Malam telah tiba. Semua sudah tidur
kecuali Ve dan Stella. Stella tidak tidur karena ia sedang menulis sesuatu di
buku diary nya, sedangkan Ve tidak tidur karena ia harus menyelesaikan tugas
desain baju untuk lomba fashion design hari senin. Meskipun besuk masih hari
minggu, tapi Ve tidak mau menundanya karena hari minggu adalah hari keluarga
itu untuk bersama.
“Stell, kamu kenapa belum tidur? Nulis
apaan kamu?” Tanya Ve.
“Nggak papa kok, lagi iseng aja aku nulis
sesuatu yang nggak penting. Aku belum ngantuk.” Ucap Stella.
“Eh Stell, bisa bantu aku nggak kerjain
desain baju ini? Selera fashion kamu kan juga bagus. Aku agak bingung nih
sampai sini.” Pinta Ve sambil menunjukkan gambarnya.
“Nggak bisa. Males aku, aku ngantuk mau
tidur aja.” Tolak Stella.
Ve pun sabar melihat kelakuan saudaranya
itu. Tidak lama setelah Stella tidur, Ve pun juga ikut tidur untuk menyambut
hari yang baru esok.
Ayah dan Bunda masuk ke kamar untuk
berbicara kepada Stella..
“Stella, Ayah kandung kamu sudah datang
menjemputmu. Kamu pulang bersamanya mala mini nak..” ucap Bunda sedikit sedih.
“Jadi hari ini hari terakhir Stella
disini ya Bun? Baiklah, Stella akan pulang bersama Ayah kandung Stella. Stella
juga penasaran seperti apa wajah Ayah kandung Stella..” ucap Stella sambil
tersenyum namun menangis.
“Ayo kita keluar dulu, bereskan semua
barang kamu nak..” perintah Ayah.
Ayah, Bunda, dan Stella keluar kamar dan
menemui Ayah kandung Stella. Betapa terkejutnya Ayah kandung Stella setelah
melihat anaknya tumbuh dewasa dan sangat cantik. Begitu juga Stella, ia
terkejut melihat Ayah kandungnya yang wajahnya ternyata cukup mirip dengannya.
“Stella.. Ayo kita pulang nak.” Ajak Ayah
kandung Stella.
“Ayah? Kenapa Ayah nggak ngerawat Stella
dari kecil dan justru meminta orang lain untuk merawat Stella? Kenapa Yah?”
Tanya Stella sambil memeluk erat Ayah kandungnya itu.
“Dirumah kita nanti, Ayah akan
menjelaskan semuanya nak. Sekarang kita pulang ke rumah dulu. Bunda kamu juga sudah
menunggu kamu dirumah..” ucap Ayah sambil mengelus rambut Stella.
“Sebentar Yah, ada yang mau Stella lakuin
dulu dikamar. Sebentar yaa, lima belas menit aja kok.” Pinta Stella.
Stella pun masuk ke kamar. Ayah, Bunda,
dan Ayah kandungnya bingung apa yang mau dilakukan oleh Stella. Mereka menunggu
Stella sambil mengobrol di ruang tamu.
Stella pun akhirnya turun dari kamarnya
menuju ruang tamu.
“Lama ya? Maaf ya Yah, karena ini
penting..” ucap Stella.
“Nggak papa kok nak, sekarang ayo kita
pulang. Pamitlah dulu kepada Ayah dan Bunda kamu disini. Ucapkan terima kasih
pada mereka..” perintah Ayah.
“Ayah, Bunda, Stella pamit pulang yaa.
Hari ini, Stella pindah rumah dari sini, tapi Stella nggak pindah jauh. Mungkin
Stella meninggalkan keluarga disini, tapi dihati Stella, keluarga disini adalah
keluarga Stella yang sebenarnya. Stella janji akan sering main kesini untuk
ketemu Ayah dan Bunda..
Oiya Bunda, Stella ninggalin buku harian di loker meja
Stella. Tolong Bunda sampaikan ke Melody yaa, suruh ia baca semua yang ada
disitu, begitu juga saudara Stella lainnya. Disitu ada alasan kenapa selama ini
Stella bertingkah buruk sama mereka. Makasih ya Bunda, Ayah, Stella pulang
dulu..” pamit Stella lalu memeluk erat Ayah dan Bunda..
Stella dan Ayah kandungnya keluar, didampingi
oleh Ayah dan Bunda tirinya. Mereka naik ke mobil dan segera pulang.
