Panasnya matahari, mulai menyengat kulit, saat itu sudah
menunjukkan pukul 09.45 WIB. Aku dan 11 orang temanku—ada Hendra, Adit,
Vansyah, Azam, Etsa, Bang Puguh, Andka, Pandu, Samsul, Bhima, dan
Iwan—berlatih sepakbola di Lapangan Rampal, Malang. Kami menyiapkan
diri untuk mengikti seleksi Chelsea Academy—itu di selenggarkan di
beberapa kota besar, antara lain, Jakarta, Surabaya, Makassar,
Palembang, Solo, Bandung, dan tak terkecuali Malang—“Gun.. Pindah bola,
sob!!” teriak Iwan padaku, di saat itu aku tengah mendribble bola, dan
aku di hadang oleh Bhima—Team dibagi menjadi 2 pihak, Team J dan Team
K. Seharusnya Team T, sudah datang, tapi tidak jadi karena mereka
mengalami kelelahan setelah ikut lembur, PSG di sekolah. Dan
masing-masing terdiri dari 6 orang, Team J, antara lain, Aku, Vansyah,
Iwan, Samsul, Pandu, dan Adit. Team K, yaitu, Etsa, Azam, Bang Puguh,
Bhima, Hendra dan Andika—kemudian, aku mem-pass bola ke Iwan, dan dia
angsung melakukan tendangan ‘First Time’ ke gawag yang di kawal oleh
Etsa. Dan terjadilah gol, dan gol dari Iwan itu juga mengakhiri latian
kami di pagi ari tersebut. Skor Ahir ialah, 4-8. 4 bagi kami, dan 8
bagi Team K. Benar-benar pertandingan yang seru, dan di penuhi canda
tawa. Meskipun kami kalah, itu bukanlah masalah, karena tantangan yang
sebenarnya telah menanti. Yaitu, Chelsea Academy Selection. Sekitar 145
menit kami latihan—dengan waktu istirahat 15-20 menit—yang dimulai
sejak pukul 7 pagi, dan hari itu adalah hari Minggu. Kemudian, setelah
lelah berlarian mengejar bola, kami pun memutuskan untuk beristirahat,
ada yang bermain handphone—Facebook, Twitter dsb—bercanda, mengobrol
masalah sepak bola, dan hal yang lainnya. Saat itu aku lihat Azam, dia
tampak murung, lalu, aku datang menghampirinya.” Hoi, Zam.. Kenapa
bengong aja lu??” tanyaku sambil menepuk pundaknya Dia kaget. “Hah..
apa??” refleksnya. “kok kliatan sedih, sob??” “huuft.. gw lagi sedih,
sob..” curhatnya. “hoho, sedih kenapa, lu?? Aku berusaha mencari tahu
apa permasalahan yang di hadapinya. “Ochi, sob..” sahutnya. “Kenapa
Ochi, sob??” lu berantem ya ma dia??” tanyaku—Ochi adalah salah satu
perempuan yang paling di idam-idamkan di sekolah, dan Azam sanga
mencintai dan menyayangi Ochi, perjuangan cinta dari Azam pun tidak
dapat dilihat dengan sebelah mata, karena menurutku, Azam adalah type
pria yang setia—Azam pun bercerita padaku—sementara teman-teman yang
lain, sedang asyik sendiri—
“Wah.. kalau kaya gitu caranya, gue bisa galau seengah
hidup, sob.. eh, salah, setengah dewa, sob..” sahutku dengan nada
menghibur. Tiba-tiba handphone, si Hendra, berbunyi. . lantas, dia
segera mengangkatnya. “Halo? Oh, Shanju! ..iya-iya, ini lagi mo
persiapan pulang kok..” tampaknya Shanu menelpon, menyuruhnya
pulang—Shanju adalah pacar dari Hendra, mereka sudah jadian, sekitar 3
bulan lalu—“sob.. gue pamit pulang dulu ya..” kata Hendra sambil berdiri
dari tempat ia duduk beristirahat bersama aku dan teman-teman yang
lain, “ane ikutan, Ndra..” sahut Andika—mereka beruda, memiliki kakak
perempuan yang sama, yaitu Jessica Veranda, atau biasa dipanggil
VE—“oke, boy! Ati-ati!” sahutku sambil melambaikan tangan kananku kepada
mereka berdua. “Assalamuallaikum..” kata Hendra, “Waallaikumsalam..”
