian ku gerakan badanku untuk membereskan transportasi mimpiku. Setelah itu, aku berjalan untuk mandi dan bersiap pergi sekolah.
Saat sampai di dapur, aku melihat kak ve sedang menyiapkan sarapan untuk kami. aku tidak mau egois, hanya untuk memperhatikan shania di sekolah, menjaga dia selama kak ve tidak bisa menjaganya bukanlah hal yang besar. Meski kadang tingkahnya yang akhir-akhir ini begitu menyebalkan kurasakan, tapi aku tidak akan menyerah untuk membuat shania kembali menjadi shania yang dulu. Shania yang selalu ceria dan baik pada teman-temannya. Tugasku dirumah tidaklah sebanding dengan tugasnya kak ve. Kak ve harus memperhatikan aku, shania, juga papa. Dan aku berjanji, aku tidak akan menyusahkan kak ve, aku tidak mau menjadi beban pikirannya kak ve. Aku sayang sama kakak hebat ku itu.
"pagi kak!" sapaku dengan senyuman, kak ve berbalik dan melihatku.
"hei, pagi juga cantik!"
sambutnya lalu dengan kedua tangannya kak ve mencubit kedua pipiku
"yahh, kakak.. udah dandan ini" aku memasang wajah cemberut sambil memegang kedua pipiku "luntur lagi dong make up nya!" lanjutku,
kak ve malah tersenyum senang melihat ekspresi wajahku.
"iihhh, makin gemess jadinya!!" kata kak ve "sejak kapan kamu suka make up pan?!" lanjutnya,
tiba-tiba kak ve melebarkan matanya dan.. "kamu... kamu lagi suka sama seseorang ya?" godanya melihatku
"eh! mukanya jadi merah tuh!" kembali kak ve menggoda, dan aku tidak tahu harus berbicara seperti apa. sepertinya bahasa tubuhku membuat kak ve semakin gereget untuk menggodaku. "hee! jadi beneran? ada yang lagi kamu suka di sekolah beb?"
"aaah, kakak.. udah dong! beby ga lagi suka sama siapapun kok! maksud beby make up itu, cuma crem aja kak! biar jadi penghalang sinar matahari!" jawabku, wajahnya kak ve masih begitu semangat untuk terus menggodaku.
lalu aku menyunggingkan senyum melihat kakak ku bisa tersenyum seperti itu. Meski aku tidak tahu apa senyum itu nyata adanya.
"kakak lagi buat apa?" tanyaku untuk mengalihkan topik "beby bantuin ya?!" aku menawarkan.
"hemm,, pake acara ngalihin pembicaraan lagi!" masih dengan senyum yang terlukis "kakak lagi bikin sup jagung mentega sama kentang goreng! udah, kamu duduk aja biar kak ve selesain sendiri! Ok"
kak ve membuat lingkaran dengan ibu jari dan jari telunjuknya, kakak terlihat bersemangat.
"eh ya, shania mana beby?"
"mmm, tadi sih beby udah bangunin kak! kayaknya masih mandi!" aku menjawab, lalu berjalan ke meja makan.
"tadammm,, sarapan udah siap!"
kak ve datang dari arah dapur dengan kedua tangannya membawa hasil masakannya. Aku berdiri mencoba membantu.
masih dalam posisi membantu kak ve aku bicara
"kak"
"ia"
"beby mau... mmmm, beby..."
karena tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana, akhirnya aku hanya bisa memeluk kak ve.
Aku terdiam sejenak di dalam pelukannya. mungkin wajah kak ve saat ini terlihat bingung dengan tingkah ku yang tiba-tiba memeluknya.
Kak ve menarik ku dari pelukannya
"ada apa hemh?"
tanyanya dengan suara lembut, aku hanya menggeleng dengan menundukan wajahku.
Kak ve hanya melihatku dengan mengerungkan keningnya, sepertinya sedang memikirkan apa yang sudah mengganggu ku.
"emm, apa ini ada hubungannya sama adik kamu?!"
tanya kak ve, kembali aku hanya menggeleng.
"maafin beby ya ka!" ucapku lirih
"kenapa kamu harus minta maaf?!"
"karena beby sudah membuat kakak repot!"
kak ve tersenyum dan mengangkat wajahku, bisa kulihat wajah lelahnya di balik senyum yang kini menyungging di hadapanku.
"kamu ngomong apa sih, beb? kamu ga pernah ngerepotin kakak! kakak sayang sama kalian berdua!!"
ucapan kak ve membuat air mataku terus menyeret untuk keluar
"kamu, mau ga janji sama kakak?" tanpa berpikir aku langsung mengangguk,
"kak ve minta kamu jangan pernah bicara seperti ini lagi! kak ve mau kamu tetap di samping kak ve untuk menghidupkan lagi keluarga kita! kamu mau kan ngelakuin itu? kamu mau kan bantuin kakak?!"
seperti tadi, aku hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan kak ve. detik berikutnya kakak memeluk aku.
