Selasa, 23 April 2013

Friendship Candy -2nd Chance (48jam, 48nama)- 15th~Chapter FINAL ENDING!!

*Satu Minggu Kemudian...*

Satu minggu berlalu sejak hari itu. Hari terakhir Nabilah berbincang dengan Ve, hari terakhir Nabilah memberikan pertolongannya untuk Ve, dan hari terakhir Nabilah melihat Ve.

"dek," suara Melody membuyarkan lamunan Nabilah yang sedang menatap keluar jendela. Ia memutarkan badannya dan melihat kakaknya dengan tatapan kosong, "kamu kenapa?" tanya Melody cemas "ada yang sakit lagi? Mana yang sakit? Apa kakak perlu panggil dok,-" Nabilah menggeleng memotong kekhawatiran Melody
"Nabilah gak apa-apa kok kak!" katanya dengan senyum mengikuti
"terus? Kenapa melamun gitu? Emm~ apa kamu, masih mikirin kak Ve?" Melody mencoba menebak, Nabilah mengangguk pelan. kemudian Melody memegang lembut tangan Nabilah dan bicara padanya dengan diawali senyum "kamu udah berusaha melakukan yang terbaik untuk membantu kak Ve. Sekarang... saatnya kamu jalanin lagi kehidupan kamu secara normal!" ucapnya membuat Nabilah menekuk bibir
"emang selama ini Nabilah gak normal apa!?" protes Nabilah
"hahaha~ gak gitu, maksud kak Melo itu... kamu kan sekarang udah bisa bebas dari kak Ve dan gak akan lagi dianggap 'gila' sama orang-orang yang kebetulan melihat kamu lagi bicara sendiri!"
"hmm~ Nabilah gak yakin kak!" Melody mengerung "Nabilah kan punya gift dan... kayaknya gak akan berhenti di kak Ve deh!"
"oh ya? Terus, apa sekarang kamu bisa lihat seorang lainnya yang tidak terlihat!?" Nabilah menggeleng "yakin? Ini rumah sakit lo dek! Kamu belum pernah lihat mahluk lainnya yang sejenis kayak kak Ve, dulu!?" Nabilah berpikir lalu kembali menggeleng untuk menjawab pertanyaan kakaknya. "Oohh, ya udahlah, mending kita pulang, gak usah mikirin dulu itu, kamu udah suntuk kan satu minggu di rumah sakit?!" Nabilah mengangguk "kalo gitu ayo kita pulang, mama sama papa udah nunggu di lobi!"

Tak lama setelah Melody mengajak Nabilah untuk pulang, seorang suster datang ke kamar dengan membawa kursi roda.
"Nabilah gak mau pake itu, kak! Nabilah mau jalan aja!"
"jangan dong, nanti kak Melo dimarahi mama sama papa, lihat kamu bukannya didorong pake kursi roda buat ke depannya, malah kamu jalan!"
"Nabilah baik-baik aja kak! Tuh lihat... (Nabilah bergerak-gerak)~ nih lihat lagi... (kembali Nabilah bergerak)~ dan..,-" ~ "aa, udah-udah~ cukup! Kak Melo bisa lihat kamu baik-baik aja!"
Suster yang membawa kursi roda hanya bisa tersenyum melihat tingkah pasien yang selama satu minggu ini inap di rumah sakit, tidak pernah bisa diam dan selalu rame.
"emm~ suster, makasih sebelumnya untuk kursi roda itu, tapi.. suster bisa lihat sendiri kan? Gimana pasien satu ini!"
Melody mencoba basa-basi dengan diakhiri menunjuk Nabilah, Nabilah mendelik kakak nya. Suster mengangguk pelan lalu berjalan kembali dengan membawa lagi kursi rodanya.
"yuk ahh, pulang! Nabilah mau makan ice cream, terus mau makan lagi masakannya mama yang enak, dan icip masakannya kak Melo yang.... (Nabilah melihat kearah Melody dengan senyam-senyum tak karuan) hehehe,"
"yang apa? Ayo bilang?" Nabilah menggeleng-geleng kepalanya sambil tersenyum "hmm~ awas ya.. kalo mama lagi gak ada, terus kamu merengek minta dibuatin nasi goreng! Kakak gak akan buatin!!" ancam Melody
"ya! Jangan-jangan~ jangan gitu dong kak, ntar Nabilah bisa tepar karena kelaparan.. kakak mau lihat adiknya yang unik ini tepar... lagi?" Nabilah menggoda Melody dengan kata-katanya.
Kedua adik-kakak itu keluar dari kamar rawat yang ada di koridor Mawar nomor 48, Nabilah melingkarkan kedua tangannya di lengan Melody, sementara Melody hanya bisa tersenyum (senyum bahagia, karena sebelumnya dia begitu takut akan kehilangan Nabilah yang "tidur" selama 48jam, tapi bukan kondisi Koma.). Ditangan kirinya menggelayut manja Nabilah dan ditangan sebelah kanannya menggantung tas yang isinya pakaian ganti milik Nabilah dan beberapa peralatan bekas inap seminggu. Ketika keduanya berjalan dan melintas di sebuah lorong yang salah satunya ada ruangan ICU, kaki Nabilah terhenti dan melihat kearah ruangan itu. Melody yang menyadari berhentinya kaki Nabilah, melihat Nabilah lalu melihat kearah lorong tempat diamnya ruang ICU, Operasi, dan HCU yang posisinya ada ada paling depan.
"semua udah berakhir... kamu tinggal nunggu dan lihat bagaimana Tuhan bekerja!" dengan senyum Melody bicara pada Nabilah, Nabilah melihat kakaknya dan mengangguk lalu keduanya melanjutkan perjalan hingga sampailah di lobi. Bincang-bincang bentar, keluarga itu pun pergi meninggalkan rumah sakit dengan Nabilah pindah dari tangan Melody ke tangan mama nya.

"Nabilahhhhhhh..."
Ayana setengah berteriak ketika melihat Nabilah masuk ke kelasnya. Gaby mengalihkan pandangannya pada Nabilah
"a! Nabilahhhhh...." keduanya segera menghampiri Nabilah, semua teman sekelas yang sudah datang pagi itu juga seketika melihat kearah Nabilah dan memberikannya sapaan, dan Nabilah membalas sapaan dari teman-teman sekelas dan juga sahabatnya itu.
"sini~ sini~ aku bantu..." Ayana dan Gaby sudah berdiri disamping Nabilah
"apa sih? Aku gak apa-apa kali! Kalian pada lebay ih!" ucap Nabilah melihat kanan-kirinya
"gak lebay kali Bil! Ini mah biasa aja, kita kan kangen sama kamu! Hehe~" kata Gaby, Ayana mengangguk.
"kamu udah baikan? Kok udah sekolah? Bukannya harus bedrest dulu?!" Gaby terus bertanya penasaran, Nabilah tersenyum lebar dan menggerakan tubuhnya sambil menjawab pertanyaan Gaby "Huaaa, Bedrest!? Seminggu di rumah sakit aja rasanya udah cukup!! Aku kangen sekolah ini, kangen kelas, kangen guru, kangen ngerjain kalian sama yang lainnya juga.. hahaha~" ucapnya yang ditanggapi Ayana juga Gaby, mereka bertiga jalan untuk duduk di mejanya dengan masih ditemani obrolan ini itu yang di lontarkan Ayana dan Gaby. Mereka bercerita bagaimana teman-teman kelas juga beberapa murid SMA menanyakan kabar Nabilah, bagaimana Nabilah menjadi begitu terkenal di seantero Putri Jakarta bahkan guru-guru pun sempat memperbincangkan Nabilah. Mereka semua begitu penasaran dengan cerita Nabilah yang hanya bisa mereka dapatkan sebagian-sebagian, sementara bagian lainnya mereka blank. Dan yang tak kalah seru dari cerita kedua sahabatnya yang senang mengumpulkan 'berita' ini adalah.. tentang Stella dan kawan-kawannya yang berubah menjadi baik, tak jarang Ayana dan Gaby menyaksikan secara langsung bagaimana Stella, Dhike, ataupun Yona menolong teman-temannya sendiri yang berseragam SMA ataupun yang berseragam SMP. Nabilah hanya tersenyum menanggapi cerita yang bagian itu. Dan satu lagi, perubahan Stella yang mendadak dan sangat mencolok itu begitu terpampang nyata ketika dia, Dhike, dan Yona bisa jalan bareng dengan Kinal. Yang notabene dulu begitu terkenal kisah Stella dan teman-temannya termasuk Ve yang sepertinya begitu menjaga jarak dengan Kinal bahkan terlihat sepeti musuh.

