Angel Brillo (Part II)
“Ndra! Passing..” teriak Bangkit kepada Hendra yang berlari men-dribble bola melewati beberapa pemain tengah Team K. Hendra pun memindahkan bola dari kakinhya ke kaki Bangkit yang berlari menuju free space di sisi kanan lini tengah Team K.
“Woy.. pass gue, Kit!” Adit berdiri bebas tanpa pengawalan di sisi kanan pertahanan Team K. Posisi defender yang seharusnya di tempati oleh Drain, kosong di tinggalkan karena semua berada di depan kotak penalty untuk mengantisipasi umpan-umpan diagonal yang ditujukan pada Hendra atau Ivan. Drain merasa dirinya harus bertanggung jawab atas pos yang di tinggalkannya, berusaha mem-block umpan crossing dari Adit. Beruntung bola masih dapat di tinju mejauhi area 12 pass oleh Portiere—penjaga gawang—Etsa Kurnia. Tapi, kemelut belum berakhir, bola yang menjauhi area penalty team K, menuju kea rah Ivan yang berdiri tanpa ada pressing dari tim lawan. Dengan sedikit control dada, ia langsung melakukan tendangan voli yang tepat mengarah ke gawang Etsa. Dewi Fortuna masih belum menghampiri Tim J, bola terjadi deflection karena terbentur salah badan dari Gaung yang berusaha mem-blocking tendangan tersebut. Alhasil, wasit memberikan tendangan sudut untuk Tim J. dan seketika itu, hakim garis, mengangkat bendera dan menunjuk titik corner. Adi yang mengambil tendangan itu segera memberi aba-aba kepada teman-temannya yang sedang berkutat di depan gawang yang dijaga oleh Etsa. Hendra, Banani, Bangkit, Pandu, Ivan dan aku dijaga ketat oleh pemain-pemain lawan. Antara lain, Hadi, Ja’far, Bima, Drain, Puguh dan Rahadian. Sementara Iksan dan Candra menunggu di tengah lapangan untuk mengantisipasi fast break—serangan balik cepat, di saat team lawan sedang tidak berada di posisi yang tepat untuk membangun pertahanan—yang sering dilakukan oleh kubu lawan ketika selesai terjadi corner kick. Adi mengambil ancang-ancang dan wasit pun meniup peluit tanda kicker diperbolehkan melakukan tendangan. Sesegera itu pun pemain bergerak dan berusaha menghampiri bola yang berputar di udara itu, bola berhasil di heading menjauh dari gawang oleh Ray yang turun cukup jauh untuk membantu pertahanan. Ternyata, bola itu jatuh di depan kakiku.
“sikat, Gun!!” teriak Amirul dari kejauhan. Tanpa pikir panjang lebar lagi, aku segera mengeksekusi bola tersebut. Tetapi, tampaknya keberuntungan belum memihak kami. Bola yang aku tendang ternyata melenceng tipis di sisi kiri gawang Etsa, dan hanya menghasilkan tendangan gawang saja. Bola mengalir cukup keras itu menuju kea rah Stella. Beruntung, bola itu tidak menyakitinya. Karena jarak antara lapangan dan tempat Stella dan Sonia berdiri, berjarak sekitar 6 meter. Sehingga bola yang melaju tadi, hanya menyentuh kaki Stella dengan frekuensi benturan yang tidak seberapa keras.
“aww..” teriaknya sambil mengangkat kaki kanannya. Saat itu Shinta Naomi—Naomi—Achan, Yuvia dan Sinka sudah pulang. Mereka memang pulang di waktu sore. Karena mengikuti latihan Dance bersama Miss Watanabe.
“kenapa, kak?” Sonia terkejut.
“ini, duh! Sakit kena bola..” curhat Stella sembari mengelus-elus kakinya. Teman-temanku menyuruhku untuk segera mengambil bola itu yang tepat di sebelah kanan kaki Stella. Aku kemudian berlari untuk mengambil bola tersebut. Sementara, ke-21 temanku yang berada di lapangan sibuk melanjutkan permainan dengan bola cadangan. Tak lama, aku tiba di dekat Stella.