Setibanya di sekolah, shania langsung berjalan ke kelasnya. Aku dan shania satu sekolah, aku kelas X shania kelas IX. Kita di daftarkan di sekolah yang di dalamnya menyatu antara Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama, hanya beda gedung dengan jarak berdekatan.
Pelajaran demi pelajaran aku ikuti sebelum akhirnya bell istirahat berbunyi.
Setelah menyantap bekal makanan yang di masukan kak ve di tas ku, teman-teman mengajak ku untuk main di lapangan basket, aku tidak bisa menolak ajakan mereka. Kami pun pergi, aku sempat ikut bermain bola basket. Lalu aku duduk di pinggir lapangan untuk istirahat setelah aku merasakan keringat mulai keluar dari pori-pori, dengan melihat teman-teman yang masih asik bermain, aku sesekali ikut tersenyum bahkan sampai tertawa melihat tingkah mereka.
Dari pelajaran pertama Bhs Indonesia sampai pelajaran terakhir Kimia, bell pulang pun berbunyi.
Aku menunggu shania di dekat parkiran sepeda, tadi dia sempat mengirimi ku pesan akan terlambat pulang karena harus mengikuti pelajaran tambahan, dan dia menyuruhku untuk pulang duluan. tapi aku tidak mungkin meninggalkan dia sendiri, jarak dari sekolah kerumah cukup jauh. aku sudah janji pada papa untuk selalu sama shania kalau berangkat atau pulang sekolah. Aku duduk di sebuah bangku di bawah pohon yang cukup rindang, memandang langit yang tidak terlihat warna biru dengan awan putihnya yang cerah. Hanya gumpalan awan kelam yang siap menerjunkan curahan air untuk membasahi bumi.
Melamun sejenak, aku keluarkan sebuah buku diary. buku yang aku punya hadiah dari kak ve saat ulang tahun ku tahun kemarin.
Ku buka covernya, ada beberapa photo terselip didalamnya. photo ku dengan teman-teman waktu SMP, photo sama kak ve dan shania, dan photo... aku, kak ve, shania, mama dan papa, photo keluargaku saat masih lengkap!
*121212 12.48*
'Siang ini langit begitu mendung, aku duduk termenung di sebuah bangku dekat parkiran sepeda. Beby lagi nungguin shania mah! katanya shania ada pelajaran tambahan untuk menghadapi ujian nasional! waktu memang berjalan begitu cepat ya mah, tak terasa shania beberapa bulan lagi akan menghadapi ujian nasional. dia akan masuk SMA mah, :) beby akan punya adik kelas, adik beby sendiri! :D dan...
hari ini, hari ke 48 mama pergi ninggalin kita. Ninggalin beby, ninggalin kak ve, ninggalin shania dan ninggalin papa.
Mama apa kabar mah? mama gimana sekarang? Beby kangen sama mama! :`) apa... mama juga kangen sama kami mah?
Mah, kemarin shania lagi-lagi berulah, dia mendorong temannya ke kolam yang ada di belakang sekolah. Udah gitu, beby di panggil ke ruang kepala sekolah. setelah keluar dari ruang kepala sekolah beby memarahi shania, beby membentaknya sampai beberapa mata melihat kearah kami.
Saat pulang shania pergi gitu aja! pulang lebih dulu ke rumah, tanpa mengabari beby.
pas beby sampai di rumah, ternyata shania sudah ada dan lagi asik nonton tv. beby tegur dia, tapi dia malah pergi kekamarnya dengan cuma menatap beby dingin. beby menggedor pintu kamarnya, beby bukan marah sama dia mah, beby cuma khawatir. Shania pulang sendirian dengan emosi yang menuntun
nya.
Beby salah ya mah bersikap kayak gitu sama shania?
beby belum minta maaf sama shania. Gimana cara mama dulu ngatasin aku atau shania saat bikin mama kesal mah? Hmm, beby bingung mah!
Mungkin, beby harus belajar dari kak ve ya mah! kak ve begitu sabar kalau ngehadapin tingkah shania yang nyebelin, dan aku yang cenderung diam kalau merasakan ketidak nyamanan di hati.
Semalam beby nangis sendirian mah, setelah kak ve keluar dari kamar beby. Beby ingin sekali mengutarakan semua yang beby rasain sama kakak, tapi beby ga mau kalau sampai nantinya malah jadi beban untuk kak ve. Beban kakak sudah cukup bahkan mungkin terlalu berat untuk kakak yang seharusnya bisa senang-senang dengan teman-temannya, ia kan mah?