sahutku dengan teman-teman kompak. Tak lama kemudian, Bang Puguh, Bhima,
Adit dan Etsa juga pamit pulang. Bang Puguh—dia adalah kakak kelasku
dulu, dan kini sudah kuliah, dan dia juga adalah pacar adikku,
Achan—pamit untuk pergi jalan-jalan dengan adikku, Achan. Bhima—Dia juga
kakak kelasku dulu, tapi berbeda kelas dengan Bang Puguh, Bhima juga 1
kuliahan dengan bang Puguh—pulang dengan nak motor untuk menjemput Kak
VE, ceweknya di tempat kuliahnya—sedangkan Adit dan Etsa, mereka
pulang memang pulang lewat jalan yang berbeda. Mereka juga menyukai
perempuan yang menjadi idol di institusi masing-masing, Yaitu, Teh
Melody yang 1 kuliah dengan Kak VE, dan Rena—Teh Melody, kakak kelasku
dulu, yang sangat. Dia mempesona, banyak laki-laki yang bermimpi untuk
memilikinya. Dia adalah kakakku. Aku sangat beruntung memiliki kakak
seperti Melody—Sedangkan Rena, cewek yang selalu membuat hati Etsa
berdebar-debar tiap kali menatap matanya dan membuat hatinya
berbunga-bunga, dia adalah siswi dari Negeri Sakura, Jepang—pada saat
itu ada pertukaran siswa dan siswi, dan Indonesia melakukan pertukaran
pelajar dengan Jepang, untuk saling memahami culture budaya
masing-masing Negara dan Study Banding.
Aku selalu tertawa jka melihat tingkah laku Etsa dan Azam
ketika menggoda Rena dan Ochi. Sayang, mereka berdua masih ragu-ragu
untuk menyatakan cintanya ke oshimen masing-masing. Lalu yang tersisa
di pos dekat Lapangan Rampal—tempat kami beristirahat usai bermain bola
tadi—hanya ada aku, Pandu, Vansyah, Azam, Samsul dan Iwan—Vansyah dan
Iwan menyukai gadis yang sama dan gadis itu memang jadi primadona di
sekolah kami, Yaitu, Nabilah. Adik kelas yang cantik dan mempesona,
tapi, aku sama sekali tidak tertarik, karena aku sudah punya bdadari
impianku sendiri—Tiba-tiba, Azam menerima sms dari Ochi, “Zam, cepet
pulang. Aku mo ngomong sama kamu..” kubaca sms itu, saat Azam
menunjukkan Handphone nya ke arahku. “ya udah, sob.. pulang, gih.. udah
di tunggu tuh..” jawabku. “oke,sob.. thanks ya, udah mau ndengerin
curhatku” “relax, bro.. itlah gunanya temen.. temen lagi sedih, ya di
bantuin, bukan malah di cuekin ataupun di buat makin sedih.” Sahutku.
Kemudian dia pun segera pulang, diiuti Pandu yang sudah ditunggu Beby di
tepi jalan sambil membawa motor dan Helm—Pandu dan Beby juga sudah
berpacaran, tapi masih berumur jagung, baru 3 hari yang lalu—Tinggalah
kami ber-empat, Team inti dari Aremation Football Team—diambil dari nama
Studio Animasi kami, Aremation, merupakan team yang beranggotakan 9
orang Crew Aremation Studio, dan kami sebut ‘Team’ karena hanya
berisikan 9 orang inti saja—“Gimana nih, bro?? Seleksi udah bakal mulai
tanggal 11 November!” ucap Vansyah membuka pembicaraan, “iya, ane tau,
van.. kita udah persiapan selama 2 bulan ini, ap, kaga tau, bisa lolos
ato kaga..” sahut Samsul. “Lu pada pesimis, guys?? Where’s your
passions, boys?? Do you even won’t pass out this selection?? Ujarku
memberi semangat. “Gue setuju ama Gunung, kalian kaga ada semangatnya
guys. Ayo dong, kita harus optimis, kita sudah berusaha, sekarang, kita
tinggal berdoa, dan pasrah pada Allah SWT.” Ucap Iwan menasehati.