“eh, maaf neng.. tadi saya nendangnya salah arah..” kataku sambil mengambil bola yang berada di sebelah Stella.
“oh, iya, mas. Nggak apa-apa..” kata Stella dengan senyuman manis.
“kakinya.. nggak apa-apa, kan?” tanyaku penasaran.
“hmm.. nggak apa-apa, paling cuman memar..” Stella kembali menebar pesona melalui senyuman nya.
Belum selesai aku berbincang-bincang dengannya, Coach RD memanggilku untuk segera kembali ke lapangan.
“Gunung..!” teriak Allenatore Rahmad Darmawan.
Aku segera menoleh dan menganggukan kepala.
“tuh, udah di panggil, balik gih..” kata Stella mengingatkan.
“hmm.. oke..” aku segera membalikkan badan dan berjalan menjauhi Stella. Tapi, terbesit pikiran “aku ingin tahu siapa namanya”. Aku menghentikan langkahku sejenak dan berputar lagi menghadapnya.
“eh, neng.. namanya siapa?” tanyaku.
“Stella..!” ucap Stella.
“ouh, oke! Adios, senorita—sampai jumpa, nona—..” teriakku sambil berlari.
Stella tampak kebingungan, apa yang baru saja aku katakan.
Permainan pun kembali dimulai. Timku tertinggal 4 angka oleh Tim K. Amirul sebagai El Capitano menyemangati para kolega-nya. 1 kalimat saja yang terucap dari portiere berusia 18 tahun ini. Umur yang sama denganku. Yaitu ; “tunjukkan bahwa kita tidak salah menapakkan kaki disini, di awasi oleh pelatih professional.. kita harus bisa berjalan dengan kepala mengadah, ketika menginjakkan kaki di rumput Stadion Stamford Bridge! London, Guys!” kalimat ini tedengar sangat optimis, mengingat pelatih juga Nampak “srek” dengan penampilan kami semua di atas lapangan hijau ini.
Waktu terus berjalan, hujan pun mulai turun, gerimis halus, hingga hujan deras membasahi kami yang berlarian mengejar bola. Keringat bercampur air hujan, tidak menyurutkan semangat kami untuk menyelesaikan latihan yang tersisa tinggal 3 menit waktu normal. Skor terlihat 5-3. Keunggulan bagi Tim yang ban kaptennya tersemat di lengan kiri Nanta ‘Drain’. Atau yang biasa di panggil ‘Duro’ ini. Keunggulan Tim K masih Nampak mencolok. Kesempatan bagi Timku dating, Puguh yang memberikan umpan pada Gaung, ternyata masih terlalu lemah, akibat genangan air di beberapa titik lapangan. Yang mengakibatkan terhambatnya lagu si kulit bundar. Bola berhasil di serobot oleh Bangkit. Kemudian, pemain bernomor punggung 36 ini men-driblle bola melewati Ray, Nawandaru dan Zuhdy. Hingga tinggal berhadapan saja dengan penjaga gawang, sayang seribu sayang. Tendangan pemain yang memiliki kecepatan ini, masih dapat di block oleh Etsa, yang sepanjang pertandingan bermain cukup taktis. Dengan sergap, Bima membuang bola jauh kedepan. Hadi yang dituju. Sliding Tackle dari Iksan mampu menghentikan lagu dari peain yang berposisi sebagai Stopper ini. Hanya menyisakkan 15 detik waktu normal. Timku nampaknya sudah kelelahan. Ivan yang baru mendapat bola hasil umpan Pandu langung membuang bola jauh ke depan. Tak disangka, bola menghujam masuk ke dalam jala gawang kiper asal Ibu Kota Indonesia ini. Etsa yang maju beberapa langkah dari kotak penalty tidak mampu menghadang tendangan spektakuler dari Playmaker berusia 17 tahun ini yang mengidolakan pemain yang berposisi sama di Arsenal, Santi Cazorla. Hampir dari 1 ∕3 lapangan tendangan itu di eksekusi. Goaall!! Teriak tim kami merayakan gol yang di cetak pemain yang bermain layaknya Luka Modric—playmaker Real Madrid C.F—selama 90 menit ini. Sayang, gol itu tak mampu membalikkan kedudukan maupun menyamakan skor, apalagi menyelamatkan tim kami dari kekalahan. Karena hasil akhir Tim J Vs Tim K adalah 4-5. 