Stella dan Melody bertemu di salah satu Universitas terkenal di Indonesia. Disanalah mereka kenal dan berteman untuk pertama kalinya.
Melody adalah anak yang baik dan ramah, karena itu Stella sangat senang bisa berteman dengannya. Sedangkan Stella anak yang selalu ceria dan rendah hati, itu yang membuat Melody bisa berteman dekat
dengannya.
Seminggu berteman, kini mereka bersahabat. Kemanapun bersama, bermain, shopping, menonton bioskop, dan sebagainya. Persahabatan mereka sangat erat.
"Stell, ntar habis pulang kampus kita ke mall yuk? Mau nggak?"
"Ciee, yang uangnya banyak. Traktir makan ya? Aku pasti mau kalau ditraktir.."
"Hhaha, siap deh. Ntar kita makan siang disana.."
"Oke deh.."
Mereka berjanjian untuk pergi ke mall sepulang kuliah. Entah apa yang dicari Melody, Stella masih belum mengetahuinya.
Akhirnya mereka berdua pun pulang dari kampus langsung pergi ke mall.. Sesampainya di mall..
"Eh, gaun ini bagus nggak?" tanya Melody.
"Bagus kok. Tapi kalau buat kamu ya kegedean lah.." jawab Stella.
"Ini bukan buat aku kok.." kata Melody tersenyum.
"Lah? Terus buat siapa?"
"Buat Mama aku. Dia ulang tahun hari ini.."
"Ohh, Mama kamu ulang tahun hari ini? Wah, selamat yaa. Nanti aku
boleh dateng juga ke acaranya?" pinta Stella.
"Jelas boleh dong, kamu kan sahabat aku.." kata Melody.
Gaun berwarna biru dengan motif berkilauan dipilih oleh Melody
sebagai hadiah ulang tahun untuk Mama tercintanya. Ia berharap semoga
Mamanya menyukai hadiah tersebut.
"Kita makan dulu yuk? Perutku nagih nih.." ajak Melody.
"Boleh kok. Ajakan itu yang aku tungguin dari tadi. Hhaha.."
"Yee, dasar. Yuk, ke pizza sana aja.,"
Mereka pun makan pizza bersama. Sambil makan, mereka mengobrol
tentang laki-laki.
"Mel, ngomong-ngomong kamu punya cowok belum sih?"
Uhuk. Melody tersendat. Dan Stella tertawa.
"Kenapa tanya kayak gitu? Tiba-tiba banget.." disela dengan minum.
"Hahha.. Nggak papa kok Mel, tanya aja.."
"Hih, dasar kepo kamu itu. Hhaha.."
"Yeee, aku kan cuman pengin tahu. Sampai segitu kagetnya. Hahhaha.."
"Aku nggak punya cowok kok. Aku lagi seneng sendiri.." jelas Melody.
"Hmm. Kenapa? Nggak ada yang mau?"
"Sialan. Banyak cinta datang, ku menolak. Hhaha.."
"Emangnya BCL Mel? Hhaha.."
"Tahu yaa? Hhaha. Lah kamu sendiri gimana? Apa kamu punya cowok?" tanya Melody.
"Enggak punya sih. Enakan menjomblo kayak gini, bebas. Lagian aku
udah punya sahabat deket, jadi untuk sementara ini enggak dulu deh.."
terang Stella.
"Ohh. Siapa sahabat deketmu?"
"Yang tadi kaget parah gara-gara di kepoin punya cowok atau enggak. Hhaha.."
Mereka berdua pun tertawa bersama. Canda dan obrolan mereka sangat
hangat. Sampai mereka tidak sadar kalau pengunjung lainnya melihat
tingkah mereka berdua.
"Udah kenyang kan? Yuk, pulang.." ajak Melody.
"Oke.."
Mereka berdua pulang naik taxi. Stella pulang ke rumahnya, dan Melody pulang juga ke rumahnya untuk menyiapkan pesta ulang tahun Mamanya.