Kak ve bilang kalau dia belum bisa jadi kakak yang baik. itu salah, kak ve itu... bukan kakak yang baik tapi dia kakak yang super baik dan super sempurna untuk beby dan shania. Bener kan mah? :`)
setiap ucapan kakak yang semalam beby dengar dalam pejaman mata, membuat beby merasa kalau beby begitu beruntung bisa punya kakak sehebat, secantik, setegar, sesabar, sepengertian dan sesempurna kak ve.
Beby akan menepati janji beby sama kakak, beby tidak akan bicara lagi kalau beby sudah membuat repot kakak, karena ternyata justru kata-kata itu menjadi beban untuk kakak. Dan beby juga akan berusaha untuk terus membantu kakak dalam menghidupkan lagi keluarga kita mah! beby ingin membuat shania kembali jadi shania yang ceria dan selalu penuh sayang sama orang-orang di dekatnya, beby ingin melihat senyum kak ve yang tanpa beban.
biarlah Tuhan yang menjaga mama, dan biarlah hanya Tuhan yang tahu penyebab mama pergi ninggalin kami :`) beby akan selalu sayang sama mama.
maafin beby ya mah, selama kepergian mama beby selalu mengeluh dalam surat yang tak pernah beby kirim ini!'
Aku menghela nafas, kemudian menutup diary ku.
"Beby!!"
aku mendengar seseorang memanggil namaku
"Beby, beb!!"
dia terus memanggil ku sambil berlari kearahku. Saat sampai di depanku,
dengan setengah berjongkok dan nafas terengah dia kembali bicara
"beb, shania!"
saat mendengarnya menyebutkan nama shania, aku langsung mencoba menenangkan dia dan bertanya
"shania? kenapa dia?"
"shania, dia... dia kayaknya bakal berantem sama teman-temannya di belakang,-"
aku langsung berlari menuju halaman belakang sekolah, tanpa mendengar kelanjutan ucapan teman ku itu.
Cerita Shania...
Saat aku berjalan untuk menghampiri beby, tiba-tiba beberapa murid menghalangi jalanku kemudian mereka "menuntun" ku untuk ikut dengan mereka.
Aku menatap mereka satu-persatu.
Untuk kesekian kalinya dia lagi-lagi mengejek ku, Kalau dia hanya mengejek ku itu bisa aku terima. Tapi ini, dia mengejek mama juga ke-2 kakak ku.
Dia mengejek keluarga ku! dan aku tidak bisa lagi mendiamkan kelakuannya.
"mau lu itu apa sih? Hah?!" tanyaku dengan menatapnya, dia hanya tersenyum dengan senyum mencibirnya.
"dorongan gue kemarin kurang bikin lu sadar apa?! mana sekarang pake bawa-bawa teman segala!! Lu takut sama gue?!" kataku dengan kasarnya.
"justru karena dorongan lu kemarin bikin gue sadar, kalo nyokap lu ninggalin lu pasti karena kelakuan lu yang kayak gitu! dan mungkin, nyokap lu angkat tangan buat ngurus lu sama kakak-kakak lu karena kalian tidak bisa diatur!! kalian terutama lu... itu liar, ga punya sopan santun, ga tahu gimana caranya bicara dengan etika!!"
dia menjawab begitu pasti. Dan jawabannya semakin membuat tanganku gatal untuk melayangkan satu tamparan biar dia bisa berhenti mengejek keluargaku. Aku akui, selama beberapa minggu kebelakang. Tingkah ku memang menyebalkan dan cenderung selalu meremehkan teman-teman lainnya termasuk yang sekarang sedang berdiri di depanku. Dan itu sepertinya yang membuat dia menjadi begitu geram padaku. Tapi aku tidak pernah bermaksud untuk menyakiti siapapun! itu hanya sebagai sarana pelampiasanku saja, karena aku merasa kalau kak ve dan beby tidak pernah memperhatikan aku, dan kak ve sepertinya lebih sayang sama kak beby. dan mama.. kepergian mama yang mendadak membuatku bingung dan hilang arah.
"kenapa diam?! heh! bukankah kalau diam itu artinya lu menerima semua ucapan gue! jadi... tebakan gue bener, kalau nyokap lu ningga,-"
"maaf!"aku menyela ucapannya dengan kata maaf, sambil membungkukan badanku.
Sudah saatnya aku mengakhiri kebodohan sikapku akhir-akhir ini yang membuat orang-orang tidak nyaman.
"gue minta maaf, kalau sikap dan tingkah gue sudah membuat lu kesal, atau bahkan sudah menyakiti lu!" masih dalam posisi membungkuk aku mengucapkannya "maafin gue ya, gue harap lu mau maafin gue, gaby..!!" aku memperjelas dan mempertegas ucapanku. Gaby masih melihatku dengan emosi sepertinya.