5 gol dari tim K, dicetak masing-masing melalui kaki Gaung (Minuto 15’) yang mendapatkan umpan terobosan dari Rahadian yang juga berfungsi sebagai pengatur serangan Tim K. gol kedua oleh Zuhdy (Minuto 18’) dengan gaya Palonetto—bola di angkat melewati atas kepala penjaga gawang—Nawandaru (Minuto 45’+1’) memanfaatkan kelengahan lini belakang timku dan menjebol gawang Amirul melalui heading sesaat setelah terjadi kemelut di depan gawang. Drain (Minuto 55’) melalui tendangan keras menyusur tanah dan Rahadian (Minuto 65’) memanfaatkan kesalahan lini belakang, saat Banani dan Pandu melakukan miss pass—salah umpan—sementara 4 gol dari Timku di cetak oleh Hendra (Minuto 22’) setelah menerima umpan matang dari Ivan dan tinggal berhadap-hadapan dengan Etsa. Adit juga menyumbang sebiji gol untuk timku (Minuto 40’) setelah menerima umpan dari Candra yang sebelumnya menusuk ke dalam pertahanan Tim K. Iksan (Minuto 72’) dan Man of The Match (Minuto 90’). Benar-benar pertandingan yang seru! Man of The Match patut di sematkan kepada Offensive Midfielder (OMF) bernama lengkap Ivan Eliansyah ini. Sang creator gol indha dari 1/3 lapangan. Kami pun berkumpul untuk mendengarkan instruksi dari Coach Rahmad Darmawan dan Assisten Coach Djoko Susilo. Setelah sekitar 15 menit mendengarkan arahan dari kedua pelatih ini, kami pun segera pulang ke rumah masing-masing. Saat aku berjalan pulang, aku sudah tak melihat gadis bertinggi kurang lebih 155 cm beserta saudara perempuannya yang tadi berdiri di samping depan SMA48. ‘Ah, mungkin mereka berdua sudah pulang’ gumamku. Karena mereka berdua tak kunjung pulang, dan waktu sudah sore hari menjelang petang, mama Sonia dan Stella, ternyata sudah menjemput mereka, di saat kami masih asyik menikmati menu latihan dari Coach asal yang juga berpangkat Kapten di Marinir, Rahmad Darmawan.
Matahari pagi mulai menampakkan cahaya nya. Menyinari bumi di pagi hari dengan kehangatan sinarnya. Shinta Naomi, gadis kelahiran 10 Juli 1994 ini tampak membangunkan adiknya, Sinka Juliani. Yang umurnya 2 tahun lebih muda dari kakaknya Shinta Naomi. Kedua kakak beradik ini memang hamper mirip jika ku lihat. Keduanya sama-sama menggemari dance.
“dek, bangun dong.. udah pagi nih, keburu telat ntar..” Naomi berusaha membangunkan adiknya.
“hmm.. bentar atuh, kak. 5 menit” keluh Sinka yang berusaha menarik selimut yang di pegang oleh kakaknya.
“udah jam 7 lho, dek..” Goda Naomi.
“haa! Terlambar dong aku, kak!” Sinka yang rekejut, langsung terbangun dan berlari menuju ke kamar mandi. Naomi hanya tersenyum melihat adiknya termakan oleh trap-nya. Padahal, saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.05 WIB. Dan sekolah SMA48 masuk pukul 07.00 WIB. Tapi, tak ada salahnya kan, membangungkan seseorang 1 jam lebih awal dari jadwal masuk sekolah? Tak lama Cindy Yuvia datang ke rumah Naomi dan Sinka. Dengan mengenakan seragam sekolah. Gadis yang akrab di sapa Yupii ini menanti Sinka, untuk di ajak berangkat ke sekolah bersama-sama. Ternyata, Rona, Yona, Della, Vanka kebetulan berjalan bersama melewati rumah Naomi dan Sinka.