"haaaahh~ (Nabilah tersenyum) benar apa kata orang-orang 'sesuatu akan terasa sangat berharga ketika kita sudah kehilangannya', penyesalan tak akan pernah hilang hanya dengan tangisan, kesempatan kedua sepertinya bisa membuat semua berubah..." Nabilah kembali tersenyum dengan kata-kata terakhirnya, Ayana dan Gaby hanya bisa saling melempar pandangan satu sama lain seperti mengisyaratkan 'apa yang sedang dia bicarakan!' , lalu secara bersamaan melihat ke arah Nabilah.
"Ja! kita ke kantin, yuk?! Rasanya... udah laaaaaaama banget gak masukin makanan sekolah ke perut, hehe~" karena Ayana dan Gaby tidak merespon, Nabilah kembali mengajak "oy! Ayo, ke kantin! Temenin aku!!?" kedua sahabatnya itu segera bisa menguasai diri mereka masing-masing dan mengangguk menyetujui permintaan Nabilah.

Ketiganya keluar kelas, di perjalanan Ayana bicara hingga membuat Nabilah mengerung

"Bil, kapan ceritanya?"
"cerita? Cerita apa" Nabilah balik bertanya
"yaa.. cerita yang kamu janjikan untuk di ceritakan sama kita!" Nabilah mengingat-ingat kembali apa yang sudah dia katakan pada Ayana dan Gaby.
"cerita tentang kamu dulu ada di aula, di seret ke taman labirin, membantu kak Ve! Cerita yang kamu janjikan sama aku dan Ayana pas kamu di UKS, hari sebelum akhirnya kamu masuk rumah sakit dan malah nginep di sana selama satu minggu!!" Gaby menambahkan untuk mengingatkan Nabilah
"Ooohh~ aku ingat, aku ingat~ hehehe.. jadi aku belum ngasih tahu kalian ceritanya?"
"makanya kita nanya, karena kamu belum cerita apapun, orang kita janjian pagi di rumah kamu ehh taunya kamu malah di inap di rumah sakit! Mana pake acara gak bangun dan gak respon apapun selama 48jam, bikin semua orang panik tahu!!"
"hahahaaa~ maaf, maaf-- jadi lupa kalau aku punya janji itu sama kalian! Emm~ oke lah, sebagai penebus janji, aku ceritain sama kalian, jadi gini . . . awalnya itu ...... ......... ............. ........... "
Nabilah mulai berpanjang lebar menceritakan pada Ayana dan Gaby ketika awal dia bertemu Ve (mereka sampai di kantin; ketika ketiganya masuk ke kantin, beberapa mata melihat Nabilah, baik yang berseragam SMP, berseragam SMA bahkan ada beberapa guru yang kebetulan sedang mencari sarapan. Mereka melihat Nabilah dengan lalu... tidak disangka tidak diduga, mereka menyapa Nabilah seperti Nabilah itu seorang Idol yang satu sekolah dengan mereka, dan mereka menyapanya agar Nabilah melihat keberadaan mereka semua. Ayana dan Gaby sudah tidak terlalu bingung dengan tingkah murid-murid di sekolah ini yang sepertinya begitu perhatian pada Nabilah, karena mereka sudah mendengar setengah cerita aslinya dari Nabilah. Nabilah membalas sapaan mereka dengan senyum dan anggukan, kemudian Nabilah membeli cemilan dan minuman yang di kemas dalam cup berukuran sedang.). Mereka duduk sebentar di meja kantin, Nabilah menyuapkan cemilannya dan mulai melanjutkan ceritanya pada Gaby dan Ayana . . . . . . . saat cerita akan mencapai klimaks (setelah mereka berpisah di depan gerbang, hari dimana Nabilah masuk UKS) bell masuk berseru, jadi dengan terpaksa Nabilah memutuskan ceritanya hingga Ayana dan Gaby yang dari tadi menanggapi cerita Nabilah dengan gimik begitu serius, dan sesekali terlihat merinding ketika mendengar cerita itu. Menjadi lemas karena ceritanya nanggung dan malah menjadi anti-klimaks, tapi apalah daya mereka tidak bisa melakukan protes pada Nabilah karena ini bukan kemauan Nabilah untuk menghentikan cerita. Ketiganya kembali menuju kelas dengan derap langkah yang cukup terburu-buru karena memang mereka sudah mendengar bell dengan begitu jelasnya.

Setiap mata pelajaran berlalu begitu cepat untuk Nabilah, yang biasanya begitu merasa jenuh saat menghadapi setiap mata pelajaran yang di suguhkan oleh setiap pengajar. Istirahat tiba. . . seperti biasa 3sahabat itu mengeluarkan box makanannya, dan mulai menyantap bekal masing-masing dengan sesekali saling meng icip makanan milik yang lainnya. Ayana diikuti Gaby kembali menuntut Nabilah untuk menyelesaikan ceritanya, Nabilah pun memulai lagi cerita-ria nya yang tinggal menyisakan ending.
Cerita Nabilah berakhir berbarengan dengan habisnya bekal makanan mereka.

"emmph~ aku ingat sekarang, waktu itu... aku sama Gaby sempat mengikuti kamu dan... kita sempat lihat kamu minta maaf sama teman-teman SMP di taman, atas nama kak Ve. iya kan? Kamu ingat gak Gab!?" Ayana menanyakan pada Gaby
"aa~ iya, iya, aku juga ingat sekarang Chan~ jadi... waktu itu kita lupa akan apa yang kita saksikan sebelumnya, karena kak Ve?" Nabilah mengangguk. Ayana dan juga Gaby yang saat Nabilah bercerita tadi tidak begitu banyak komentar dan hanya diam mendengarkan, sekarang begitu responsif dan terus saling bicara bergiliran untuk bertanya ataupun melempar pernyataan menanggapi kisah Nabilah yang membantu Ve, kisah Nabilah yang ternyata punya gift. Waktu istirahat habis, pun dengan rasa penasaran Ayana dan Gaby. Mereka kembali fokus mengikuti pelajaran demi pelajaran.

Putri Jakarta sekarang, setelah kejadian yang cukup menyita perhatian semua penghuni yayasan itu, menjadi lebih damai. Tidak ada lagi bully, tidak ada lagi saling mengejek ataupun meremehkan diantara murid-muridnya baik yang SMP ataupun yang SMA.

