Antara Menanti dan Sudah Pasti #1
Ku terbangkan seperti biasa, melihat jam di dinding pukul 04.45. Segera aku bergegas berwudhu untuk sholat shubuh. Ibuku yang sudah dari tadi bangun karena harus memasak dan mengurus keperluan keluarga.
Aku mengajak Ibuku sholat shubuh dulu. Setelah selesai aku pun menyiapkan peralatan sekolah. Jam menunjukkan 06.00, Aku sarapan setelah selesai mandi dan ganti pakaian seragam abu-abu. Hari ini hari Rabu, tepat untuk seragam khas anak SMA.
Ku berpamitan kepada kedua orang tuaku tidak lupa adikku. Aku sebenarnya punya kakak, tapi kakakku sekarang tidak tinggal lagi dengan keluargaku. Kakakku kerja di luar negeri ikut saudaraku. Ku starter sepeda motorku. Seperti biasa, aku menjemput tetanggaku. Karena jalan ke sekolah searah.
" Nabilah, udah lama nunggunya?" Kataku
" Baru saja selesai pakai sepatu kak," Jawabnya
Nabilah adalah tetanggaku. Dia masih SMP kelas 1. Sebenarnya aku dulu cuma kenal dan saling sapa saja. Dan tidak terlalu akrab dengannya. Karena aku memang orangnya pemalu. Di sekolah saja teman akrabku cuma laki-laki. Aku tidak begitu akrab dengan cewek.
Aku mulai akrab dengan Nabilah waktu aku baru kenaikan SMP Kelas 3. Waktu itu, Ibu Nabilah ke rumahku bersama Nabilah. Aku pun di panggil Ibuku, katanya ada Nabilah dan Ibunya. Waktu aku keluar, ku lihat Nabilah dengan wajah yang cantik, manis dan imut tersenyum padaku. Aku pun tersenyum balik kepadanya.
Dia tampak cantik dengan rambut di kuncir dua dan poni yang membiak ke kiri. Nabilah baru lulus SD, Namun dia sudah tampak seperti anak SMP. Bahkan ada pula yang bilang SMA, Orang tidak tahu pasti mempercayainya.
Nabilah menanyakan tentang SMP ku dulu. Mulai dari pendaftaran alamat, fasilitas dan lain sebagainya. Untung saja aku waktu itu tahu tentang SMP ku dan masih ingat tentang pendaftaran.
Walaupun hanya sedikit, setidaknya dapat sedikit informasilah dariku. Ketika aku menjelaskan kepada Ibu Nabilah, tampak Nabilah melihatku dengan serius. "Woii, nglamun aja." Aku kagetkan lamunannya.
" Hai tampak terkejut dan gugup. Waduh lucunya kalau wajahnya lagi begitu." pikirku dalam hati.
" Aaah, ngagetin aja." jawabnya kesal setengah malu
Ibu Nabilah tertawa. Kami pun ikut tertawa.
Setelah menanyakan hal-hal mengenai sekolah, Ibu Nabilah pamitan serta tak lupa berterima kasih kepadaku. Nabilah disuruh tetap disini.
" Nabilah kamu disini aja, tanya-tanya soal alamat atau apalah tentang SMP itu !" kta Ibu Nabilah
" Iya Ma, " jawabnya
Maklum, dia memang jarang keluar rumah. Jadi tidak terlalu tahu tentang alamat sekolah yang berada dekat maupun jauh dari rumah.
Hari minggu tiba, saat yang di nanti-nantikan setelah seminggu masuk sekolah. Nabilah maen ke rumah. Kami ngobrol dari yang serius sampai yang sembilanrius. Panjang lebar tidak tahu apa yang dibahas.
Kukira dulu Nabilah pendiam, ternyata cerewetnya minta ampun. Kalau ngomong gak ada spasinya. Dan berhenti ngomongnya itu lama banget.
Pernah waktu dia cerita gak berhenti-berhenti terus aku potong. "Stop !!!"