“lho, itu kan Yupi!” sahut Yona.
“iya, tuh! Samperin yuk” ajak Thalia.
“yuk..!” jawab Rona dan Della bersamaan. Mereka berempat menghampiri Yupii yang sedang duduk di teras. Sambil memegangi handphone-nya.
“ohayou, Yupii!!” teriak mereka bersamaan.
“eeitts..” Yupii yang sedang serius mengetik sms, terkejut.
“hahahahaha..” mereka berempat tertawa.
“ah, kalian mah, kagetin aja..” teriak Yupii gregetan.
“uuu.. kasian si dedek kecil” ucap Yona dengan wajah yang manis.
Mendengar candaan mereka berlima, Naomi segera mengingatkan adiknya untuk bergegas dalam berganti pakaian.
“dek, buruan, temen-temenmu udah pada ngumpul!” nada halus Naomi sambil mengetuk-ketuk pintu kamar Sinka.
“iya, kak! Bentar..” elak Sinka. Kemudian, Naomi pun keluar rumah menuju ke teras dan menghampiri kelima calon member Idol Group JKT48 Team K ini. Yaitu, Cindy Yuvia, Della, Rona, Ivanka dan Yona. Mereka berlima hanya sedikit dari puluhan bahkan ratusan calon member JKT48 yang harus melalui tahap audisi, seleksi, dan pelatihan. Untuk saat ini, calon-calon member JKT48 sedang mengikuti KMB—Kegiatan Belajar Mengajar—di SMA48. Bersama Senpai-senpai dari Sister Group-nya AKB48.
“guys, tungggu bentar yah, adekku masih ganti baju seragam” kata Naomi.
“iya, kakak Naomi..” jawab mereka kompak. Naomi hanya tersenyum manis. Tiba-tiba, handphone Naomi berbunyi. Nampaknya sms dari Stella.
“Naomi, yuk berangkat bareng. Gue bawa mobil hari ini” itulah petikan sms dari Cici Stella.
“oke, jemput gue ya, Ci..” balas sms dari Naomi.
Tak lama, Sinka sang adik, keluar dari kamarnya sambil berlari dan menata dasi kupu-kupunya.
“kak.. gue duluan yah!!” teriak Sinka.
“ati-ati, dek..!” jawab Naomi.
“iya, kakak.. bye..!” bersamaan dengan kalimat ini, Sinka sudah sampai di teras rumah. Dan bergegas berangkat diikuti ke-empat temannya.
“semangat banget tuh anak..” gumam Naomi. Kemudian, terdengar suara klakson mobil dari luar rumah.
“hmm.. pasti ini Cici..” gumam Naomi lagi. Segeralah ia mengambil tasnya yang berada di atas meja belajarnya.
“maa.. aku berangkat sekolah dulu ya..” ucap Naomi sambil berpamitan dengan mama-nya. “iya, sayang.. hati-hati di jalan yah..” ibu Naomi mendapat kecupan di tangan kanannya dari sang putrid bungsu. Stella sudah menunggu di depan—di dalam mobil—Naomi menutup pagar rumah, lalu segera berjalan menuju ke arah mobil yang dikemudikan oleh Stella. Ia membuka pintu depan sebelah kiri mobil. Lalu, duduklah Naomi di sebelah kiri Stella.
“hmm.. udah cantik, ya..” puji Stella.
“hahaha.. kamu juga kok, Ci” Naomi memuji balik Stella.
“dah siap berangkat?” Tanya Cici
“hmm.. kapanpun lu siap nginjak gasnya”. Naomi tersenyum manis.
Mereka berdua pun segera berangkat ke sekolah. Saat itu jam menunjukkan pukul 06.35 WIB. Stella dan Naomi berbincang-bincang selama perjalanan menuju ke sekolah yang di jadwalkan memakan waktu sekitar 17 menit.
“Ci, nggak sama adek lu?”
“ouh.. Sonia? Lagi sakit dianya.”
“sakit? Sakit apaan, Ci?” Tanya Naomi penasaran.