“Jaga dirimu nak, ingat selalu keluargamu
disini. Jangan lupakan Ayah, Bunda, dan saudaramu disini. Kami disini selalu
menganggap Stella sebagai keluarga nyata disini.” Ucap Ayah sedih.
“Iya Yah. Ayah dan Bunda juga baik-baik
yaa sampai nanti Stella main kesini lagi. Jaga saudara Stella disini Yah, Bun.
Makasih Yah, Bunda..” ucap Stella menangis ketika mobil berjalan pelan dan
diiringi lambaian tangannya kepada Ayah dan Bunda tirinya itu.
“Jaga dirimu nak..” ucap Bunda.
Ayah dan Bunda tiri Stella juga
melambaikan tangan kepada Stella.
“Ayah, rasanya belum lama anak itu
bersama kita disini. Tapi sekarang ia sudah besar dan pergi dari sini. Bunda
jadi sangat sedih..” ucap Bunda sedih.
“Iya Bun, seperti baru kemarin. Tapi kita
harus bangga, karena bagaimanapun kita yang merawat Stella sampai seperti itu.
Disetiap pertemuan pasti akan diikuti dengan sebuah perpisahan, mungkin itu
yang terjadi.” Kata Ayah memeluk Bunda..
Setalah mobil yang dinaiki Stella sudah
jauh dari pandangan Ayah dan Bunda, mereka masuk ke rumah dan bersiap untuk
tidur. Karena hari masih sangat larut, dan waktu masih menunjukkan pukul
setengah satu pagi, mereka kembali tidur. Ayah dan Bunda tidur dengan perasaan
sedikit sedih karena Stella telah pergi dari mereka. Meskipun tidak selamanya
dan Stella masih bisa bertemu mereka, tapi rasa kehilangan sebagai orang tua
tetap ada. Itulah keluarga.
Sementara itu, Stella yang sudah sampai
dirumah barunya dikejutkan dengan adanya Bunda dan seorang anak perempuan yang
tidak lain adalah adik kandungnya. Stella lantas memeluk Bundanya dengan erat,
setelah hampir tujuh belas tahun ia tidak bersamanya.
“Kakak Stella..” ucap adik kandungnya
dengan sangat tiba-tiba sambil memeluk Stella.
Stella kaget, tapi ia membalas pelukan
hangat adiknya itu. Ayah dan Bunda kandungnya senang melihat itu. Adiknya bisa
menerima Stella dengan lapang dada walaupun ini pertama kalinya mereka bertemu.
“Siapa nama kamu dik? Kamu adik aku kan?”
Tanya Stella.
“Namaku Sonia Natalia kak. Aku kesepian
kak disini sendirian setiap hari, kakak nggak ada disini. Lama banget aku
nungguin kakak pulang kesini..” jawab Sonia.
“Hehe, Sonia yaa. Nama yang lucu.
Sekarang kakak ada disini dan bisa nemenin kamu tiap hari. Nanti kakak juga
akan perkenalkan saudara kakak yang ada disana yang udah lama sama kakak. Kamu
pasti suka karena mereka baik-baik. Ada juga yang namanya Nabilah, dia yang
paling kecil, masih SD. Kakak rasa kamu akan cocok main sama dia. Kamu sekarang
kelas berapa?” Tanya Stella.
“Udah, semua masuk dulu aja. Ngobrolin
itu dikamar kalian, ini sudah malem. Ayo masuk..” perintah Bunda mereka.
Mereka semua akhirnya masuk, Ayah dan
Bunda mereka masuk ke kamar dan tidur. Sedangkan Stella dan Soni masih
mengobrol untuk mempererat persaudaraan baru mereka.
“Aku kelas satu SMP kak. Kakak kelas
berapa?” Tanya Sonia.
“Aku kelas dua SMA. Oiya, kakak punya
photo-photo keluarga kakak disana, kamu mau lihat? Bentar yaa, kakak ambilin..”
ucap Stella.
Stella turun dari kasurnya dan mengambil
ambil photo dari dalam tasnya. Ia menunjukan satu per satu siapa yang ada di
photo itu, termasuk Ayah dan Bundanya disana. Hal itu kembali mengingatkannya
pada mereka semua, dan Stella kembali sedih. Tapi ia bahagia karena keluarganya
disini juga sangat perhatian dan baik padanya. Sonia memandangi satu-satu
keluarga kakaknya dan bertanya-tanya pada Stella.