Satu jam, dua jam, dan sampai empat jam telah berlalu. Pesta yang dinantikan Melody telah tiba. Ia mengirim message lewat BBM ke Stella.
Stell, sekarang ke rumah ku ya? Pestanya mau dimulai nih. Oke? Thanks :)
Hp Stella berbunyi. Ia melihat pesan yang masuk di BBM nya. Ia lalu
bersiap dan berangkat ke rumah Melody.
"Mel.. Melody.." panggil Stella dari luar pagar.
"Iyaa, bentar." ucap Melody.
"Udah dimulai?"
"Belum. Setengah jam lagi mama baru pulang. Kamu bisa bantu-bantu dulu."
"Oke deh.."
Mereka berdua menyiapkan pesta itu bersama Papa Melody, keluarga dan pembatu yang ada disana. Setelah selesai, mereka bersiap menunggu kehadiran Mama.
"Assalamu alaikum.." salam Mama Melody dari depan pintu.
"Waalaikum salam." jawab Melody dari dalam.
Mamanya menunggu. Tapi kenapa tidak ada yang membukakan pintu, lantas
ia membuka pintu itu sendiri. Ketika pintu dibuka..
"Selamat ulang tahun Ma..." ucapan dari Melody di iringi kertas
warna-warni yang di hamburkan dari lantai atas.
Suara music klasik favorit Mama, kue besar bertuliskan "Happy
Birthday Mama", dan pita berwarna serta balon menghiasi ruang keluarga
itu.
Melody langsung memeluk Mama tercintanya.
"Ma, selamat ulang tahun. Kita sayang Mama." kata Melody terharu.
Semua yang ada disana juga ikut senang, termasuk Stella yang sempat
meneteskan air mata melihat kedekatan Melody dengan Mamanya.
"Ma, make a wish ya." kata Papa.
Mama lalu membuat sebuah keinginan dan doa. Tidak ada yang tahu apa yang di batin olehnya. Yang jelas, mereka berharap semua yang terbaik untuk Mama dan keluarga ini.
Melody lalu memberikan hadiah yang tadi dibeli olehnya. Mamanya terkejut dan sangat menyukai gaun yang diberikan oleh anak kesayangannya itu. Ia tidak menyangka kalau Melody sangat mengetahui
seleranya.
"Gaun ini nggak cuman Melody yang pilihin loh Ma. Ini juga saran dari
Stella tadi.."
"Oh, nak Stella juga nemenin Melody beli gaun ini ya? Terima kasih ya nak.."
"Iyaa tante. Sama-sama." ucap Stella tersenyum.
Acara itu berlangsung dengan penuh kebersamaan. Stella yang bukan dari keluarga itu pun di sambut dan di perlakukan dengan baik oleh mereka semua. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Stella pun izin pulang. Ia pulang di jemput oleh supir pribadinya.
"Aku pulang dulu ya Mel, tante, om, dan semuanya. Sudah malam, nanti
takut dicariin Mama dan Papa dirumah.Terima kasih atas kebaikan kalian
malam ini. Stella pamit pulang yaa.."
"Iya nak, hati-hati di jalan yaa." kata Mama Melody.
"Kamu pulang sama siapa Stell? tanya Papa Melody.
"Aku di jemput supir kok Om. Udah nungguin di luar.."
"Hati-hati ya Stell. Thanks ya udah mau rayain ultah Mamaku."
"Iya Mel. Sama-sama. Bye.."
Stella pulang dengan perasaan sangat gembira. Namun mobil yang di naikinya tidak sengaja tertabrak oleh mobil lain yang ada di belakang.. Braackk. !!!
kecelakaan itu terjadi tidak jauh dari rumah Melody.
Melody yang sedang menyingkirkan gelas ke dapur, tiba-tiba saja gelasnya terjatuh. Dan Melody mendadak berprasaan buruk. Entah pertanda apa itu, ia belum tahu.