“hmm.. cuman demam aja kok. Gara-gara kemarin kehujanan”
“ouh, gitu ya. Cepet sembuh deh buat si Wawa, titip salam ya dari gue, Buena salud—cepat sembuh—“
“ciee.. make bahasa Spanyol nih?” Cici tampak kagum.
“haha.. cuman dikit kok, baru tau cuman itu..” Naomi berusaha merendahkan diri.
“artinya apaan, Mi?” Cici penasaran.
“Cepet sembuh.. Get well soon” Naomi menjelaskan dengan senyum. Mereka berdua tampak akrab satu sama lain. Meskipun berbeda kelas, keakraban mereka berdua tetap terjaga. Itulah persahabatan. Setelah 15 menit, mereka sampa di depan gerbang sekolah. Setlla segera memarkir mobil milik Ayahnya itu. Bel pu berbunyi. Para siswi pun berkumpul di lapangan. Akan ada apel pagi pada hari ini. Yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah Miss Oshima Yuko. Stella dan Naomi segera menuju ke kelas masing-masing. Menaruh tas. Dan menuju ke barisan kelas masing-masing. Ternyata, memang ada apel pagi. Dipimpin langusng oleh kepala sekolah Miss Oshima Yuko. Mayoritas guru dari Jepang ini mampu berbahasa Indonesia. Seperti Miss Oshima Yuko, Miss Minami Takahashi, Miss Yuki Kashiwagi, Miss Haruka Shimazaki dan Miss Watanabe Mayu. Devi Kinal Putri, yang akrab disapa ‘El Capitano Kinal’. Devi Kinal Putri yang akrab di sapa ‘Kinal’ di tunjuk sebagai pemimpin upacara yang bertugas mentertibkan seluruh pasukan yang sedang mengikuti apel pagi.
“Lapor, apel pagi siap dimulai..!” kata Kinal kepada Miss Yuko dengan tegas.
“laksanakan!” jawab Miss Yuko.
“siiiapp.. gerak! Suara Kinal tedengar lantang. Semua pasukan pun mengikuti arahan dari gadis berambut pendek yang biasa di panggil ‘Bu Jendral’ tersebut.
“ohayaou minna san.. selamat pagi semua”. Sambutan oleh Miss Yuko.
“ohayaou, Miss Yuko..” salam balik para siswi SMA48.
“Dengan diadakannya.. apel pagi ini, diharapkan para siswi.. SMA48, dapat mengikuti lomba Dance menuju AKB48..” belum selesai Miss Yuko berpidato, semua murid tampak kegirangan. Tak terkecuali Stella dan Naomi.
“murid, murid.. harap tenang.. Miss Yuko akan segera melanjutkan pidatonya untuk apel pagi ini. Di mohon untuk tidak berbicara dengan teman di sebelah kanan atau kirinya..” Miss Melody mengigatkan para siswi untuk tenang. Miss Yuko pun segera melanjutkan pidatonya. Maksud dari apel pagi tersebut, ialah menghimbau kepada seluruh siswi untuk berpatisipasi dalam lomba dan seleksi menuju Idol Group AKB48. Bagi siswi yang dinyatakan masuk kedalam kriteria yang di ajukan, dia berhak untuk mengikuti seleksi tahap kedua di Jakarta, dan Final Audition di Jepang. Didampingi oleh Executive Producer dari 48 Family. Mr. Yasushi Akimoto. Bos besar industri Idol Group di Jepang. Beliau telah terlebih dahulu mendirikan beberapa Idol Group—sebuah grup musik yang beranggotakan perempuan semua—seperti AKB48, HKT48, NMB48, SDN48 dan SKE48. Sekolah ini menyediakan fasilitas yang mununjang siswi nya dapat berkarir di dunia Idoling. Sebelum resmi di lepas seperti member-member AKB48. Setelah pidato dari Miss Yuko yang cukup mendetail. Pasukan akhirnya dibubarkan. Stella, Ve, Shanju, Rica, Kinal, Naomi, Sinka, Cindivia, Ayen, Yona, Rena, Viny, Nabilah dan Beby di jadwalkan mengikuti seleksi AKB48 gelombang pertama. Mereka berkumpul di depan kelas dan mengobrol.