Setelah bell pulang berbunyi, Nabilah tidak langsung pulang tapi menemui dulu wali kelasnya untuk membicarakan pelajaran yang satu minggu lebih sudah dia skip. Ayana dan Gaby tidak menemani, mereka masing-masing pergi ke tempat ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Setelah beberapa menit menuju jam, lamanya Nabilah berkonsultasi dengan wali kelasnya, dia pun keluar dan berjalan sendiri di lorong sekolah yang sudah di tinggal penghuninya untuk melakukan kegiatan lain di luar gedung yang bertingkat tiga ini.

Nabilah berjalan, hingga tak terasa bukannya jalan ke gerbang untuk pulang, kakinya malah melangkah ke taman labirin. Ia duduk di sebuah bangku yang dulu dia pakai untuk mendengarkan Ve menyebutkan nama-nama korban bully nya, Nabilah ingat hari itu, diapun mengeluarkan smartphone nya dan membuka memo dimana ada catatan nama-nama korban Ve. Dia tersenyum haru saat melihat tulisan yang dia ketik dari hasil mendengarkan ucapan Ve. "kak Ve . . . Nabilah kangen sama kakak!" ucapnya pelan dengan mata masih melihat layar samartphone tapi tidak membaca tulisannya. Nabilah memasukan kembali smartphonenya ke saku seragam dan mulai melamun dengan menopang dagu menggunakan tangan kanannya.

"anak kecil gak baik ngelamun sendirian!~"
suara itu membuyarkan lamunan Nabilah, ia memutarkan kepalanya 45derajat untuk melihat orang yang bicara
"kak... Kinal!" Kinal tersenyum lalu berjalan mendekati Nabilah, dia duduk di sebelah Nabilah.
"kakak dengar dari murid-murid yang ada di sekolah kalau murid yang namanya Nabilah udah masuk sekolah lagi!" ucapnya di dekat Nabilah "kamu terkenal ya sekarang!? (senyum Kinal) semua murid di yayasan ini gak ada yang gak tahu dengan murid SMP kelas VII yang namanya Nabilah!!"
"(Nabilah tersenyum manis) kak Kinal bisa aja, gak lah... Nabilah gak setenar itu kali kak... orang Nabilah bukan Idol kok!" Nabilah coba membalas ucapan Kinal dengan bercanda. *diam sesaat*

"emm~ Kapan mau jenguk kak Ve?!" tanya kinal membuyarkan kabut kediaman, membuat Nabilah menatapnya "um~ (Nabilah tidak mengeluarkan kata lain, dia hanya menggeleng)"
"kenapa menggeleng gitu? Kamu gak mau jenguk kak Ve?"
Nabilah masih diam "kamu gak kangen sama orang yang dulu suka ganggu kamu? saat dia masih jadi arwah!?" Nabilah masih tetap diam dengan pikirannya memainkan kilasan lalu "saat Ve bangun dari komanya, kamu malah tidur dan bikin semua orang panik, cemas, hawatir bukan main, 48jam kamu menutup mata, telinga, dan tidak menggerakan tubuh kamu sama sekali!" Nabilh hanya tersenyum tipis "dan sekarang.. sudah hampir dua minggu Ve bangun dari koma dan dia menjalani perawatan, tapi kamu belum pernah menjenguk dia!"

Nabilah mengalihkan tatapannya dari kinal dan berpikir sendiri. Dia bukan tidak ingin menjenguk Ve, dia juga bukan tidak merindukan Ve yang sudah dia anggap kakak, tapi... kondisi Ve saat ini tidak memungkinkan untuknya bisa bicara seleluasa dulu, ketika Ve tidak terlihat oleh orang-orang lainnya. Nabilah hanya bisa memikirkan dan berharap kondisi Ve akan terus membaik dan dia bisa masuk lagi sekolah dan menjalani semua aktifitasnya, meski tidak bisa mengingat dirinya.

"kak Kinal yakin, kalau kalian bisa bertemu secara langsung.. Ve pasti bisa ingat sama kamu, Nabilah!" Nabilah hanya bisa diam "kamu yang menolong dia, kamu yang membawa dia kembali dari dunia yang tidak seharusnya dia diami, kamu bukan cuma sekedar perantara pulangnya lagi Ve. Tapi kamu juga... penyatu antara kak Kinal, kak Ve sama kak Stella!" Kinal memegang bahu Nabilah dan membuatnya bisa menatap dia "Ve pasti ingat sama kamu, karena kalian pernah saling kenal, bahkan mungkin kamu jauhhh lebih mengenal sosok Ve ketimbang kak Kinal atupun kak Stella!" ~ "apa yang Kinal bilang itu benar!" Nabilah dan Kinal melihat sosok yang bicara "kak... Stella. . ."
"kalau kamu bisa melihat Ve dan Ve bisa melihat kamu balik, dia pasti ingat sama kamu, dia pasti ingat akan apa yang sudah kalian lakukan selama 48jam itu!" Nabilah kini sedang melihat Stella yang mulai mendekat kearahnya dan kinal (sebenarnya, Nabilah dan Ve berkomunikasi bukan 48jam tapi lebih, dan bisa di hitung dengan hitungan hari yang ada di kalender. Sampai akhirnya ada pengumuman mendadak tentang misi 48jam 48nama) Stella duduk di sebelah kanan Nabilah, jadi posisinya Nabilah kini diapit oleh 2sahabat baik Ve.
"pertama kakak lihat kak Ve pas sadar dari koma nya... dia juga tidak mengenali kakak, sebagai teman satu geng nya di putri jakarta,-" ~ "tapi kak Ve ingat kalau kak Stella itu sahabat kecilnya!!..." Nabilah memotong ucapan Stella "cuma Nabilah yang gak dikenali sama kak Ve, karena Nabilah tidak pernah melakukan kontak apapun dengan kak Ve di dunia nyata. Nabilah sama kak Ve cuma di pertemukan di dunia lain yang hanya Nabilah yang tahu, selebihnya... siapapun yang Nabilah temui di dunia itu, nantinya. Sepertinya tidak akan mengenali Nabilah!! Tidak kak Ve, atau 'kak Ve' lainnya kalau nanti Nabilah dimintai tolong sama mereka!! Nabilah cuma perantara antara dua dunia!!!" ucap Nabilah setelah dari tadi hanya diam dengan suara terdengar haru.
Stella dan Kinal melihat Nabilah yang dari tadi saat mengucapkan kalimatnya hanya memandang kosong kearah depan
"Nabilah udah senang saat bangun, dan dengar kalau kak Ve udah sadar dari komanya, ternyata apa yang Nabilah lakukan tidak berakhir sia-sia! Nabilah bisa memberikan pertolongan untuk mereka yang butuh!!" jelas Nabilah, dengan diakhiri tundukan kecil dari kepalanya.

Setelah kejadian terakhir di pinggir sungai. Nabilah dilarikan ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri, sementara Ve berjuang dalam kondisinya yang sempat menurun dan alat deteksi jantungnya sempat memunculkan garis panjang dengan suara nyaring yang lurus tidak berbunyi beep, beep, beep, tapi hanya berbunyi beeeeeeeep... Keesokan harinya, ketika Ve dinyatakan sudah kembali dari komanya, setelah semalam dia berjuang diantara dua dunia. Nabilah malah tidur tapi bukan dengan kondisi koma, entah apa dokter pun tidak bisa menjelaskan. Tubuhnya merespon infus ataupun obat-obatan yang dimasukan ke tubuhnya namun Nabilah tidak bisa membuka matanya hingga 48jam lamanya dia tidur (Nabilah sepertinya terkena syndrome penyakit 'putri tidur' :D).