Keramaian terjadi di lokasi kecelakaan. Tragedinya, mobil dibelakang ternyata di kendarai oleh seorang pemuda yang sedang mabuk.
Stella yang kepalanya terbentur pun langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh supirnya. Supirnya yang juga mengalami luka ringan, secepat mungkin menolong anak majikannya itu.
Supir pribadi Stella lalu menelpon majikannya. Mama dan Papa Stella pun langsung bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan anaknya.
"Benturan yang terjadi pada kepala Stella untungnya tidak terlalu
keras, Stella akan bisa sehat seperti semula dalam waktu tiga atau
empat hari lagi.." ucap Dokter.
"Syukurlah, anak saya tidak apa-apa. Apa kami boleh masuk melihatnya
dok?" tanya Mama Stella.
"Silahkan. Itu sangat diperbolehkan." kata Dokter.
"Stella, bagaimana keadaan kamu nak? Mama dan Papa khawatir.."
"Stella nggak papa kok Ma, Pa. Maaf ya udah bikin kalian khawatir."
"Udah, jangan banyak bicara dulu nak. Kamu istirahat saja dulu ya.."
pinta Papa.
Mereka berdua meninggalkan ruang itu dan keluar menemui supir pribadi Stella yang juga mengalami luka di kepalanya.
"Tuan, Nyonya, maafkan saya. Saya tidak bisa menjaga Stella dengan
baik. Maafkan saya.." kata Supir itu sedih.
"Udah, tidak apa-apa Pak. Bapak sudah lama bekerja untuk kami, kami
juga sudah tahu kejadian yang sebenarnya. Ini bukan salah bapak.."
kata Papa.
"Terima kasih Tuan, Nyonya.."
Satu hari Stella tidak hadir ke kampus, Melody merindukannya.
Hari kedua Stella masih tidak hadir, Melody semakin khawatir dan merindukannya. Ia memutuskan untuk ke rumah Stella dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa tante??? Jadi Stella sekarang di rumah sakit?" kata Melody kaget.
"Iya nak. Sudah dua hari yang lalu setelah dari pesta Mamanya nak Melody kemarin."
Berarti saat gelas yang tiba-tiba pecah itu, itu pertanda buruk tentang Stella. Kenapa aku sampai tidak bisa menyadari itu? Bodohnya aku. Batin Melody.
"Kalau begitu Stella ada di rumah sakit apa tante? Aku mau jenguk dia."
"Rumah sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo nak.."
"Makasih ya tante, Melody mau kesana dulu."
"Iya nak, sama-sama. Hati-hati yaa."
Melody pun bergegas pergi ke rumah sakit yang dimaksud.
"Stella maafin aku. Waktu aku butuh kamu, kamu selalu ada. Tapi waktu
kamu butuh aku, aku nggak ada disana. Tunggu aku, aku akan datang.."
batin Melody.
Sementara itu..
"Mel, kamu dimana? Apa kamu masih belum tahu kalau aku terbaring
lemas disini? Atau kamu udah tahu tapi nggak peduli? Aku butuh kamu
sekarang Mel. Disini sepi banget, aku kesepian. Aku butuh kamu yang
bisa nemenin aku.." batin dan pikir Stella.
Melody pun tiba di rumah sakit. Ia bertanya ke petugas rumah sakit di ruang berapa Stella
dirawat. Setelah tahu, ia langsung menuju ke ruang itu.
Ketika ia kesana..
"Stellaaa.." kata Melody khawatir.
Tapi ruang itu kosong, hanya terlihat stand invus yg selangnya terjujur ke lantai. Stella tidak ada disana. Melody semakin sedih.
Ketika ia ingin menemui sahabatnya, Stella justru tidak ada.
"Dimana kamu Stell?" ucap Melody sambil ngos-ngosan karena berlari ke
ruang itu.
Melody mengelilingi rumah sakit dan mencari dimana sahabatnya berada.