"lu boleh, menghina gue, nampar gue, dorong gue ke kolam, atau apapun yang pernah gue lakuin sama lu, lu balas gue, lu bisa ngebalas semua tingkah gue sama lu! Tapi, gue mohon. Jangan bawa-bawa nyokap gue, terlebih kakak-kakak gue!! Mereka tidak ada hubungannya dengan sikap gue!"
"ooh, Shania junianatha!! Kenapa tiba-tiba lu jadi lembek hah?! Biasanya juga lu paling ga bisa diem kalo liat orang yang ga lu suka bertingkah belagu! atau, lu cuma pura-pura? lu mau pakai modus apa lagi buat nge troll anak-anak di sekolah hah?!"
ucapannya membuat pikiranku di penuhi dengan bayangan betapa buruknya sikap ku selama 47hari kebelakang. Aku selalu mengejek teman-teman di sekolah, tanpa aku sadari atau mungkin sengaja aku tidak menyadari kalau tingkahku sudah menyakiti teman-teman lainnya.
"ayolah shania, lawan gue! gue mau,-"
"kalau shania ga mau layanin kamu, kamu ga perlu memaksa dia!!"
mataku terbelalak saat melihat sosok yang mengucapkan kata-kata itu.
"kamu ga denger, shania udah minta maaf sama kamu. Ayo shan! Kita pulang!!"
tangannya kak beby memegang pergelangan tanganku.
Saat kita akan melangkah pergi, gaby kembali mengucapkan sesuatu "adik sama kakak, sama aja! Ga heran mama kalian ninggalin kalian!! Hah!!"
beby berhenti saat mendengar ucapan gaby, dia berputar balik dengan melepaskan genggamannya dari ku dan... detik berikutnya, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat. Beby melayangkan tamparan di pipi kanannya gaby.
"denger ya! kamu ga tahu siapa kita, sebaiknya kamu tutup mulut kamu itu! oh ya, perlu kamu tahu. aku bangga punya adik kayak shania, dan aku merasa tindakan dia kemarin dorong kamu sampe kejebur, itu tindakan yang paling bagus!! masih kelas IX udah belagu kayak gitu, gimana kalau udah masuk SMA!? Belajar dulu yang bener! jangan nilai orang lain, nilai dulu diri kamu sendiri!!"
aku menyimpulkan senyum kecil di sudut bibirku, saat mendengar beby mengucapkan kata-katanya. Ada rasa bahagia yang masuk dalam hati saat aku melihat tingkah kakak ku yang satu ini. Beda usia kita hanya satu tahun, aku jarang manggil dia kakak kalau bukan di tempat ramai. Aku biasa langsung manggil namanya kalau kita sedang berkumpul dirumah. Betapa egoisnya sikap ku selama ini.
Beby kembali menarik ku dan sekarang kita beneran pergi meninggalkan gaby dan teman-temannya dengan wajahnya yang cukup shock dengan kalimat yang dilontarkan beby.
aku duduk terdiam di belakang sepeda yang sedang di kayuh beby. mengingat kejadian di belakang sekolah tadi, membuatku sadar.
Selama ini, aku benar-benar egois dan bertingkah seenaknya. Kepergian mama yang mendadak dan tanpa alasan bukan hanya aku yang merasakan sakitnya, tapi beby dan juga kak ve. Mereka pasti merasakan hal yang sama seperti aku.
"shania"
Pikiranku selalu dipenuhi dengan bayangan wajah mama yang hangat
"shania!"
Dan sekarang, bukan cuma wajahnya aja yang menghiasi pikiranku.
"shania!!"
Banyak pertanyaan yang muncul di pikiranku tentang sosok mama yang tiba-tiba,-
"shania!!! ... kamu ga apa-apa?"
suara dari beby yang cukup keras membuatku tersadar dari lamunan, aku melihat wajahnya beby yang sedang melihat kearahku dari arah depan dengan setengah membalikan tubuhnya. Dengan sepeda yang sudah terhenti dan titik air hujan yang mulai turun.
"kita berteduh dulu disana" beby menunjuk ke arah pemberhentian bus, Aku hanya mengangguk.
Kami pun duduk di halte dengan saling diam memandang air hujan yang perlahan mulai deras dan sepertinya akan semakin deras dan berlangsung cukup lama. Pengendara motor ataupun pejalan kaki mulai rame memenuhi halte bus untuk berteduh dari gerombolan air hujan ini.
Aku merogoh tas sekolahku, kemudian mengambil sebuah pemutar musik berwarna merah. Kujejali telingaku dengan earphone putihnya dan mulai mencari lagu favorit ku. Aku melihat ke arah beby yang sedang melihat-lihat kearah langit yang masih mendung karena hujannya belum semua turun.
Tangan kananku menyumpalkan satu earphone di telinga sebelah kanannya beby, dia melihatku dengan kedua matanya melebar dan ekspresi herannya.