Beberapa hari setelah Nabilah bangun dari 'tidurnya', dia tahu semua cerita kalau Ve sudah kembali dari komanya dan bahkan dia sudah sadarkan diri dan bisa mengobrol dengan orang tuanya, dan juga dengan Kinal dan Stella. tapi, Nabilah merasa sedih ketika dia tahu kenyataan kalau Ve tidak mengingatnya. Kinal menceritakan tentang Ve yang sama sekali tidak ingat pernah meminta bantuan pada Nabilah untuk meminta maaf pada murid-murid di Putri Jakarta, malah Ve bertanya kenapa dia harus meminta maaf pada murid-murid di sekolahnya itu. Ternyata Ve kehilangan beberapa memory baru nya yang dia alami sebelum kecelakaan akibat benturan dari kecelakaan tersebut, Ve hanya tahu kalau dia itu sahabatan sama Kinal dan dia tidak mengingat sempat bermusuhan dengan Kinal dan berteman dengan Stella, Yona dan Dhike lalu membuat kekacauan di Putri Jakata, dengan menjadi geng paling populer dengan bully an nya.

Tapi anehnya... Ve bisa mengingat Stella sebagai teman mainnya waktu kecil, sebagai Stella yang selama ini dia cari keberadaanya dengan cara diam-diam tanpa sepengetahuan papa nya. Padahal saat meminjam tubuh Nabilah dan bilang kalau dirinya bodoh karena tidak bisa menyadari Stella yang berteman dengannya adalah Stella yang selama ini dia cari.
Nabilah menghabiskan masa rawatnya dengan rasa sedih menyergap hatinya, karena Ve yang sudah mulai dia anggap seperti kakak dan bahkan Nabilah masih ingat dengan permintaan Ve untuk menganggapnya sebagai kakak dan dia jadi adik untuk Ve, apalagi dia satu rumah sakit dengan Ve. Sesekali Nabilah bisa lihat Ve di taman rumah sakit dengan Stella atau dengan Kinal atau dengan keduanya bahkan dengan Yona dan dan Dhike yang terlihat begitu akrab. Nabilah merasa iri karena dia tidak bisa dekat dengan Ve yang dulu dia bisa begitu terbuka dengan arwah nya Ve. Mungkin perasaan iri itu muncul karena Nabilah sudah merasa nyaman ketika berbagi cerita, ataupun mendengarkan cerita Ve yang sama seperti saat dia bercerita pada Melody kakak kandungnya sendiri. Apalah daya, semua sudah terjadi dan Nabilah hanya bisa diam dengan sedikit kesedihan merundung hatinya tapi lebih banyak kebahagiaan, karena dia bisa melihat Ve yang sekarang begitu terlihat gembira dengan di kelilingi orang-orang yang menyayangi dia termasuk orang tuanya.

"itu kenapa, kak Kinal mau kamu temuin dulu kak Ve secara langsung! Kak Ve memang tidak mengingat kamu karena kamu belum pernah kontak apapun dengannya secara nyata, mau diwaktu sebelum kecelakaan atau di waktu yang jauh sebelum kecelakaan itu datang di kehidupannya. Tapi... banyak orang bilang, kalau kontak batin itu lebih kuat, ikatan yang sempat terjalin meski sesingkat apapun akan selalu mendatangkan kesan, apalagi kamu sama kak Ve di pertemukan dalam dunia yang entah apa kita harus menyebutnya!"
"seperti yang kak Stella alamin, kak Stella gak pernah bisa membayangkan kalau kak Ve bangun dari komanya dan.. dia akan melaporkan kakak ke kantor polisi, karena kakak yang menyebabkan dia mengalami kecelakaan. Tapi semuanya di luar dugaan, Ve tidak ingat tentang apa yang kakak ucapkan di pinggir sungai, Ve tidak ingat dengan kisah setahun kita jadi orang paling menyebalkan di sekolah, namun Ve malah mengingat kakak dengan kisah dulu kita yang bahkan selama ini dia tidak menyadari hal itu!" Stella diam sejenak "Ve punya hati yang tulus, dia tidak pernah mempersalahkan apa yang sudah di perbuat orang lain padanya, dia bahkan... entah dengan sengaja atau memang dia lupa, dengan apa yang sudah kak Stella lakukan padanya!. . . Dia pasti ingat sama kamu, Nabilah. Temui lah dulu Ve, biarkan dia melihat siapa yang sudah memberikannya pertolongan disaat orang lain bahkan orang terdekatnya sendiri tidak bisa memberikan pertolongan!!" Nabilah diam sejenak, lalu dia beranjak dari kursi taman itu dan membuat Stella juga Kinal menatapnya
"udahlah kak, Nabilah gak mau jadi beban untuk kak Ve. Nabilah gak mau makasain pikirannya kak Ve untuk mengingat siapa Nabilah, biarlah waktu yang akhirnya akan membuka semua ini. Biarlah kak Ve mengingat Nabilah dengan caranya sendiri, kalaupun tidak ya... mungkin itu memang sudah seharusnya!! ~ Nabilah pulang dulu kak, kak Melody sudah menunggu di depan. Makasih untuk kata-katanya, salam untuk kak Ve!"
ucapnya dengan diikuti senyum, kemudian dia pergi tanpa ada halangan dari Kinal ataupun Stella.

Selama masa pemulihan Ve, Kinal dan Stella selalu berusaha membuat Ve ingat dengan sosok Nabilah yang dia temui ketika dia menjadi arwah. Mereka ingin melihat Ve ingat dengan Nabilah bukan karena alasan apapun, hanya karena ingin biar Ve ingat dengan siapa yang sudah berusaha membantunya dan akhirnya membuat mereka bertiga kembali menjadi sahabat, sekedar untuk menyampaikan rasa terima kasih pada Nabilah, sang penolong.

Hari berganti ke hari berikutnya, rutinitas tetap sama. Sekolah, kuliah, kerja, diam di rumah atau apapun yang setiap harinya terus continue. Sampai tak terasa sudah berganti hari dengan hitungan minggu. 48hari pasca masa pemulihan akhirnya Ve bisa kembali ke sekolah, meski dengan bantuan dua tongkat penyangga karena kaki sebelah kirinya masih mengalami cedera dan butuh waktu yang tidak sebentar untuk kembali memulihkannya, tapi ia tetap terlihat penuh semangat menyambut masa kembalinya hari-hari yang akan dia jalani sebagai seorang pelajar, dan bukan lagi sebagai seorang pasien.

Kehidupan Ve saat ini jauh lebih baik dari Ve sebelum kecelakaan bahkan sebelum menjadi pembuat onar di sekolah. Orang tuanya yang sekarang semakin perhatian, tidak lagi membiarkannya duduk dalam ruangan besar yang kosong sendirian. Dua sahabat yang kini ada di sampingnya ditambah Yona, dan Dhike (seharusnya ada Nabilah) yang membuat kehidupannya mendekati sempurna untuk remaja seusianya.