“assiik.. kita ikutan seleksi, gelombang 1 lagi!” kata si Nabilah yang terkenal paling cerewet diantara kawan-kawannya.
“yap.. ini bakalan jadi hari yang panjang buat kita” imbuh Bu Jendral.
“huuft.. kakiku rasanya udah pengen dance aja deh..” Beby ikut dalam pembicaraan.
“hmm.. kalo Beby mah, udah jago dance-nya..” imbuh Ve.
“iya, Beby tuh gerakannya dah oke, enerjik lagi!” kata Stella.
“kak.. kak.. ntar seleksinya jam berapa?” Tanya si imut Yupii.
“hmm.. ntar jam 13.00 WIB” Jawab Kinal.
“kita harus optimis lolos, guys! Sahut Naomi.
“kak Stella, ajarin Shuffle Dance dong..” pinta Yona.
“hmm.. gimana ya.. aku nggak bisa.. aku masih belom jago” elak Stella.
“haha.. Stella bisanya tuh, joget Harlem Shake doang..” Troll Shania sambil sedikit menyenggol pundak Stella.
“yee.. elu, Shan..” Stella berusaha membalas.
“aku.. aku Harlem Shake udah upload video ke Youtube lho” serobot Nabilah yang sangat menyukai kelinci.
“eittss, kapan??” Tanya Rena semangat.
“kemarin malem..” jawab Nabilah.
“lu, kok gak ajak-ajak gue, yah? Shania memasang wajah dingin.
“jiaahh.. lu bilang kagak mau mulu, y ague bikin sendiri ma Ayana, Kak Stella, Beby, Kak Naomi, Sinka, Yupii, ma Rona”. Jelas Nabilah.
“yang patut diinget, ini seleksi, tunjukkan kemampuan terbaik kalian! Kita semua temen yang selalu bersama. Kita harus bisa ke Jepang bareng-bareng..” kata Stella mengingatkan. Sedang enak-enaknya mereka berkumpul, Ghaida Jeje, Panda, Dhike dan Sendy datang menghampiri mereka. Bak seperti air yang tenang terjatuhi oleh batu dan menjadi beriak. Itulah mungkin kata-kata yang tepat untuk menggambarkan suasana saat itu.
“ooo.. ibu-ibu
PKK udah pda ngumpul..” Sendy melipat kedua tangannya di depan dada dan sedikit mengadahkan kepalanya. Stella dkk yang saat itu sedang bersenda gurau langsung menengok ke arah sumber suara.
“ngapain loe kesini??” sahut Shanju.
“ganggu aja sih, lu?? Kurang kerjaan ye??” imbuh Naomi.
“hmm.. gue kesini cumin mo ngobrol bentar ma Stella..” pungkas Sendy yang ditemani oleh Tsundere Dhike dan Cici Bakpau Jeje. Stella hanya diam dan tak mengindahkan kalimat yang terlontar dari mulut Sendy yang menyebut namanya. Dia hanya memandang kea rah luar sekolah, dimana terlihat anak-anak SMA46 sedang bermain bola. Dia berdiri sendiri di deipan jendela yang terlihat disinari oleh matahari pagi.
“Stella.. Stella..” Naomi berusaha memanggil Stella.
“oi, setan loe! Gak dengerin temen gue ngomong?” sahut Jeje.
“Dhike, cob aloe samperin dia..” Sendy meminta tolong pada si Tsundere.
Dhike berjalan melewati kumpulan gadis-gadis yang manis itu, dengan menabrak mereka yang menghalangi satu per satu. Dhike mendorong Stella hingga terjatuh, Naomi berusaha membantu Stella berdiri dengan cara menghampirinya dulu, tapi, adiknya menahan lajunya.
“kak.. ini bukan urusan kita, mending kita jangan ikut-ikutan dulu” nasihat si Adik, Sinka.
“hmm.. kayanya ku bener, dek. Ntar kalo dah keterlaluan, mungkin kita harus bantu dia..” imbuh Naomi.