"biar ga jenuh! dengerin musik!!"
kataku untuk menjawab ekspresi heran beby, beby pun tersenyum melihat tingkahku. Aku, memalingkan wajahku dan melihat kearah layar ipod, setelah dapat lagunya aku menekan tombol play. Perlahan musik mulai mengalun, setidaknya lagu-lagu yang sedang berputar di telinga kami membuat aku dan juga beby tidak merasakan kejenuhan saat menunggu hujan reda.
"pulang yu! hujannya udah reda!" aku mengangguk dan memasukan kembali ipod ku kedalam tas.
Kami melanjutkan lagi perjalanan. Saat beby asik mengayuh sepedanya, aku memperhatikan dia dari belakang. Dan... entah karena dorongan apa, kedua tanganku melingkar di pingganggnya beby, Aku memeluknya.
"maafin shania ya beby!"
dari saat tadi aku memeluknya sampai aku mengeluarkan kata-kata, kayuhan beby menjadi terasa lambat.
Mungkin dia sedang mengerungkan wajahnya karena kaget dengan tingkahku.
"shania... shania sayang sama beby! shania sayang sama kak ve! shania sayang sama kalian!! maafin shania ya? jangan tinggalin shania!!"
aku terus melagu di tengah lingkaran tanganku dan beby kemudian mempercepat lagi kayuhannya.
Sesampainya di rumah, aku dan beby disambut oleh kak ve yang sudah berdiri di depan pintu rumah. wajahnya yang terlihat khawatir, gerak-geriknya yang seperti seorang ibu sedang menunggui anak-anaknya yang pulang sekolah setelah hujan deras mengguyur sebelumnya, membuatku tersenyum dalam hati.
"kalian kehujanan?" tanya kak ve dengan nada cemas, betapa perhatiannya kakak sulung ku itu.
Aku menggeleng dan sedikit berbicara menanggapi kecemasan kak ve
"nggak kak! aku sama beby tadi neduh dulu!"
"hem! Aku sama nju duduk dulu di halte, sambil dengerin musik kak! ia kan nju?!"
beby terlihat begitu sumringah menyampaikan ucapannya sampai kak ve keheranan melihat tingkahnya. Dan aku, saat mendengar beby manggil nama ku dengan nama 'nju' mataku terbelalak. baru aku dengar lagi beby memanggil ku dengan nama itu. Setelah sikapku yang berubah dingin padanya, pada kak ve dan juga papa, setelah kejadian hari itu.
"baguslah, kalau kalian tidak kehujanan! yu masuk, kakak udah buatin minukan hangat. Biar kalian ga masuk angin!!"
"punya beby susu coklat cream ya kak!" kak ve menangguk menjawab beby
"dan punya nya nju, teh susu coklat! ia kan?" kak ve tersenyum ke arah beby sambil mengangguk dan kemudian melihatku.
"yoss! cepetan nju, atau nanti minumannya aku yang habisin!! hehe..."
aku hanya tersenyum dan senyuman yang begitu ku rasa membuat hatiku lega. Melihat sikap beby yang baik, dan juga kak ve yang perhatian. Mereka ternyata begitu menyayangi ku atau... aku nya aja yang terlalu sibuk dengan kemarahan ku pada kejadian yang tiba-tiba muncul tanpa sebab itu.
"kemana aja Shania! mereka emang sayang sama kamu!! Dari dulu, tanpa ada pembedaan antara kamu dan beby dari kak ve ataupun papa!!"
bisik ku memarahi diri sendiri.
Malam menjelang, setelah selesai makan malam yang terasa "berbeda" aku ditarik sama kak ve untuk ikut nonton dulu di ruang keluarga, beby sudah ada disana lebih dulu dan sudah mengeset semuanya.
Kaset DVD pun sudah dipasang, kita bertiga siap nonton film favorit kita yang dulu suka kita tonton saat akhir pekan! tidak ada yang berubah dari film itu,
ya iyalah itu kan film masih film yang sama! cuma penontonnya aja yang jadi beda, berkurang 2orang.
Mama sama papa yang ga ada! papa sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang supir barang yang mengantar kain ke dermaga untuk di muat di dalam kapal pengangkut kontainer. Dan mama.. mama sudah meninggalkan kami sebulan lebih, tanpa ada kabar, tanpa penjelasan, tanpa ada pertengkaran, tanpa ada keganjilan yang aku rasa, tanpa ada apapun yang mama katakan. Kepergian mama hanya menyisakan setumpuk pertanyaan di hatiku, dan mungkin hati nya kak ve, kak beby dan papa juga!
*121212 11.48*
seperti malam-malam sebelumnya, shania mengisikan tanggal dan jam saat shania akan menuliskan lagi surat. surat yang tidak pernah shania kirim, surat yang selalu shania tuliskan di memo handphone shania, surat yang isinya mungkin cuma keluhan shania, surat yang shania buat setelah kepergian mama yang tiba-tiba itu. Sebuah surat yang hanya untuk mama!