Ve sudah di tunggu oleh Kinal, Stella, Yona dan Dhike di depan gerbang. Dia melambaikan tangannya pada mereka dengan diikuti senyum manis, Ve diantar oleh mama nya ke sekolah.
"gimana? hari pertama sekolah... lagi!" kata Kinal menyambut, Stella sudah berdiri disamping Ve
"mm~ deg-deg an, hehehee--"
"relax Ve, everything its gona be on the right way now..."
"sok inggris si cici satu ini!" sahut Yona yang mendapat delikan maut dari Stella setelah ucapannya. "ya! Don't stare at me like THAT!!" Yona mencoba melindungi dirinya dari tatapan Stella
"hemm~ ngeledek Stella sok inggris, sendirinya sok bule!" Dhike ikut membaur dengan gimik muka tsundere ditambah ucapan dinginnya meledek Yona.
"Yeey, Dhike belain gue!" girang Stella, Yona hanya bisa menekuk bibirnya
"siapa juga yang belain kamu!" kata Dhike masih dengan tone cold nya, yang kini bisa membuat Yona tersenyum penuh kemenangan. Kinal dan Ve hanya tersenyum melihat scene itu.

Setelah beberapa menit berbincang mereka pun mulai berjalan memasuki sekolah. namun belum mereka mulai melangkah, mereka berpapasan dengan Nabilah yang baru datang. Stella, Kinal, Dhike dan Yona melihat Nabilah yang sudah terlebih dahulu melihat mereka, lalu melihat Ve.
"ada apa? Kenapa pada berhenti?" tanya Ve heran, melihat sahabat-sahabatnya. Ini kali pertama Nabilah bisa bertatap muka langsung dengan Ve dalam keadaan Ve yang sudah normal bukan dengan Ve yang dulu bergentayangan sebagai arwah. Nabilah melihat Ve, dari matanya terpancar rasa bahagia yang bercampur dengan sedih, ketika melihat Ve yang ternyata sudah bisa kembali memulai aktifitasnya sebagai pelajar, dan pasti akan kembali menjalanai kehidupannya sebagai gadis remaja. Namun sayang, Ve tidak mengenalinya dan tidak menyapanya seperti waktu dulu, dan hal itulah yang membuat Nabilah terlihat sedih.

"Nabilahhh~" suara Ayana tidak hanya membuat Nabilah yang sedang melamun bisa kembali kealam nyata, tapi juga membuat Stella, Kinal, Dhike, Yona dan juga Ve melihat kearahnya. "Nabilah.." bisik Ve yang tidak terdengar oleh siapapun, dia merasa pernah mendengar nama itu.
"kamu ngapai,- ehh. . . ada kakak-kakak senior! Selamat pagi kak Kinal, kak Stella, kak Dhike, kak Yona, kak. . ." Ayana terbelalak ketika melihat senior yang belum dia sebutkan namanya "k..ak Vee..." lanjut Ayana dengan senyum, dia dapat senyum balik dari senior lainnya. Lalu mengalihkan pandangannya pada Nabilah yang masih mematung dengan pikiran bisa dia kuasai
"ke kelas yuk, Bil! Gaby udah nunggu, ada PR yang belum dia kerjakan karena ada yang gak bisa katanya!!" ajak Ayana, membuat Nabilah mengerung. Sejak kapan di Putri Jakarta ada PR? Pikir Nabilah (yayasan ini, memang tidak memberikan tugas pada staff pengajar untuk memberikan pekerjaan rumah pada murid-muridnya. Kalaupun ada tugas, pasti harus di selesaikan di sekolah tidak di bawa ke rumah) *gak ada PR bukan berarti gak PintaR* :D #pengalaman penulis :v . Nabilah hanya bisa mengangguk pelan lalu mengucapkan permisi pada senior-senior yang ada di depannya, dia dan Ayana mulai berjalan meninggalkan Ve, Kinal, Stella, Dhike dan Yona.

Ayana tahu cerita tentang Ve yang tidak mengenali Nabilah, saat dia melihat wajah Nabilah yang sedih, dengan segera otak kiri Ayana memproses untuk mencari sebuah alasan demi membawa Nabilah keluar dari kerumunan senior-senior terutama dari Ve.

"kamu gak apa-apa Bil?" tanya Ayana setelah jarak mereka dengan seniornya cukup jauh,
"aku gak apa-apa! hmm~ senang rasanya melihat orang yang dulu aku tolong udah bisa kembali ke kehidupan aslinya!" dengan senyum getir Nabilah menjawab. Dia dan Ayana terus berjalan sampai tibalah di kelas.

Sementara Kinal, Stella, Ve, Dhike dan Yona masih diam di depan gerbang
"Ve, ayo kita masuk!" ajak Stella, Kinal dan yang lainnya termasuk Stella tidak mendengar respon Ve "Ve.." Stella memegang bahu Ve, membuat dia terlihat sedikit terkejut karena ternyata ia sedang melamun "kamu kenapa? ada yang sakit?!" tanya Stella khawatir, Kinal mendekat hingga berdiri di samping kiri Ve menemani Stella yang ada di samping kanan
"apa... kepala kamu pusing lagi? kita pulang lagi ya!?" giliran Kinal yang bertanya
"aku panggil taksi!" Dhike menawarkan, dengan tangannya mengeluarkan Touch Phone nya
"e~ eh~ ja-jangan, jangan! Aku gak apa-pa kok!!" Ve menyetop tangan Dhike saat dia akan menghubungi perusahaan taksi "aku beneran gak apa-apa, cuma..." dia berhenti sebentar
"cuma apa, Ve?" Yona lebih dulu bicara menanggapi Ve.
"emm~ soal anak SMP tadi. . . dia... apa aku pernah mengenalnya?" Ve bicara dengan pertanyaan yang membuat Kinal dan Stella terkejut 'apa dia ingat dengan Nabilah?' pikir Kinal 'apa mungkin?' bisik Stella. Dhike dan Yona hanya bisa memperhatikan dalam diam. "dia kah? Nabilah yang pernah kalian tanyakan padaku?" Ve melihat Kinal dan Stella, lalu keduanya mengangguk untuk menjawab Ve.

Kinal dan Stella memang selalu menyinggung nama Nabilah meski tidak langsung ke inti permasalahan, mereka sedikit demi sedikit menuntun Ve untuk masuk kedalam keadaan saat dia koma. Tapi semakin Ve berpikir malah semakin sakit kepalanya karena terlalu memaksa untuk memperkerjakan memory nya. Lagian sekeras apapun Ve mencoba untuk mengingat, dia tetap tidak bisa mendapat sedikitpun gambaran tentang Nabilah. Tidak seperti Stella, Dhike dan Yona dengan kisah geng bully mereka selama satu tahun menjadi penguasa Putri Jakarta, Ve bisa mendapatkan sedikit demi sedikit gambaran tentang mereka di waktu sebelum kecelakaan itu, dengan ingatan tentang Stella yang tidak pernah berubah sebagai sahabat, kakak yang pernah dia punya waktu kecil, sebagai memory tambahannya. Kinal dan Stella tidak begitu frontal memaksa Ve untuk ingat siapa itu Nabilah, kalau Ve bertanya atau meminta mereka untuk menceritakan Nabilah, mereka menceritakan tapi kalau tidak mereka diam dan membahas hal lain.

"kamu ingat sama Nabilah?" tanya Kinal dengan perasaan was-was takut Ve merasakan kepalanya sakit lagi. Ve menghela nafas lalu menggeleng.
"ya udah gak apa-apa, jangan terlalu memaksakan ingatan kamu!" Stella mencoba membesarkan hati Ve
"dia sepertinya begitu baik, manis, tulus, kayak ada sesuatu yang beda di dalam dirinya!" ungkap Ve. Sahabat-sahabatnya hanya bisa senyum lalu mereka mulai berjalan untuk menuju kelas.