“Betul juga lu, Wan..” kataku. Kami berempat pun tertawa bersama, di
tengah terknya matahari,. Dan saat itu jam mulai menunjukkan pukul
11.45—saat itu aku mengeluakan handphoneku dan menengok jam, di Screen
Server dan Walpapper, terdapat foto Stella, Minano Daisuki—
Tiba-tiba, si Azam mengirimiku sms, langsung ku baca sms tersebut,
yang berisikan “Sob, tadi Ochi sms gue ngajak ketemuan, ternyata dia
nembak gue! Gue sih awalnya kaget, eh, ternyata dia serius, sob!
Ahkirya gue jadian ma Ochi, Alhamdulillah, seneng banget gue hari ini,
sob!! Thanks, broo!! Oh, ya si Etsa tadi juga, nyoba nembak Rena,
ternyata diterima juga.. hahaha..” itulah isi sms yang dikirim oleh
Azam. Aku tertawa membaca sms itu. Dan kawan-kawanku kaget melihatku
tersenyum sendiri dan tertawa. “Gun.. knapa, lu?? Jangan jadi gila ya..
gara-gara di tolak sama Cici Stella—pada waktu itu, aku pernah nembak
Stella, karena dia sudah lebih dulu jadian dengan Adit, dia menolakku
dengan halus dan sopan, dan memintaku untuk menjadi sahabatnya—“huss,
kasian Gunung, Wan..” serobot Vansyah menasehati Iwan. “hahaha.. gapapa,
Van..” jawabku dengan sedikit senyum.—Cici Stella memang gadis yang
paing aku sukai dan ku dambakan sejak pertama aku masuk sekolah SMK ini,
waktu itu aku lihat dia pergi kuliah dan satu kuliah dengan Teh
Melody, Kak VE, Bang Puguh, dan Bhima. Aku pun banyak bertanya tentang
Stella ke mereka berempat—Suaranya Stella yang merdu, lembut, membuat
jiwaku melayang, sayang, hatinya sudah di miliki oleh temanku,
Adit—memang, saat mendengar ucapan Iwan, hatiku sempat sakit, tapi itu
tidak apa-apa, dia hanya bercanda saja—“sabar, sob. Ntar juga Stella
putus kok ma Adit..” sambil menepuk-nepuk pundakku, Samsul berusaha
menghiburku. Tak sampai 60 menit, adzan pun berkumandang, tepat jam
11.17 WIB. Kami pun berhenti ngobrol sejenak, untuk mengikuti kalimat
Adzan yang di ucapkan oeh Muadzin. Setelah Adzan berakhir, kami pun
berdoa—doa setelah mendengar Adzan—Kemudian kami pun beranjak pulang.
Vansyah dan Iwan, pulang menaiki sepeda motornya
masing-masing, begitupun Samsul, mereka pulang, dan pergi ke sekolah
ataupun tempat lainnya, melalui jalan yang sama—sementara kau, sudah di
tunggu adikku, Jeje di tepi jalan. Aku langsung menghamprinya,
“dedek..” sapaku. “hai, kakak.. capek banget ya abis main bola?”
tanyanya sambil menebar senyum manisnya. “capek banget.. udah panas,
haus, gerah lagi..” keluhku. “sabat ya kak. Bentar lagi juga kita
pulang.” Jawabnya sambil mengusap keringat yang mengalir di pipiku
dengan sapu tangannya yang harum. Kemudian, aku kembali ke dekat pos
tadi, untuk mengambil sepeda motorku yang ku parkir dekat pos. Lalu, aku
nyalakan mesin, ku pakai helmku dan mulai menjalankan motorku menuju
tempat Jeje tadi, untuk segera pulang ke rumah. Sekitar 15 menit
perjalanan, kami pun sampai di rumah—saat itu Jeje juga baru pulang
sekolah—“Kak, mandi, terus solat gih..” katanya mengingatkan. “iya,
dek.. makasih udah ingetin. Jawabku. “oh, ya, Kak. Achan mana?? Tanya
Jeje. “oh, Achan.. ? lagi sama cowoknya, Bang Puguh, jalan-jalan kali”.