" Aaaaa, orang lagi cerita maen potong aja." kata Nabilah manja
" Habisnya gak berhenti-berhenti." jawabku seadanya
Sampai gak terasa sudah sore. Saking asyiknya maen. Nabilah pun pamit pulang.
" Bu, aku nganterin Nabilah pulang dulu ya?" tanyaku pada ibu
" Iya, cepat pulang." jawab Ibuku
" Iya Bu." balasku
" Loh, ngapain dianterin segala? Kan deket? " katanya
" Nanti kalau ada orang gila gimana hayo? " kataku menakut-nakutinya
" Aaaaa, jangan nakut-nakutin dong Mas." balasnya
" Hahahaha, ayo aku anterin.." kataku
Sampailah di depan rumah Nabilah. Setelah itu aku berpamitan pulang. Dia mengucap reima kasih sambil tersenyum. Aku pun mebalas senyum manisnya. Dia berjalan masuk ke dalm rumahnya. Di depan pintu dia menoleh kearahku dengan senyum manisnya. Lagi-lagi senyumnya membuat jantung ini berdegub kencang.
Akupun pulang ke rumah dengan persaan yang giman gitu. Apa mungkin aku suka padanya? Ah, tapi dia kan baru masuk SMP dan masih kecil. Mmmm tapi dia sudah terlihat seperti anak SMA. Entahlah.
Aku berharap hari ini lebih cepat dari hari di kalender. Dan segera masuk sekolah lagi. Ingin tahu sebabnya kenapa? Karena aku ingin berangkat bareng Nabilah naik motorku. Kebetulan letak SMPnya satu arah dengan sekolahku. Awalnya dia tidak mau karena takut ngrepotin.
Kan jalannya satu arah menuju sekolah. Aku biasanya juga lewat sekolah Nabilah. Jadi sam aja kayak biasanya. Aku sangat senang sekali bisa nganter dia sekolah tiap hari. Padahal belum nganterin.
***
Hari yang aku tunggu pun akhirnya tiba. Aku pun berangkat sekolah seperti biasanya pukul 06.10an dan menuju rumah seseorang. Ada seorang anak berpakaian biru putih melambaikan tangan di depan rumahnya.
" Tunggu bentar ya Mas? " kata Nabilah dengan suaranya yang serak-serak gimana gitu
Sepertinya dia berpamitan kepada kedua orang tuanya. Aku pun juga berpamitan kepada mereka. Karena orang tua Nabilah keluar rumah.
Di perjalanan aku ajak ngobrol terus. Emang agak cerewet anak ini. Tapi justru sifatnya ini yang bikin aku suka padanya. Eh, apa aku beneran suka padanya. Padahal baru akrab.
Samapailah didepan gerbang SMP Nabilah. Aku dulu juga sekolah disana. Dia turun dan mengucap terima kasih kepadaku. Tentu saja dengan senyum genitnya. Aduh, senyumnya itu loh, kagak nahaaan...
Aku pun bergegas berangkat ke sekolahku. Aku berharap waktu bisa diatur lebih cepat, agar aku bisa segera pulang bareng Nabilah. Namun itu semua mustahil. Menunggu dan jalani ajalah.
Hari demi hari kita lalui bersama. Terkadang Nabilah kerumah untuk diajarkan pelajaran sekolah serta maen. Atau sebaliknya aku yang kerumahnya. Kalau libur kita sering maen bareng. Kadang jalan bareng, makan bareng, nonton bareng, sampai mandi bareng. Hahahahaha yang terkahir bercanda kok. Jangan dibayangin !!! (hahaha... kalimat tadi pasti gak asing kan? andalan dalam cerpen).
Hari itu tepat hari Sabtu, aku pulang lebih awal. Karena di sekolah ada acara penting. Kalau pulang cepat gini biasanya maen dulu. Enaknya kemana ya? Coba maen ke sekolah Nabilah aja sambil nunggu dia pulang. Eh, ternyata dia juga udah pulang.
bersambung...
Iksan Kurniawan
@nustqiew
wkwkwk kocak ceritanya,..hahaha (h)
BalasHapus