Kata orang. . . sekarang waktu itu berlalu begitu cepat, jam berganti dalam satu kedipan, hari berlalu tanpa terasa seperti angin sepoi yang lewat di musim panas. Hari ke-8 Ve setelah hari pertamanya memulai kegiatan dia, hari ini Ve paling terakhir keluar dari sekolah karena dia harus mengikuti pelajaran tambahan untuk mengejar semua ketertinggalannya. Biasanya Stella atau Kinal ada menunggu tapi kali ini kedua nya tidak bisa menunggu Ve dan untuk Ve itu tidak masalah, karena pulangnya nanti dia dijemput oleh supirnya.

Pelajaran tambahan berakhir di jam 4, Ve berjalan dengan bantuan tongkatnya menuju ke depan. Sampai di depan dia mengitarkan matanya mencoba mencari apa mobil yang menjemputnya sudah datang atau belum, saat Ve mengitarkan kedua matanya, dia melihat Nabilah sedang duduk sendirian di halte. Karena ingin tahu tentang Nabilah dan kebetulan supirnya juga belum datang, Ve memutuskan untuk menghampiri Nabilah.

"hai" Ve mencoba menyapa, Nabilah yang sedang menunggu Melody dengan sambil mendengarkan ipod, terkejut ketika melihat sosok Ve sudah ada di sebelahnya. Dia hanya diam dan menatap Ve tanpa membalas sapaan Ve. "haloooo~ haiii~" Ve melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Nabilah. "heiii~ Nabilah..." sekali lagi Ve memanggil dan kali ini dia mendapatkan respon dari Nabilah berupa kedip-kedipan mata Nabilah yang cukup cepat "Nabilah... kan?" lalu Nabilah mengangguk pelan, Ve tersenyum Nabilah pun ikut tersenyum tapi tidak tahu kenapa dia harus tersenyum.

"mm~ lagi nunggu siapa? Kok belum pulang?!" Ve mencoba berbasa-basi,
"eehh~ lagi nunggu kakak aku, tadi ada meeting dulu sama anggota ekskul!" jawab Nabilah singkat. Setelah itu Ve hanya menyimpulkan 'Oh' dan mereka berdua berakhir dengan saling membisu, tidak seperti Ve dan Nabilah yang waktu dulu jika sedang bersama, meski Ve tidak kasat mata Nabilah bisa dengan leluasa bicara ini~ itu padanya dan hampir tidak ada space untuk dia diam seperti sekarang ini. beberapa menit mereka dalam diam, terlihatlah mobil sedan dengan warna dark yang begitu mengkilap. Nabilah tahu kalau itu mobilnya Ve, dengan tanpa sadar dia bicara
"jemputan kakak udah datang tuh. . . " ucapnya sambil menunjuk sedan Hitam nya Ve, Ve mengkerutkan alis matanya "kamu... tahu kalau mobil itu akan menjemput kakak?" tanya Ve, Nabilah baru sadar kalau dia kelepasan bicara
"mm~ iya, itu- ehh~ Nabilah cuma nebak, soalnya yang. . . ada disini kan cuma Nabilah sama kakak, jadi... itu pasti mobil yang akan jemput kakak, soalnya itu bukan mobil kakak aku!"
jelas Nabilah memberikan alasan dengan sedikit terbata di awal kalimatnya.
Ve menerima alasan Nabilah meski di dalam hati dia terus memikirkan Nabilah dan diam-diam pikirannya kembali mengolah memory nya. Sedan semakin dekat dan Ve pun berdiri dari duduknya, tapi karena dia kurang hati-hati dan terlalu fokus pada pikirannya tentang Nabilah, tangannya sedikit terpeleset saat akan menggunakan tongkatnya. Untungnya Nabilah bisa melihat adegan itu dan segera berhamburan menolong Ve yang akhirnya tidak jadi jatuh karena dia tidak memegang tongkat, saat tangan Nabilah memegang tangan Ve untuk menahannya, Ve merasakan suatu koneksi dengan Nabilah, matanya memutarkan kilasan balik suatu kejadian yang untuk Ve sepertinya tidak asing
"Kakak gak apa-apa?" Nabilah bertanya dengan tangannya masih memegang Ve "kak~ kak Ve..." Ve sadar dari acara menonton pikirannya dan dia bisa mengendalikan dirinya "eh? em~ ng-nggak, gak apa-apa.. makasih ya...." ucapnya, Nabilah hanya mengangguk.

Ve pun berjalan masuk kedalam mobilnya, dengan matanya masih dia pakai untuk melihat Nabilah. Ve masuk dan mobilpun melaju perlahan meninggalkan Nabilah sendirian di halte seperti sebelumnya.

Setelah kejadian di halte, Ve mulai intens menanyakan tentang Nabilah pada Kinal dan Stella. Awalnya Kinal dan Stella heran dengan Ve yang begitu antusias ingin tahu tentang Nabilah, padahal dulu saat di rumah sakit dia jarang sekali membawa Nabilah dalam bahasan obrolan yang dia buat. Tapi kemudian keheranan itu mereka singkirkan dan dengan senang hati keduanya bercerita tentang Nabilah (cerita Versi yang mereka tahu, tidak begitu gamblang hanya berupa potongan)
"apa kalian pernah tahu? Aku sama Nabilah pernah satu rumah!?" Stella dan Kinal hanya bisa mengerung "apa... kalian tahu? aku sama Nabilah dulu pernah bertemu di rumah sakit? Tepatnya di sebuah lorong rumah sakit!" kembali keduanya hanya mengerung karena memang tidak tahu part yang Ve tanyakan "em, kalau yang ini kalian tahu gak? Aku sama Nabilah pernah pulang larut malam karena waktu itu kita... ngikutin kamu" ucapnya sambil nunjuk pada Kinal
"aku? Kamu sama Nabilah pernah ngikutin aku?!" Ve mengangguk
"iya, aku melihat... aku sama Nabilah ngikutin kamu...!"
"sepertinya kamu ingat siapa Nabilah~"
kata Stella sambil tersenyum
"emm~ aku gak yakin Stell. . . soalnya aku tetap tidak bisa ingat dengan jelas kalau aku pernah meminta bantuan Nabilah ataupun seberapa dekat aku sama dia dulu, semua masih sangat samar dan perlu banyak puzzle lain untuk menyatukannya secara utuh!"
ucap Ve
"udahlah Ve, jangan terlalu memaksakan pikiran kamu! Ada seseorang yang bilang sama aku... 'biarlah waktu yang membuka semuanya' apapun yang terjadi sekarang, biarlah waktu yang memberikan kamu jawaban!!"
Kinal menarik Ve dari persiapannya memasuki pikirannya lebih dalam untuk mengingat kejadian saat dia Koma. Stella mengangguk menyetujui ucapan Kinal, Ve pun ikut mengangguk dan membiarkan pikirannya kembali tenang.

Beberapa kali Ve berpapasan atau malah bertemu dengan Nabilah di kantin, di depan gerbang sekolah, di taman labirin, bahkan di lapangan basket ketika mereka menghabiskan waktu istirahat atau diam sejenak sepulang sekolah. Tapi mereka tidak pernah bertegur-sapa secara langsung, hanya Nabilah yang menyunggingkan senyum pertama kali layaknya Junior bertemu dengan senior pada umumnya.