Jawabku santai. “ouh gitu ya, Kak.. Yaudah” “emang knapa??” tanyaku
penasaran. “Gapapa, kak.. tadi katannya mau nyari Boneka Stich yang
baru, skalian, aku juga mau beli boneka Angry Birds yang baru juga..”
cerita Jeje. “oalah.. kirain ada apaan. Lagian kamu ma Achan jangan
jajan terus, di tabung uangnya. Cewek-cewek kok demen amat ya belanja?”
heran kakak.” Kataku sambil menggeleng-gelenggkan kepala. “ya gitulah
cewek, kak” jawab Jeje singkat.
Tak lama, Teh Melody pulang. “Assalamuallaikum..” salam Teh
Melody. Aku pun langsung menghampirinya dan mencim tangan kanannya
halus dan wangi. Itulah kesan yang bisa kusampaikan saat itu. “sudah
solat dedek??” tanya Teh Melody padaku “sudah, kak. Barusan aja
selesai.” Jawabku “kak.. aku ikut seleksibuat masuk Akademi Chelsea, di
London” ceritaku “oh, iya?? Kenapa nggak MU aja, Dek??” canda Teh
Melody “MU.. aku nggak suka MU kak.. kalo Milan, Inter, saya suka. Sama
kaya Ci Stella, saya suka Milan.”—padahal, aku sebenarnya tidak
memfavoritkan tim yang menjadi rival team favoritku,
Internazionale—jawabku, “haha.. bisa aja kamu, Dek.. kapan seleksinya
mulai?? And sapa aja yang ikut?? “lusa, kak. Jam 15.00 di Lapangan
Rampal, yang ikut, banyaklah.. tapi, kalo sama temn-temnku ada 11
orang, 12 sama saya.” Belum selesai aku bercerita, Teh Melody menyahut
“wah, kaya team bola aja, dek.. hahaha” kata Teh Melody dengan
bercanda. “lebih 1 atuh, kak” “iya, dek.. kakak tahu.” Jawab Teh Melody
dengan tertawa. Kemudian, sore arinya, Vansyah mengrim sms padaku, dia
mengajak latian bersama LionBlues. Dia mengatakan, “latian buat
nyiapin single ke-2, Sob. Kalo Still Friend kan udah ke-upload di
4Shared”. “oke, sob. Gue susul lu ntar.” Balasku, kemudian, setelah
mandi dan sholat Ashar, aku langsung pergi menuju ke rumah Vansyah—Lead
Guitar LionBlues dan Sutradara film di Aremation—saat itu pula ada
Achan yang baru pulang dengan Bang Puguh. Karena aku tidak sabar untuk
segera emegang stick Drum dan bermain drum di studio, aku hanya menoleh
ke Achan dan Bang Puguh yang ada di depan rumah. “Assalamuallaikum!!”
teriakku pada Teh Melody, Achan, Jeje dan Bang Puguh. Aku pun segera
memacu motorku—dengan kecepatan normal 60Km/Jam—.
Sesampainya di rumah Vansyah, kami pun masih berbincang
tentang single ke-2 itu—yang belum diberi judul—lirik yang baru aku
buat kemarin malam, di pakai oleh Vansah sebagai single ke-2 dan di
bagian reff, ada penggabungan lirikku dengan lirik buatannya. “ku
terpukau oleh senyuman manismu. Aku berkhayal jika saja ku bisa
berjalan bersamamu. Tapi kita berdiri di bawah langit yang berbeda. Kau
memiliki langit yang berwarna biru, sementara aku, memiliki langit
abu-abu. Oh, mungkin seekor Merpati tidak akan pernah bisa jatuh cinta
pada seekor Tikus.” Itu lah bagian Reff yang terdapat dalam lirik yang
aku buat. Ku buat lirik itu unutk di persembahkan pada sosok Stella
Cornelia—gadis cantik yang membuat hari-hariku lebih berwarna dan
memberiku motivasi untuk mengarungi kerasnya dan pedhinya kehidupan
ini—“Nung.. kenapa lagi, lu?? Kepikiran Stella lagi ya?? Tanya Vansyah.
“hah? .. iya nih, Van. Tiap hari kebayang wajahnya terus, seandainya ku
bisa memiliki gadis sepertinya, mungkin, hari-hariku akan terasa lebih
cerah, berwarna, dan mendung yang hinggap di hati dan pikiranku, akan
hilang, tergantikan oleh indahnya pelangi dari cinta dan kasih sayang
Stella. Dan hatiku akan sangat bahagia bila saja itu bisa terjadi.