'sebelum engkau dikandung, ibu menginginkan engkau ada. Sebelum engkau dilahirkan, ibu telah mengasihimu. Sebelum engkau keluar dari kandungan, ibu pun rela mati untukmu. Inilah keajaiban kasih sayang ibu. (Maureen Hawkins)'
Menurut mama, gimana mah sama kutipan yang barusan shania tulis? keren ya mah kutipannya! :")
shania dapat kutipan itu dari buku yang shania beli waktu shania pulang duluan ninggalin beby setelah kejadian di taman belakang sekolah, yang berakhir di ruang kepala sekolah. Shania kesal sama beby, waktu itu... dia ga tahu gimana kronologis kejadiannya langsung main marahin shania di depan banyak orang! Nyebelin kan mah? tapi, tadi siang... shania ngerasain sesuatu yang beda dari sikapnya beby.
Tadi siang, lagi-lagi anak itu nyamperin shania untuk buat ulah mah! kemarin juga sebenarnya shania tidak ingin meladeni nya mah, cuman karena dia udah bawa-bawa kak ve dan beby juga mama serta papa. Akhirnya shania naik darah dan... shania dorong aja dia sampai dia kejebur ke kolam!
beby datang dari arah belakang shania! beby ngebelain shania mah :)
mama tahu ga mah? apa yang beby lakuin buat belain shania, kak ve dan juga mama? beby menampar teman sekelas aku itu mah :D
rasanya pas liat adegan itu.. hoooa shania seneng bangat mah! apalagi pas beby bilang kalau dia bangga bisa punya adik kayak shania dan memuji tindakan konyol shania kemarin siang ^^ hmmm, ternyata prasangka shania sama beby itu salah besar! tadinya shania pikir beby tidak pernah perduli sama shania, ternyata shania salah mah! satu lagi prasangka shania yang salah mah, prasangka shania sama kak ve! itu juga salah, semua prasangka buruk itu ternyata hanya refleksi dari kekalutan hatinya shania aja mah.
Saat tadi shania mau turun buat sarapan, shania ngeliat beby yang lagi meluk kak ve dan... shania mendengar jelas setiap ucapan beby pada kak ve dan jawaban kak ve yang lembut. Shania hanya bisa terdiam mendengar percakapan kedua kakak shania yang sudah shania bikin repot dan sudah shania susahkan itu. Pas kak ve meminta beby untuk berjanji sama kak ve, shania nangis mah! shania ngerasa... selama ini shania begitu egois!
Sementara kak ve dan beby berjibaku untuk membuat suasana di rumah terasa seperti dulu, kak ve dan beby yang selalu berusaha untuk membuat shania yang dingin menjadi hangat lagi. Shania malah sibuk dengan pikiran-pikiran buruk shania, kalau kak ve lebih sayang sama beby yang penurut, kalau papa lebih sayang sama kak ve dan beby yang bisa diajak berdamai, kalau tidak ada lagi seorang pun dirumah yang sayang dan perduli sama shania.
Shania benar-benar tidak bisa berdamai dengan siapapun bahkan dengan hati shania sendiri mah! :(
sebulan lebih tingkah shania meresahkan dan membuat khawatir kakak dan juga papa. Shania begitu egois kan mah!?
Setelah mendengar kata-kata kak ve, mendengar dan melihat tingkah beby tadi sore sampai malam menjelang. Shania semakin bisa melihat kalau mereka memang sangat sayang sama shania, ia kan mah?!
Shania ternyata sangat beruntung memiliki kakak seperti mereka, dan mama... pastinya mama ngerasa jauh lebih beruntung ketimbang shania. Karena mama yang ngelahirin mereka. Bener ga mah apa yang shania tebak?!
Maafkan shania mah, shania tidak bisa sekuat dan setegar beby dan kak ve saat mama pergi ninggalin kita. Shania sayang sama mama, shania tidak mau lagi kehilangan orang yang shania sayang tanpa sebab. Shania akan menjadi anak dan adik yang baik :)
Mah, meski sekarang mama sudah tidak disini lagi. Sudah tidak lagi mendampingi shania, beby, kak ve dan juga papa. Shania akan selalu menyayangi mama seperti mama selalu menyayangi shania :`) mama masih kan sayang sama shania? sayang sama beby? sayang sama kak ve? dan... sayang sama... papa?!
Mulai besok, shania akan merubah semua kebiasaan shania yang suka membuat khawatir mereka yang sayang sama shania. Shania akan ikut berjuang dengan beby dan kak ve untuk menghidupkan lagi keluarga kita sepeninggalnya mama.
Cerita Ve, Beby dan Shania...