Hari Kamis, 4hari setelah Ve dan Nabilah bertemu di halte. Ve bangun dari tidurnya dengan keringat membanjiri kening dan lehernya, dia baru saja masuk ke dunia yang sepertinya tidak asing untuknya, dia duduk diatas tempat tidurnya dan berbisik mengucapkan sebuah nama
"Na...bil....ah..."
dengan nafas yang masih naik-turun begitu cepat mengikuti suara bisiknya. Ve menundukan kepalanya dan... dia meneteskan air matanya, dia kembali menyebutkan nama Nabilah dengan diikuti kata maaf. Setengah jam lebih Ve hanya duduk diatas tempat tidurnya dengan ditemani tangisan dan bayangan Nabilah yang sudah dia buat kecewa karena dia melupakan Nabilah yang sudah menjadi penolongnya. Ve segera bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi, untuk segera bersiap-siap pergi ke sekolah.

Ve sampai disekolah, dia bergegas jalan menuju kelasnya dan saat sampai, ia meminta pada Kinal dan Stella yang sudah datang lebih dulu untuk menemaninya menemui Nabilah. Kinal dengan jelas menolak permintaan Ve bukan karena dia tidak ingin menemani, tapi karena waktu masuk kelas sebentar lagi berseru, Stella mengangguk menyetujui apa yang di ucapkan Kinal.
Apa yang Kinal jadikan alasan ternyata benar, Bell masuk bunyi hanya selang beberapa detik dari saat Kinal berucap. Ve memang kesiangan bangun karena mimpinya itu, ditambah dia malah duduk dan membasahi tempat tidurnya dengan tangisan terlebih dahulu, jadi saat masuk ke sekolah tinggal menyisakan waktu yang sangat amat mepet dengan waktu masuk untuk memulai pelajaran.

Selama mengikuti pelajaran pagi itu Ve terlihat tidak berkonsentrasi, sepertinya dia begitu memikirkan Nabilah yang sempat terlupakan olehnya. Kinal dan Stella saling melempar tatap, Kinal mengangkat matanya dan menunjuk Ve seolah bertanya 'dia kenapa?', dan Stella menjawabnya dengan mengangkat kedua bahunya memberikan isyarat 'tidak tahu!'.

Waktu yang ditunggupun tiba (waktu istirahat) Ve yang sudah menunggu waktu ini datang segera beranjak dari tempat duduknya dengan mengambil tongkat penyangganya yang hanya dia pakai di sebelah kiri, dan bersiap pergi tanpa melihat ke Kinal ataupun Stella untuk menemaninya seperti tadi pagi.
"Ve, kamu mau kemana?"
tanya Stella untuk melepas rasa herannya
"aku mau cari Nabilah!" kata Ve tegas dan melangkah dengan bantuan tongkatnya, dia melakukan pergerakan cepat seperti tidak ingin menghabiskan waktu istirahat dengan sia-sia.
Kinal dan Stella tidak punya kesempatan untuk bertanya lagi, karena Ve sudah mulai berjalan sendiri. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mengikuti Ve, dengan dipaling belakang Dhike dan Yona mengikuti.
"kenapa tiba-tiba kamu mau ca,-" ~ "aku ingat semuanya, aku ingat semua kejadian waktu aku terbaring koma dan meminta bantuan pada Nabilah yang bisa melihatku!" ucapan Kinal dipotong oleh Ve, tapi dia tidak marah, malah senang saat mendengar ucapan Ve. Sungguh diluar pemikiran akal sehat.

Nabilah, Ayana dan Gaby yang biasanya menghabiskan bekal makanan jatah istirahat mereka di kelas, kali ini malah berpetualang keluar kelas. Mereka bertiga berjalan kearah taman dengan begitu terlihat akrab dalam obrolan yang mengandung lelucon, karena mereka berjalan dengan 2diantara mereka tertawa sementara 1nya menekuk wajah karena jadi korban. Dhike yang pertama kali melihat rombongan Nabilah segera menunjuk dan yang lainnya menyadari, Kinal mencoba memanggil Nabilah untuk menghentikan laju kaki mereka, tapi jaraknya yang memang cukup jauh jadi penghambat suara Kinal sampai di indra pendengaran Nabilah. mereka gagal menghentikan Nabilah, dan mereka pun berjalan membelokan kakinya ke taman labirin, tempat yang sepertinya akan di datangi Nabilah, Ayana dan Gaby.

Baru ke3 sahabat berseragam SMP itu akan memulai acara makannya "Selamat ma,-" ucapan Nabilah terpotong oleh suara yang tidak asing di telinganya "Nabilah~" bukan hanya Nabilah yang tidak jadi menyuapkan bekal makanannya dan menengok kearah suara yang memanggil namanya, tapi Ayana dan Gaby pun ikut melihat kedatangan ke5 seniornya, yang kini sudah berdiri dihadapan mereka ber3.

Ayana dan Gaby saling menukar pandang lalu melihat seniornya dan kemudian berpaling pada Nabilah yang masih melihat Ve dan Ve pun sedang melihatnya. Ve belum bicara apapun, sementara Nabilah masih menunggu apa yang akan mereka lakukan padanya, pada Ayana dan juga pada Gaby. Tapi Nabilah lebih tertarik dan penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Ve.

"boleh ikut gabung?" suara Ve akhirnya terdengar setelah beberapa saat hanya melihat mereka.
"gabung? Ma-maksudnya?" Gaby yang pertama kali menanggapi
"iya~ kakak, sama teman-teman kakak boleh gabung sama kalian untuk menghabiskan waktu istirahat disini!?"
"Oh! Em~ i-iiya tentu boleh dong kak, aaayo sini duduk!" kali ini Nabilah yang merespon, dia berdiri dan memberikan tempat duduknya untuk Ve duduki (Ve dan Nabilah posisi berhadapan), Ayana dan Gaby masih duduk. Bukannya Ve duduk di tempat asal Nabilah, dia malah mencubit gemas hidung Nabilah "kamu masih sama ya, sama Nabilah yang kak Ve kenal! Baik, perhatian, polos, tapi kak Ve belum lihat sisi dewasa kamu!!" dengan diikuti ucapan, yang jangankan teman-teman lainnya yang sedang melihat adegan itu, Nabilah sendiripun masih bingung dengan tingkah Ve.
"adu-duh~ hsss--" Nabilah mengusap hidung bekas cubitan Ve
"sakit ya? Maaf-maaf, abis kak Ve terlalu senang. Bisa bicara sama kamu dengan posisi kak Ve utuh, terlihat oleh banyak mata! Enggak kayak dulu~"
"huh?" Nabilah menganga saat mendengar ucapan Ve
"Nab...ilah... ini kak Ve! Kamu lupa sama kakak?"
"huuuh?!" pertanyaan apa itu? Pikir Nabilah apa maksud ucapannya? Lelucon apa yang sedang dia buat?! atau... Apa. . . jangan-jangan kak Ve, Nabilah terbelalak saat dia sadar dengan kemungkinan Ve ingat dengan dirinya "ka..k Veee~" ucapnya pelan dengan nada percaya tidak percaya, Ve mengangguk dengan senyumnya "iya ini kak Ve! Kak Ve yang nyebelin, kak Ve yang bikin kamu pingsan saat kita pertama kali bertemu, kak Ve yang senang ganggu kamu, kak Ve yang dengan memaksa meminta bantuan sama kamu untuk minta maaf!!" Nabilah diam hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Ayana dan Gaby tersenyum senang karena akhirnya Ve bisa mengingat sahabat mereka; Kinal, Stella, Dhike dan Yona juga sama senangnya.