Tapi.. semua itu hanyalah mimpi, ku tak bias menggapainya di dunia yang
fana ini, aku harap, dia bisa merasakan apa yang kurasakan sekarang,
betapa sulitnya seekor Tikus berusaha mendapatkan hati seekor Merpati.
Di saat sudah ada Merpati lain yang lebih sempurna untuknya…” mataku
mulai berkaca-kaca “waduh.. lu mau nangis, sob?? Sahut Vansyah. “ha..??
kaga.. tadi malem, gue begadang ma kakak gue, nonton Chelsea Vs MU,
sob, jadi rada ngantuk sih sekarang”.—aku berusaha menghibur diri,
supaya air mataku tidak mengalir di depan temanku—“ouh, iya Nung.. tadi
menang 5-4 kan?? Haha.. Revenged has already done” kata Vansyah
berusaha menghiburku. “that’s right, bro.. I was very glad with the
winning of Chelsea today. It’s such an important things to get, cause,
the next match, is against Shaktar Donestk and Liverpool, both of ‘em
it’s a great teams I think..” “you’re right, Nung.. how about your
sister, Melody’s feeling about the it?? Tanya Vansyah. “I’ve saw she
feel a little sad I think, cause she really Loved, MU, especially Wayne
Rooney.” kemudian, kami tertawa membahas pertandingan antara Chelsea
Vs MU. Kemudian, tak beberapa lama, kami pun berangkat ke Studio,
dimana 2 anggota LionBlues yang lain telah menunggu, yaitu, Hakim dan
Mustakim. Kami menggarap 3 lagu saat itu, yaitu 2 lagu kami sendiri.,
yang 1 lagu dari Radiohead – Creep—lagu yang mengisahkan seorang
laki-laki yang mencintai seorang gadis yang sangat istimewa baginya,
tetapi gadis itu tidak menghiraukan laki-laki itu, sama seperti yang
kurasakan—.
Beberapa hari kemudian, ku dengar Stella putus dengan Adit,
tepat di saat seleksi tahap kedua akan dimulai, teman-temanku pun
mensupportku untuk aku segera menyarakan cinta pada Stella. “Ayo,
Nung.. Gambarimasu! Stella udah nungguin, lu” kata Etsa. “iya tuh,
sikat dah. Keburu di sikat orang lho ntar” imbuh Azam. “Semangat, Nung.
Cowok harus gentle, man.” Sahut Iwan. Aku pun tidak yakin saat itu,
karena masih memikirkan, bagaimana nanti sore aku bias lolos seleksi
Akademi Chelsea, dan terbang ke London, bersama teman-temanku. Tak
lama, Adit pun dating. “Nung.. gue mau ngobrol bentar ma loe” katanya
sopan. “ada apa, Ditt?? “ini masalah Stella, ada kabar bagus buat
ente..” jawabnya dengan senyum—tampaknya Adit sudah bias melepaskan
kehadiran Stella yang selalu menemani kehidupannya dulu—“gini sob.. gue
ngerasa, ada baiknya.. Stella jadian ma loe. Sebenernya, dia udah suka
ma loe, tapi, dia cuek aja. Karena dia, ingin melihat seberapa keras
perjuanganmu.. untuk bias dapetin hatinya, karena dia, nggak mau
seorang cowok yang gak setia dan cumin main-main ke dia. Aku mutusin
dia, karena dia lebih sayang ke loe, dia sering nanyain loe ke gue, Bang
puguh ma Bang Bhima.” Ucap Adit. Aku hanya menganggukan kepala. “hmm..
kalau seperti itu, berarti kesempatanku ada kan?? Tanyaku. “jelaslah!
Tapi, lu harus cepet, karena bukan loe doing yang mau ma Stella,
cowo-cowo sini pada kaya Zombie semua kalo udah ngeliatin dia.” Katanya
menasehatiku. “oke, sob. Besok, gue tembak dia..” ujarku ragu-ragu bila
saja aku di tolaknya. “siip, langsung ke orangnya, jangan pake
sms/telpon..” katanya menasehatiku lagi.
Tanggal 11 November. Tepat hari ultah Nabilah. Vansyah dan
Iwan memberikan gift special untuk Nabilah. Begitu juga dengan Azam,
Hendra, Adit, Pandu, Bhima, Samsul, aku Etsa, Andika, dan Bang Puguh.