“Apa kamu sudah membaca diary ku Mel? Apa
kalian sudah tahu yang sebenarnya? Maafkan aku..” batin Stella.
“Udah yuk dik, kita tidur dulu. Udah pagi
banget nih, besuk bangun kesiangan lagi..” ajak Stella pada Sonia.
Mereka pun akhirnya tidur. Stella tidur
sambil memeluk erat album photo miliknya itu. Hal itu menunjukkan bahwa Stella
tidak melupakan sedikit pun keluarganya yang dulu. Photo album itu mengantarkan
tidurnya menuju sebuah mimpi dimana ia ada bersama aureliana bersaudara
lainnya.
Pagi telah tiba. Melody selalu bangun
paling awal dibanding saudara lainnya. Ia terkejut karena Stella sudah tidak
ada dikasurnya. Ia tambah terkejut setelah melihat kalau almari pakaian milik
Stella sudah kosong. Melody akhirnya turun kamar dan mencari tahu apa yang
sebenarnya terjadi.
“Ayah, Bunda, Stella kemana? Kok dikamar
nggak ada? Barang-barangnya juga udah nggak ada semua. Apa yang sebenernya
terjadi?” Tanya Melody dengan kejutnya.
“Lebih baik kamu baca surat ini Mel.
Stella menitipkan ini semalam. Kamu akan tahu setelah membaca yang ditulis
Stella..” ucap Bunda.
Mel, aku tahu kamu akan jadi orang yang pertama
baca ini. Tapi maafin aku. Seharusnya aku bilang ke kamu dari awal tentang
semua ini. Aku bukan saudara kandung kamu. Awalnya aku juga sedih tahu semua
itu, tapi aku coba untuk tetep kuat. Kamu juga harus seperti itu Mel. Maafin
juga akhir-akhir ini aku bertingkah buruk sama kalian semua, tapi itu semua
nggak tanpa sebab. Aku ngelakuin itu agar aku bisa ngurangin rasa sayang aku ke
kalian karena aku akan pergi, tapi aku salah. Semakin aku jahat sama kalian, aku
justru semakin sayang sama kalian. Maafin aku Mel. Untuk tahu yang sebenernya,
kamu bisa baca buku diary aku diloker meja aku. Ajak juga saudara kita lainnya
dengerin itu. Aku nggak mau semua salah paham. Aku sayang kalian, jangan lupain
aku.
Stella Cornelia
“Kenapa Ayah dan Bunda nggak bilang semua
ini dari awal?” Tanya Melody sambil menangis.
“Maafin Ayah dan Bunda. Ayah dan Bunda
nggak mau kalian sedih karena tahu itu walaupun akhirnya kalian juga akan
tahu..” ucap Ayah.
“Lebih baik kamu lihat apa yang ingin
dijelaskan Stella lewat buku diary nya..” perintah Bunda.
Melody akhirnya naik lagi ke kamar dan
membangunkan saudara lainnya. Ia memberitahukan yang sebenarnya pada
saudara-saudaranya. Mereka semua terkejut mendengar semua itu. Melody lalu
mengambil buku diary Stella diloker meja Stella.
“Disini, kita semua bisa tahu yang
sebenernya..” ucap Melody.
Ia lalu membuka buku diary milik Stella.
Mereka semua langsung menangis setelah melihat bahwa di buku diary Stella telah
ditempelkan photo-photo yang tidak asing bagi mereka. Buku dilembaran pertama
adalah gambar lumpia khas semarang yang kemarin mereka makan setelah pulang
dari bukit. Dibawah photo itu terdapat tulisan tangan Stella.
“Ini adalah lumpia khas semarang kesukaanku. Aku dan Bunda buat ini agar
setelah kalian dari bukit, kalian bisa menikmati ini. Aku juga sudah simpan
sendiri kok punyaku. Karena sudah lama juga aku tidak makan ini. Aku harap
kalian suka. Maafkan aku ya semua =)”
Mereka semua langsung menangis melihat
itu. Mereka tidak menyangka kalau Stella lah yang susah payah membuat itu.
Melody
lalu ingat kenapa saat ia masuk kamar untuk menawarkan Stella lumpia, Stella
kaget dan membersihkan mulutnya. Ternyata saat itu Stella sedang memakan
lumpianya.
Lembar kedua dibuka Melody. Ini sangat
mengejutkan karena photonya adalah photo gaun merah milik Sonya.