Ini hari sabtu, beberapa hari lagi tahun baru akan menjelang. Keadaan rumah yang dihuni keluarga kecil tanpa adanya lagi sosok ibu ditengah-tengah mereka, semakin hari semakin membaik dan kembali hangat. Setelah 48hari ibunya pergi meninggalkan mereka tanpa sebab yang mereka tahu, mereka terus mejalani hari dengan kisah mereka masing-masing dan setelah 48hari lewat, senyum akhirnya kembali terlukis di wajah mereka yang cantik. Kebiasaan menulis surat yang dilakukan ve, beby, dan juga shania masih terus berlanjut.
Setiap hari di waktu yang berbeda-beda mereka membuat sebuah surat untuk ibu mereka, sebuah surat yang hanya mereka masing-masing dan Tuhan yang tahu isinya. Surat Untuk Mama, itulah yang selalu mereka tuliskan sebelum mereka memulai obrolan dengan suratnya itu. Judul yang sama yang terlahir dari tangan ke3 saudara itu, mereka sendiripun tidak tahu kalau mereka sudah membuat sebuah surat dengan judul yang sama. Mungkin, karena rasa sayang mereka terhadap sosok ibunya yang akhirnya membuat mereka selalu membuat surat dan ternyata dengan judul yang sama, selalu sama di setiap harinya.
"haii beby! kakak beby ku" dengan senyumnya shania menyapa beby yang baru datang menghampirinya di parkiran sepeda, beby menyapa balik adiknya.
"beb, aku punya rencana! mau ikutan gabung ga?" tanya shania, beby mengerutkan dahinya dan bertanya
"rencana apa? kamu... ga mau jadi,-" ... "eehhh! bukan! rencana yang shania maksud itu, bukan rencana buat ng troll teman-teman sekolah! shania kan udahan beb, gitu-gituannya" ... "haaah! aku pikir, kamu mau ngajak aku ngerencanain buat jailin temen-temen kamu!!"
beby tertawa kecil melihat shania yang memanyunkan bibirnya karena tebakan dia tentang rencana shania.
"terus, rencana apaan?"
"sini, shania bisikin.."
beby terlihat tersenyum senang mendengar bisikan shania
"gimana?" tanya shania dengan senyum yang membuat matanya 'hilang'
"aku ikut, yu ahh lets go.. kita jalankan rencana kamu itu!" sambut beby dengan semangat
"eh, nju! nanti aku kasih tambahan dikit ya dari rencana kamu! Ok!"
"sip! siiiiap kakak! aku ikutin!"
beby dan shania segera pulang dengan mengayuh sepedanya, kali ini shania yang menggonceng beby. Shania mengayuh sepeda begitu penuh semangat, mereka saling bercanda selama perjalanan pulang.
"beb, beb,, beby!"
"apaan sih shania! nanggung nih!"
"kak ve udah di depan beb, cepetan dikit!" shania celingukan melihat kakaknya yang baru membuka gerbang depan rumah.
"ha! beres!! ayo, ayo.. kita keruang tengah!!" ucap beby lalu mereka berdua berlari kecil sambil cekikikan ke ruang keluarga.
"kak ve pulang!" suara ve terdengar, shania dan beby duduk di ruang keluarga. Mereka menonton acara di televisi sambil sesekali bercanda.
"hai, kak!" sapa shania disusul beby.
ve mengambil posisi duduk di dekat shania, tangannya dia simpan di tengkuk dan memijitnya dengan memutar-mutarkan kepalanya.
"gimana sekolah kalian?" tanya ve pada kedua adiknya setelah selesai merelaksasi dirnya sendiri. Shania menjawab dengan cepat tanpa tahu dimana dia meletakan koma dan titik, beby hanya menjawab seadanya seperti biasa.
Ve melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 5sore, dia lalu beranjak dari kursi meninggalkan shania dan beby. Bermaksud untuk pergi ke dapur, membuatkan makan malam untuk adik-adiknya. Saat ve mulai berjalan ke dapur, shania dan beby saling bertukar pandang dan tersenyum lebar.
ve terbelalak dengan apa yang dia lihat diatas meja makan, sudah banyak makanan yang siap santap di atas meja berbentuk lingkaran dengan lima kursi berdiri di sebelahnya.
"kenapa bengong gitu kak?" suara beby menyadarkan ve dari kekagetannya,
dengan cepat ve menyeka air mata yang hampir jatuh dari kelopak matanya yang indah.
"kakak ko nangis? ga suka ya sama masakannya?" tanya shania berdiri di sebelah ve. ve hanya menggeleng dengan senyum di bibirnya
"kalian yang membuat ini?" shania dan beby mengangguk berbarengan. "kalian menyiapkan semuanya?" dan lagi shania juga beby mengangguk.
adegan berikutnya, ve mundur dan menyimpan tangan kanannya di bahu beby, tangan kirinya di bahu shania yang berdiri di sampingnya.