Nabilah senang sekali saat itu, sampai dia menangis karena terharu
dengan keihklasan dan kebaikan teman temannya padanya. Teh Melody,
Stella, Achan dan Jeje. Juga memberikan hadiah. Tetapi di saat yang
berbeda—di tempat latian dance mereka—hari ini juga ada seleksi tahap
kedua dimulai, mulai dari test Dribbling, Endurance, Shooting, Team
Working, Passing, dan sebaginya. Kami semua berusaha memberikan yang
terbaik. Tetapi saat itu, Etsa, Azam, Pandu, Andika, Adit, Hendra
sedang menyiapkan diri untuk ,mengikuti Ujian Akhir
Semester—UAS—Sementara, Bang Puguh dan Bhima, sedang sibuk mengerjakan
tugas-tugas kuliah yang menumpuk, belum lagi tugas skripsi yang telah
menunggu mereka, begitupun juga dengan Kakakku Melody dan Kak VE.
Rasanya sepi, tanpa kehadiran mereka. Tapi, seleksi harus tetap
berlanjut. Dan aku teringat Stella saat itu, yang membuat konsentrasiku
buyar, dan sempat beberapa kali, Head Coach memarahiku, “Gunung!! Kamu
niat main atau tidak?? Kamu bermain seperti andak kecil saja!! Lebih
baik kamu keluar dari seleksi ini!!” teriak Head Coach. “maaf, pak. Saya
akan berusaha lebih baik lagi” jawabku dengan gemetaran. Setelah
berusaha keras untuk tidak memikirkan Stella sejenak. Aku merasa
permainanku jauh lebih baik daripada di awal tadi. Dan sedikit demi
sedikit, aku mulai enjoy dengan menu seleksi itu. Dan tahap ke-3—seleksi
lebih ketat di Jakarta, dan hanya ada 7 orang yang dipilih, kemudian,
di saring menjadi 4 orang saja yang berangkat menuju London—“yang lolos
dalam seleksi tahap ke-2 ini, ada 15 orang.” Assisten Coach
mengumumkan nama-nama pesera yang berhasil lolos. Dan bersamaan dengan
matahari sore yang akan terbenam—waktu menunjukkan pukul 17.10 WIB.
Vansyah, Iwan dan Samsul sudah di panggil lebih dahulu. Dan mereka
berhak menuju seleksi di Jakarta. “1 orang lagi akan kami diskusikan
lagi. Dan besok akan di publikasikan”—karena ada 5 orang lagi yang
harus di saring untuk mengisi 1 kuota menjadi 15 orang—jantungku
berdebar-debar, keringat meluncur deras, hatiku gelisah, dan aku pulang
dengan perasaan tak tenang. Hampir menangis aku saat di perjalanan
pulang, untung sudah ada Teh Melody di depan rumah, yang sudah
menungguku cukup lama—saat itu Adzan Mahrib sudah berkumandang—dan dia
sudah tahu apa yang aku rasakan.
Teh Melody berusaha menghiburku. Teh Melody lah kakak
yang paling perhatian terhadapku, dia memelukku saat itu—melalui
sms—dia memelukku cukup lama dan mataku perlahan meneteskan air mata,
tapi segera ku hapus. Malam itu Teh Melody menghiburku. Lalu, Stella
menelponku. Memintaku menemuinya. “kak.. Stella telpon. Dia ngajakin
aku ketemuan..” ceritaku. “hmm.. iya dah.. samperin gih.. ati-ati ya”
jawabnya dengan senyum manis menggetarkan hati. Aku segera menuju taman
dekat rumah Stella—dia memintaku kesana—jam tepat menunjukkan pukul
19.00 WIB. Lampu terlihat cukup terang menyinari bangku taman tempat
Stella duduk sendirian. Aku puhn menghampirinya, “hai, Stella..”
sapaku. Tiba-tiba dia langsung memelukku—sehari ini aku heran, kenapa 2
bidadari memelukku. Tapi, aku merasa sangat bahagia—Ternyata, dia
menyatakan perasaanya padaku. Dan cukup lama kami mengobrol. Aku pun
tidak percaya dan ragu-ragu terhadap Stella yang mengatakan “..aku suka
kamu, Gunung” sambil tersenyum malu. Sampai hampir 120 menit kami
bersama! “Subhanallah, aku bisa ditemani gadis secantik dia” gumamku.