Berkali-kali ia mencari, tapi tak menemuinya. Melody lalu duduk lemas di kursi taman yang ada di rumah sakit itu. Ia melihat seorang gadis
dengan seragam pasien yang sedang duduk di seberangnya sambil melihat langit biru.
"Apa itu Stella? Batinnya.
Melody menghampiri gadis itu, dan ternyata benar, ia Stella.
"Stella.." ucap Melody memeluk erat sahabatnya itu.
"Melody.. Aku kangen kamu.." balas Stella.
"Aku juga Stell, baru dua hari nggak ketemu, tapi rasanya lama banget.."
"Kenapa baru sekarang kamu kesini? Apa sebelumnya kamu nggak tahu?"
"Sebenernya setelah pesta itu, aku dapet siasat dari gelas yang aku bawa dan tiba-tiba pecah. Tapi aku nggak mau berpikiran negatif tentang kamu, jadi aku abaikan itu.. jelas Melody dengan nada sedih
"Ya udah, nggak papa kok. Tapi apa kamu juga lupa sama janji kita dulu sampai-sampai kamu seakan nggak sadar sama kondisi aku?"
"Janji apa? Yang mana Stell?"
"Hhehe, ternyata kamu lupa. Ya udah, lupakan aja Mel." ucap Stella tersenyum.
Melody penasaran, janji apa yang pernah mereka berdua ucapkan. Ia
mencoba mengingatnya. Ia ingat, lalu..
"Jika suatu hari kamu merindukan seseorang, kamu bisa memanggil aku.
Aku tidak berjanji bisa menghapus rindumu itu, tapi aku bisa
menggantikan orang yang sedang kamu rindukan.." ucap Melody.
Stella pun, kaget. Ternyata Melody masih ingat janji lama itu. Dan ia
sadar kalau Melody memang sahabat terbaiknya. Sambil menatap langit
biru yang indah, Stella melanjutkan..
"Jika suatu hari kamu menangis, kamu bisa memanggil aku. Aku tidak
berjanji bisa menghentikan tangismu dan membuatmu tertawa. Tapi
setidaknya aku bisa menangis bersamamu.." kata Stella.
"Jika suatu hari nanti kamu sakit hati, panggil saja aku. Mungkin aku
tidak bisa mengobati sakit hatimu itu, tapi aku bersedia sakit hati
bersamamu." ucap Melody.
"Jika suatu hari kamu tidak ingin mendengarkan siapapun, panggillah
aku. Aku berjanji akan ada disana untukmu, dan akan benar-benar diam
bersamamu.." lanjut Stella.
Melody mulai meneteskan air mata mengingat semua kenangan dengan
Stella. Dan melanjutkan janji mereka.
"Jika suatu hari nanti kamu ingin pergi karena suatu masalah, jangan
ragu untuk memanggilku. Aku berjanji untuk tidak memintamu tetap
tinggal, tapi aku bisa pergi berdua bersamamu.." kata Melody.
Stella ikut meneteskan air mata. Ia memegang tangan Melody, dan
mengucapkan janji terakhir mereka..
"Tapi jika suatu hari nanti kamu memanggilku dan aku tidak datang,
datanglah dan secepatnya mencariku. Karena mungkin aku yang
membutuhkanmu.." janji itu mereka ucapkan bersamaan..
"Thanks Mel, kamu sahabat terbaikku.."
"Kamu juga Stell. Terima kasih.."
Langit biru yang indah menjadi atap persahabatan mereka. Rumput hijau yang subur menjadi lantai persahabatan mereka. Bunga-bunga di taman seolah menjadi bagian dari keindahan persahabatan mereka berdua.
Itulah persahabatan yang sejati. Jangan ada pada saat kamu sedang membutuhkan dia saja, tapi datanglah juga saat dia membutuhkanmu. Saat kamu disana, dan dia tak ada, mungkin di tempat lain sahabatmu membutuhkan kamu.
***
Fanfict kiriman dari:
Fanfict kiriman dari:
0 comments:
Posting Komentar