Selasa, 23 April 2013

“Akhir Dari Penantian”



Aku hidup bukan untuk menunggu cintamu.
Sulit ku terima semua keputusan itu. 
Yang kini hilang tersapu angin senja. 
Masih sulit pula untuk ku lupakan. 
Suram dan seram jika ku ingat kembali. 
Mungkin harus ku biarkan semua kenangan itu, 
agar abadi oleh sang waktu.
Hangat mentari yang bersinar dan sejuk embun itu lah gambaran suasana kota Malang pagi hari ini, membuat semangat untuk menuntut ilmu makin bertambah. Ku percepat langkahku menuju sekolah. Seusai sekolah, diadakan ekstrakulikuler dance dan aku pun mengikutinya. Masih belum beranjak dari tempat duduk ku. Dari arah belakang terdengar suara yang memanggilku.
“Beby, tunggu !”
Aku pun melihat ke belakang “Kamu Do, ada apa kok sampai tergesa-gesa ?” tanyaku penasaran.
“Emmm, ada yang mau kenalan sama kamu !”
“Tapi Do, udah mau mulai latihan dancenya”
“Please ikut aku dulu bentar, ga apa apa kan kalo datengnya telat dikit?”.
Aku tidak menjawabnya. Akupun bergegas pergi menuju gedung olahraga tempat diadakannya latihan dance. Aku simpan kata-kata Edo, tapi aku tidak memikirkannya disaat aku sedang mengikuti latihan dance. Setelah selesai latihan akupun bergegas pulang kerumah dan segera istirahat.
(*)
Hari ini aku sengaja berangkat pagi, aku ingin menikmati udara pagi, walaupun jarak antara rumah dan sekolah dekat. Sewaktu istirahat aku kembali ingat dengan kata-kata Edo kemarin siang. Siapa dia? Anak mana? Namanya siapa? Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di benakku. Hingga aku tak sadar jika aku sedang melamunkannya.
“Hey hey, mikirin siapa sih kamu?” Tanya Shania yang membuyarkan lamunanku.
“Ha? Aku gak mikirin apa-apa tuh!”
“Kok ngelamun sih? Haaa, masih keinget ya sama kata-kata Edo kemaren?”
“Ehh, apaan sih, udah lah ga usah dibahas, ga asik tau”
“Yaya, Cuma bercanda kok”
Tiba-tiba Edo datang menemuiku. Entah apa lagi yang akan ia sampaikan kembali. Aku sendiri tidak berharap jika kata-kata itu lagi yang akan ia sampaikan.
“Beb.., ikut yuk, dia mau ketemu kamu, tuh udah ditunggu di kantin” ajak Edo.
“Ahh, engga ahh, biarin aja dia samperin” Kataku.
“Kok gitu? Ya udah deh, ini kesempatan loh, kok malah kamu sia-siain” Ucapan Edo didengar oleh Melody, yang juga saudara Edo.
“Ehh, ada apaan nih, keliatannya seru! Ada apa sih Do, kok gak bilang-bilang?” Ucap Melody
“Gak ada apa-apa, udah nanti aku ceritain” ucap Edo
Bel masuk kelas pun berbunyi, aku segera masuk kelas. Dan aku mengikuti pelajaran, ditengah pelajaran aku terus memikirkan orang itu “Hmm….. kira-kira siapa ya orangnya?”. Tidak terasa bel pulang pun berbunyi semua murid bergegas untuk pulang. Pulang sekolah biasa pulang sendiri dengan berjalan kaki, ya sekalian olah raga. Tiba-tiba…….
“Ciiye Beby…..” goda Melody
“Ada apa sih?” tanyaku penasaran.
“Tuh, orang yang di depan gerbang pake tas item ada corak putih, itu orang yang mau ketemu kamu.” kata Melody.
“Ha? Siapa dia? Namanya siapa?” Tanyaku dengan Semangat.
“Dia Indra, anaknya pendiem banget, dia sahabat karib Edo sama Agung”
Tanpa kata-kata apapun aku bergegas pulang, dalam perjalananku aku memikirkan semua hal yang Melody beritahu tadi. Yah, Indra, aku masih tidak menyangka kenapa dia mau bertemu, kenapa harus lewat temennya? Ah mungkin dia malu. Ya udahlah.
(*)
Hari ini mulai muncul kabar buruk, banyak yang menyangka bahwa aku ini adalah pacar Indra, padahal bukan sama sekali. Aku kenal sama dia aja baru kemarin. Di sela-sela pelajaran aku gunakan untuk menuliskan sebuah kata-kata. Sepertinya aku memang benar-benar jatuh hati pada Indra, “ahhh, kenal langsung aja belum kayaknya mustahil deh” kata itu selalu muncul di benakku.