“Ini gaun merah yang aku pilihkan untuk Sonya. Saat itu Bunda bingung
apa yang disukai Sonya, dan aku memilihkan ini. Sonya, waktu itu aku bilang
padamu kalau dengan gaun apapun, kamu nggak berbeda. Maksudku sebenarnya adalah
kamu memang tidak beda dengan gaun apapun, karena kamu selalu cantik untuk aku.
Maafin aku =)”
Setelah mengetahui kalau itulah maksud
sebenarnya dari Stella, Sonya langsung sangat terharu. Lembar ke tiga dibuka.
Dilembar ini ada photo pernikahan yang dihadiri oleh mereka sekeluarga tanpa
Stella.
“Ini photo pernikahan kemarin. Kalian keliahatan agak sedih ya?
Kenapa? Apa karena aku nggak ada? Aku
kemarin juga dateng kok, cuman kalian nggak tahu. Kemarin aku bilang aku nggak
dateng karena ada urusan yang lebih penting, inilah maksudnya. Maafin aku =)”
Mereka semua kaget dan terharu melihat
photo mereka ada disana satu per satu. Kembali lembar ke empat dibuka Melody.
Dilembar ke empat ini ada photo tas dan handuk milik Ochi.
“Ini tas dan handuk Ochi yang aku temukan didekat wastafel kamar mandi
setelah Ochi jadi juara lomba renang. Aku menaruhnya didepan kamar mandimu.
Maafkan aku Ochi, saat itu aku datang ke lombamu, hanya aku tidak duduk
dibangku penonton. Tapi aku tetap mendukungmu dari jauh =)”
Ochi pun ingat hal itu, dan ternyata
kakaknya Stella yang telah membantunya saat itu. Lembar ke lima dibuka, dan ada
photo sekolah SMA Melody, Ve, Cleo, dan Stella.
“Ini photo sekolah SMA kita Mel. Saat kalian menungguku, aku
sebenernya masih ada disekolah, hanya saja aku sembunyi. Dan saat kalian masuk
kelasku, aku langsung cepat-cepat keluar dan pulang. Saat pulang sendiri pun
aku menangis. Maafkan aku =)”
Mereka semua semakin menangis melihat apa
yang sebenarnya terjadi. Lembar ke enam dibuka. Ada photo pensil dan desain
gaun milik Ve.
“Ini desain gaun punya Ve. Aku pura-pura tidur biar Ve ikut tidur. Dan
sebelum aku pergi, aku selesaikan ini dulu. Ve, kamu pintar dalam hal desain
dan fashion, lomba besuk senin kamu pasti juaranya. Semangat ya! Dan maafin aku
=)”
Ve tidak percaya hal itu. Ia pun melihat
desainnya, dan ternyata benar kalau desain itu sudah selesai. Ia langsung duduk
menangis di kasurnya sambil memandang desain itu. Lembar ke tujuh dibuka.
Mereka semua melihat photo mereka saat sedang bernyanyi dan memandang langit
dibukit, dilembar ini juga ada photo sebuah pohon dan sepeda Stella
disampingnya.
“Ini photo waktu kalian dibukit. Enak
ya nyanyi bareng disana? Kemarin aku juga ada disana dan bernyanyi
bareng kalian. Dibawah pohon itu aku sembunyi, bernyanyi sambil menangis. Tapi
aku menikmati itu walau nggak didekat kalian. Maafin aku =)”
Mereka mengingat hari itu dan kembali
meneteskan air mata. Bagaimana bisa mereka tidak tahu kalau ternyata Stella ada
didekat mereka selama ini. Lembar ke delapan dibuka, dan ini merupakan lembar
terakhir.
“Ini photo Shania, Nabilah dan
rumah kita. Ini waktu aku dan Melody menggendong kalian dulu. Waktu itu aku
pikir kalian adik kandung aku, tapi walau kenyataannya lain, kalian tetep adik
aku. Dan ini rumah kita semua. Dimana pertama kalinya aku mengenal dan besar
bersama kalian, dimana banyak kenangan disini, dan dimana aku akan kembali saat
aku sedih =)”
Setelah membaca semuanya, mereka semua
merasa lega karena Stella berubah bukan tanpa alasan. Mereka tahu kalau Stella
tidak akan bersifat buruk seperti itu tanpa sebab. Kini Stella pergi, dan belum
tahu kapan akan kembali bersama mereka untuk menikmati arti sebuah keluarga
yang sebenarnya..
~ To be
continued ~
***
0 comments:
Posting Komentar