"kakak sayang banget sama kalian!" ve memeluk mereka berdua lewat bahunya,
shania dan beby saling melihat lalu... mereka mencium pipi kakak sulungnya yang terlihat bahagia itu.
"kita juga sayang sama kak ve! saaaaaayang banget!" ujar shania
"hem, dan ini... hadiah kecil dari aku sama shania buat kak ve. kakak yang paling super, kakak yang palingggg segalanya!"
lanjut beby, semakin membuat ve bahagia.
"satu lagi beby, kakak yang kayak Malaikat buat kita!" tambah shania, beby mengangguk menyetujui dan ve menangis terharu dengan apa yang dilakukan adik-adiknya itu.
Selesai menyantap hasil karya shania dan beby dengan ditemani obrolan dan candaan, meski ayahnya tidak sedang dirumah karena seperti biasa, beliau sedang bertugas sebagai seorang pengendara hebat. Bergelut dengan jalanan membawa sebuah kontainer, menempuh jarak ratusan kilometer. Menjadi perantara terkirimnya kain yang akan menjadi bahan utama pembuat baju di jepang.
Beby berjalan menuju pekarangan belakang rumah sederhananya, dia duduk diatas ayunan dan mulai membuka lagi folder photo.
"mah, kita udah bahagia disini. semoga mama bahagia disana dengan kehidupan yang mama pilih"
kata hati beby dengan matanya terkunci di layar hp nya.
"mama cantik ya di photo-photo itu!" suara ve membuat beby sadar dari lamunannnya.
"ia kak! mama cantik banget di photo!!" beby melihat kakak nya.
"mama siapa dulu dong! mama nya shania.." shania muncul dari dalam rumah, dia menghampiri kedua kakaknya yang sedang duduk diatas ayunan.
"yahhhh.. aku duduk dimana kak?" ucap shania melihat kearah ve dan beby.
"duduk aja dibawah!" jawab beby
"teganya kamu beb!" kata shania
"siapa suruh kamu terakhir keluarnya, ya... itulah jatah kamu! di bawah. Hahaha!"
kembali beby menggoda shania. ve tersenyum melihat keduanya yang saling melempar candaan.
"liat deh mah, beby dan shania udah akur lagi. Bahkan sekarang mereka dan ve, kami menjadi semakin dekat sebagai adik-kakak. Terima kasih mah, udah membolehkan kita melihat ribuan bahkan jutaan warna di dunia ini, dan membuat kita bisa merasakan segala rasa yang Tuhan titipkan di hati. Biarlah alasan kepergian mama, hanya Tuhan, mama dan papa yang tahu. Biar aku, beby dan shania bisa tetap sayang sama mama."
pikir ve, dengan senyum di bibirnya yang tipis dan matanya yang dia tujukan kearah beby dan shania yang masih bercanda.
"eh, udah-udah.. gimana kalo kita rebahan sama-sama di bawah, liat deh bintangnya cukup banyak dan bulannya bersinar terang."
kata ve menghentikan candaan beby dan shania.
Mereka pun merebahkan diri, ve diapait oleh adik-adik nya.
"padahal ini musim hujan ya kak, tapi melihat bintang dan bulan yang bersinar diatas sana. Sepertinya mustahil untuk mereka muncul dilangit yang selalu mendung saat siang hari!" ujar beby dengan matanya melihat kearah langit, shania menanggapi ucapan beby
"kalo buat Tuhan mah, ga ada yang musatahil beb! ia kan kak ve?" ve melihat shania, lalu melihat beby. Dia tersenyum dan mengeluarkan pendapatnya
"ya! Buat Tuhan ga pernah ada yang mustahil! semendung apapun saat siang, kalau Tuhan mau memunculkan sinarnya dimalam hari, maka muncul lah dalam bentuk bulan dan bintang yang jaraknya begitu jauh dari tempat kita."
"sekelam apapun kita saat 48hari setelah hari itu, kalau Tuhan ingin memunculkan kebahagiaan yang lebih untuk keluarga kita, maka... bahagialah kita, dalam selimut persaudaraan yang semakin erat! ia kan kak?" kali ini ucapan beby membuat ve dan shania tersenyum sambil mengangguk pelan.
"mama, lihatlah kami mah! sejauh apapun sekarang Tuhan membawa mama dari sisi kami, kami tetap bisa berdiri. Saling menopang satu sama lain, saat hati kami merasa hampa tanpa kehadiran sosok mama! Aku sayang sama papa, kak ve, beby dan juga mama.. melebihi apapun yang ada didunia ini.. Terima kasih mah untuk senyum dan luka yang sudah mama ajarkan pada shania! Tuhan jagalah Mama dimanapun mama berada!"
-SELESAI-
By: Cemistri JKT48
0 comments:
Posting Komentar