Saat jam istirahat, aku selalu melewati kelasnya. Aku selalu melihat tingkah lakunya, yang terkadang membuatku tersenyum-senyum sendiri. Oh mungkin inikah cinta? Aku pernah merasakannya tetapi aku tak ingin merasakannya lagi untuk saat ini.
Setelah kita kenal begitu lama, aku mengenal dia dengan ramah, dengan baik, walaupun diantara kita tak pernah ada satu perkataan. Tiba-tiba semua perasaanku menjelma, berubah entahlah seperti apa isi otakku. Aku menyukainya, aku menyayanginya. Aku yakin dia pun begitu, tapi aku tidak pernah pecaya itu, aku tidak pernah percaya bila ia menyukaiku juga, aku hanya berharap begitu banyak padanya.
Sebenarnya hari ini latihan dance, aku sama Indra mau bicara tapi dia tetap tidak mau. Dia tetap tak membuka kesempatan untuk perasaan kita. Tapi aku masih yakin bila dia benar-benar mencintaiku. Sore itu aku hanya pulang dengan semua mimpi ku yang telah pupus. Aku tak membawa secuil harapan lagi untuk rasaku ini.
(*)
Malam ini aku tulis surat untuk nya. Aku harap ada sedikit respon darinya. Dan respon itu tidak membuatku patah hati dan patah semangat. Aku tahu Tuhan pasti mengerti disetiap mimpi dan harapanku.
Setelah selesai aku pun tidur. Hari ini aku sengaja bangun pagi, selain aku piket aku juga ingin melihatnya lebih awal, hehe. Aku datang pertama di sekolah, datang pertama juga di kelas, aku langsung piket, bersihkan semuanya. Setelah selesai, aku kasih surat itu langsung ke dia. Aku tak pernah mengira hal buruk apapun akan menimpa kita setelah surat itu kau baca. Tiba-tiba Sendy datang mengetuk pintu kelasku. Dia meminta ijin dahulu, lalu memanggilku untuk menemuinya. Aku yang bingung, langsung saja aku menurut.
“Nih….. ada surat dari Indra!” kata Sendy sambil memberikan surat dari Indra.
“Apa ini? Jawaban suratku tadi pagi ya?”
“Iyaa, baca aja, dia bilang dia minta maaf kalo udah nyakitin perasaan kamu, dia gak bermaksud kayak gitu, ya udah baca aja.”
“Iyaa, makasiih udah ngaterin suratnya, aku titip salam buat dia”
Saat kubaca isi surat itu….. seketika aku menangis, air mata ini sudah tak bisa ku tahan lagi. Tetes demi tetes mulai membasahi wajahku. Lalu ku hapus lagi begitu pun seterusnya. Aku masuk kelas dan aku lanjutkan pelajaran yang sempat tertunda, aku anggap saja ini semua tidak pernah terjadi.
“Ada apa sih, Beb?” Tanya Shania.
“Di.. dia.. dia udah jawab semuanya” kataku terbata-bata
“Jawab apa? Bukannya diantara kalian itu tak pernah ada apa-apa?”
“Dia gak suka aku Shan, aku sih fine tapi kenapa sih yang nganter harus Sendy, dulu pas kamu sama Agung putus, Sendy juga kan yang nganter?”
“Iya ya, kok aku lupa ya? Ya udah deh, kamu yang sabar aja, cowok itu gak Cuma satu kok, gak Cuma dia doang”
“Iyaa Shan, makasiih” jawabku sambil mengusap air mataku
“Iya sama-sama”

(*)
Sulit menjalani hari tanpanya lagi, walaupun kita hanya sebatas gebetan, tapi ternyata hal itu membuat kita menjadi bersahabat. Berbulan-bulan aku nanti jawabanmu lagi. Tapi ternyata jawaban itulah yang sudah kamu tetapkan. Aku hanya pasrah, aku menangis, bagaimana tidak jika seseorang yang aku sukai ternyata telah membuatku menangis.
Aku berharap suatu saat nanti Tuhan mempertemukan kita, dan Tuhan izinkan kita bersama. Jika Tuhan tidak mentakdirkan kita bersama biarlah perasaan itu menjadi sebuah kenangan.
~END~

0 comments:

Posting Komentar