Stella yang jatuh terduduk dihampiri oleh Dhike. Wajahnya tanpa ekspresi, menatap kearah mata Dhike.
“Ghaida bilang.. loe, jangan sok, jadi cewe disini..” Dhike geram.
Stella tidak menghiraukan perkataan Dhike dan sesaat setelah itu, Sendy mengajak Dhike dan Jeje pergi. Teman-teman Stella pun menghampirinya. Tapi, Stella langsung berdiri dan berjalan menjauh. Teman-temannya keheranan melihat tingkah laku Stella yang tidak seperti biasanya. Setiap hari, Stella yang dikenal oleh teman-temannya ialah mempunyai sifat yang ceria, enerjik, tak kenal lelah dan putus asa. Memang, Stella terlihat murung sekali saat itu.
“kak Naomi, kak Cici kenapa?” Tanya Yupii dengan lugu.
“mungkin dia lagi PMS, dek” jawab Naomi.
“ooo.. iya, aku paham, kak..” imbuh Yupii dengan senyuman manis.
Pagi itu Stella tampak murung. Banyak teman-temannya menanyakan “apa yang terjadi pada gadis cantik keturunan Tionghoa” achan Nampak bingung dengan hal yang terjadi pada kakak kelasnya itu. Mengapa? Karena Achan, gadis imut nan lucu ini yang lahir di Jepang 15 tahun lalu, tepatnya 3 Juni 1998 sangat mengagumi Stella. Dia kagum terhadap Stella yang jago dalam hal Dance Shuffle, menyanyi, bermain alat music dan bermain futsal. Achan mengakui bahwa dia sanat menyukai poni milik Stella, dikarenakan poni Stella lebih steady dibanding poninya sendiri. Karena poni Stella saat ia bergerak, baik menari maupun melompat-lompat tetap, dan tidak berubah-ubah. Dan itu selalu kembali seperti semula. Berbeda dengan poninya sendiri yang selalu berubah-ubah tiap kali ia banyak bergerak, maupun saat tertiup angin.
“Ada yang tau nggak, kenapa sih Cici Stella musti di Bully ma Kak Ghaida, Kak Sendy, Dhike, Kak Jeje ma Panda??” Tanya Achan keheranan.
Semua terdiam sejenak, hanya terdengar kicauan burung dan suara ramai yang berasal dari sekolah sebelah—SMA46—yang sedari tadi hanya duduk diam, kini mulai angkat bicara.
“gue tahu rahasia kenapa Stella selalu di kasarin ma geng-nya Ghaida”
“emang.. ada apa, Shan?” Tanya Naomi menatap mata Shanju.
“ceritanya agak panjang, ya moga kalian mo ndengerin..”
“certain dong, kak..” kata Sinka. Shania langsung mengajak semua kolega-nya kedalam kelas. Supaya hal itu tidak menjadi hal yang menghebohkan seluruh sekolah.
“Stella ialah seorang gadis yang memiliki talenta di bidang tarik suara. Ia dulu semasa masih anak-anak, sekitar umur 9-12 tahun. Ia sudah menjuarai bebreapa lomba seni tarik suara. Beberapa Piala yang terletak didalam lemari kamaranya adalah hasil juara lomba tarik suara. Menginjak remaja, ia mempelajari teknik Shuffle Dance. Saat itu rambutnya masih panjang lurus, bagai gadis yang memperankan iklan shampoo. Di sisi lain, dia juga pindah sekolah dari kota kelahirannya di Semarang, menuju Malang. Stella ikut papa-nya ke Malang, dikarenakan adanya rotasi penempatan pegawai oleh pihak perusahaan dimana papa-nya bekerja. Stella pun bersekolah di salah satu sekolah di Malang. Ia bertemu dengan—salah satu karakter utama—Gunung Mahendra. Mereka bertemu di sebuah warung tempat anak-anak sekelas Gunung biasa nongkrong. Di saat itu Stella hendak membeli kacamata yang tidak berlensa, memiliki warna di kedua bagian frame kanan dan kiri. Dan ia telah memiliki pilihan warna yang ia inginkan..”
To Be Continued..
0 comments:
Posting Komentar