"kok diem? Kamu marah sama kakak, Bil?!" Ve merasa Nabilah marah karena Nabilah tidak merespon kata-katanya. Nabilah sedikit mengerung dengan raut bahagia yang di selimuti keharuan karena Ve ternyata bisa ingat dengan dirinya. "Nabilah.." panggil Ve, dengan suara seperti menahan tangis karena berpikir kalau Nabilah pasti marah padanya. Tapi tak lama setelah Ve memanggil Nabilah, dia menggeleng pelan,
"Nabilah gak marah sama kakak! Jadi... Ini beneran kak Ve?!" tuturnya dengan diakhiri pertanyaan konyol. Ve maju lebih dekat pada Nabilah, dia memeluk Nabilah dengan tangan kanannya yang tidak memegang tongkat penyangga
"iya! Ini kak Ve!! Orang yang sudah membuat kamu susah, dengan meminta bantuan kamu untuk melakukan hal yang mustahil. Orang yang membuat kamu terlihat gila saat orang lain melihat kamu bicara sendiri, orang yang sudah membuat kamu jatuh sakit!! Maafin kak Ve, dek~ maaf!!!" Nabilah membalas pelukan Ve dengan melingkarkan tangannya di pinggang Ve, dan mengeratkannya ketika selesai mendengarkan penjelasan Ve.
"kakak gak perlu minta maaf, gak ada yang salah kok! Nabilah senang, akhirnya kak Ve ingat dengan Nabilah!! Nabilah kangen sama kakak!!!" ucap Nabilah dengan air mata mulai menuruni kelopak matanya.
"kak Ve juga.. kak Ve kangen dengan cerewetnya kamu saat bercerita ataupun meminta cerita!".

Ve menarik Nabilah dari pelukannya "kakak, masih punya hutang sama kamu!" Nabilah mendekatkan alis matanya, mendengar ucapan Ve, dengan tangannya dia pakai untuk menghapus bekas air matanya. "kamu udah tahu? Apa yang akan kamu minta sama kakak? Setelah misi kita berhasil kita jalankan!" Nabilah merenggangkan alis matanya karena sekarang sudah mengerti dengan yang di ucapkan Ve, dia tesenyum sebelum akhirnya menjawab.
"Nabilah lupa sama hal itu kak!"
"tapi apa yang kak Ve ucapkan waktu itu adalah janji yang harus ditepati, Bil! Kamu harus minta sama kakak!!" tegas Ve
"em~ kalau kak Ve memaksa, ok! Nabilah minta..." Nabilah diam sejenak untuk berpikir "Nabilah minta. . . minta . . . minta koleksian Novel yang kak Ve punya untuk bisa Nabilah baca!" ucapnya membuat mereka semua yang mendengar menertawakan Nabilah "apanya yang lucu? Sama permintaan aku!" kata Nabilah melihat Ayana, Gaby, Kinal, Stella, Dhike dan Yona juga Ve yang malah menertawakannya.
"haha~ jelas itu lucu Nabilah! Kamu ditawari sama kak Ve yang kaya-raya apapun untuk bisa kamu minta, bukannya minta rumah kek, mobil, motor atau apapun yang lebih bernilai gitu! Nah ini malah minta koleksian novel, itu juga bukan diminta untuk dibawa pulang, tapi cuma untuk dibaca!! Hahahaa~ KURANG lucu apa coba?!" Ayana menjelaskan diikuti anggukan dari yang lainnya.
Nabilah menekuk bibirnya "Novel juga bernilai tahu! Bangsa yang Pintar itu bangsa yang pemuda-pemudinya suka membaca!!" ucap Nabilah membuat pembelaan
"ya tapi gak Novel juga kali! Hahaha~" ejek Ayana.
"mending komik aja sekalian, Bil. Biar Greget! Haha~" Gaby menambahkan ejekan untuk Nabilah.
"sudah-sudah! Kalian kok malah ngetawain adek aku sih, apa yang Nabilah bilang itu benar!" ~ "tuhh, itu baru kakak aku!" kata Nabilah senang mendengar pembelaan dari Ve untuknya "tapi.. apa yang dibilang Ayana sama Gaby jauh lebih benar, Bil!" serentak mereka semua tertawa mendengar ucapan Ve untuk Nabilah, yang akhirnya kembali merasakan di kerjai oleh Ve lewat kata-katanya.

Waktu istirahat pun akhirnya mereka habiskan dengan bercerita, yang menjadi sumber cerita Ve dan Nabilah, sementara yang lainnya diam menyimak menjadi pendengar yang baik, dengan tangan mereka membantu menghabiskan makanan di box Ayana, Gaby dan Nabilah.

Jangan menggampangkan kata Maaf, jangan meremehkan kata Maaf. Karena jika kita mempermainkan kata itu hanya untuk sekedar bersilat lidah, maka kata Maaf menjadi tidak berarti dan tidak pernah menjadi kata Ajaib yang bisa meluluhkan hati.
Jangan hanya meminta Maaf karena takut akan kesalahan yang sudah pernah di buat, serta ingin keluar dari suatu masalah, tapi meminta Maaflah dengan ketulusan hati dan berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi. Karena dengan satu kata itu. . . maaf yang tulus, semua hal yang sempat putus dan runyam bisa kembali halus dan membuat suasana kembali nyaman.

Kesempatan kedua selalu hadir dalam kehidupan mereka yang percaya akan adanya kesempatan, tinggal bagaimana mereka melihat dan menyikapinya. Tentang waktu datangnya kesempatan itu. . . biarlah Tuhan yang mengurusnya untuk kita.

Setelah hari itu... jalinan yang semula hanya sebatas teman berubah menjadi sahabat dan kemudian menjadi seperti saudara diantara mereka ber-8 (Nabilah, Ve, Stella, Kinal, Ayana, Dhike, Gaby dan Yona), mereka yang lebih besar selalu berusaha membantu kesulitan yang didapat oleh mereka yang lebih muda. Mereka semua menjalani kehidupannya dengan jalan yang sudah diberikan Tuhan untuk mereka.

*...Suatu Malam...*

Nabilah merasa haus, diapun memaksa tubuhnya untuk bangun dan mengambil minum ke dapur. Dengan mata setengah tidur Nabilah bergerak hingga dia sampai di dapur, tangannya meraih sebuah gelas, lalu membuka pintu kulkas dan mengambil sebotol air mineral, dia tuang saat itu juga dan kemudian meneguknya. Ketika setengah dari isi gelas sudah masuk ke tenggorokannya, Nabilah menutup kembali pintu kulkas, namun ketika pintu tertutup. . . Nabilah begitu terkejut melihat apa yang ada di depannya, refleks dia menyemburkan air minum yang masih ada di mulutnya, hingga membasahi wajah seorang perempuan berambut panjang dengan gaya belah tengah, yang entah dari kapan berdiri di dekat pintu kulkas. Dia menjadi basah kuyup dan wajahnya yang pucat pasi menjadi begitu jelas terlihat.
"Nabilahhhhh~ airnya dingin!" ucapnya membuat Nabilah berteriak "AAAaaaaa--- TIDAK LAGIiiiiiii!"

>>SERIUS, SELESAI!!<<
^_^ Arigatou untuk yang sudah mau meluangkan waktunya, membaca kisah GAJE dan Berantakan yang admin buat...

makasih buat Like nya, Coment nya, dan. . . kediamanannya juga :D ~ see you LATER! Sayonara...

2 comments:

  1. Ah, keren keren,, mau lagi dong,, walopun cerita tapi bikin greget,, Sugoii :( :D

    BalasHapus