Karena aku kelelahan sehabis seleksi sepak bola, aku pun pulang ke
rumah—aku berpamitan dengannya, dan ku cium keningnya yang tertutupi
oleh poninya, yang menjadi senjata ampuh menaklukkan hatiku yang sepi
ini—sampai, di rumah, ada kedua adikku, Achan dan Jeje yang juga baru
pulang berbelanja bersama Bang Puguh, Hendra, Andika, Kak VE, dan
Bhima. Jeje berkata, bahwa Head Coach, Darmawan—Head Coach yang ada di
Jakarta yang bakal memimpin seleksi tahap ke-3—menelpon dan mencariku.
Dan Jeje berkata, bahwa, aku lolos ke Jakarta! “Alhamdulillah..” aku
sangat bahagia sehari itu.
Setelah beberapa hari aku bersama Stella—aku sudah jadian
dengannya pada beberapa hari lalu—aku di panggil mengikuti di Jakarta.
Kemudian, aku di telponnya, saat aku tengah menggambar dirinya, karena
aku ingin memberikan sesuatu yang berbeda untuknya. Walaupun hari ulang
tahunnya sudah lewat—3 November 2012—langsung aku angkat teleponnya
“Hai, Cici..” sapaku. “Hai, Gunung” sapanya dengan sedikit tertawa
senang. “hehe.. ada apa??” Tanyaku penasaran. “aku pengen
ngobrol-ngobrol ma kamu..” jawabnya. “Ouh, oke. Dimana enaknya??”
“hmm.. alun-alun kota yuk” pintanya. “ouh, oke, Cici. Bye..” aku pun
mengepalkan tangan dan berkata “yes!” Tapi, tak lama setelah itu, kurasa
perasaanku tidak enak. Dan aku mulai merasakan, ada sesuatu yang tidak
beres dengan ajakan Stella kali ini. Di sisi lain, aku mendapat kabar
bahwa Kak VE, The Melody, Achan, Jeje, Beby, Ochi, Rena dan Nabilah
telah lolos audisi JKT48!! Aku kaget mendengarnya, sekaligus senang
sekali. Apalagi Pandu, dia sangat senang, karena Daisukinya—yang
mempunyai style Dance yang keren—bisa lolos audisi Sister group dari
Jepang, AKB48. Hal itu dirasakan teman-temanku yang lain juga. Mereka
bahagia sekali, sekaligus bangga. Rasa sedih dan gundah menghampiri hati
mereka. Tapi, hal itu sudah ditutupi oleh rasa bangga dan bahagia.
Jadi mereka, sudah ikhlas melepas “Daisuki”—orang yang dicintai/
disukai—masing-masing.
Keesokan harinya, Stella sudah tampak menungguku dengan
menggunakan kaus bertuliskan JKT48 berwarna merah, awalnya, aku kaget,
kenapa dia mengenakan kaus itu. “apa mungkin dia juga lolos audisi
JKT48 bersama yang lain??” dan ku tengok, dia mengenakan kacamata
berwarna biru—kacamata yang dia gunakan ketika perasaannya sedang tidak
enak, gelisah, gundah, atau sedih, tapi tetap berusaha untuk tetap
tenang dan senang—kemudian, aku langsung menghampirinya. Lalu, aku
langsung duduk di samping kanannya, langsung, aku memegang tangan
kanannya. “ohayou, kawaii” ucapku dengan senyum. “ouh, kamu! Aku kirain
siapa! Jawabnya sedikit kaget. “udah lama nungguin??” tanyaku “nggak
kok, aku baru aja datang” jawabnya halus. “oh ya. Mau ngomong apa,
Cici?” “hmm.. kamu jangan kaget ya.. jangan sedih ataupun marah ma
aku..” jawabnya pelan. “haha? Nggak kok. Tenang aja” jawabku halus.
Kemudian dia bercerita, bahwa dia juga lolos audisi JKT48! Dan kaos yang
dia pakai itu langsung diberikan pada Member yang sudah dipastikan
lolos audisi. Kemudian, aku lihat matanya mulai berkaca-kaca, lalu,
perlahan dia menangis, seiring dengan rintik-rintik hujan gerimis yang
terjadi saat itu—sambil menunjukkan undangan untuk ke Jakarta, dalam
rangka peresmian member JKT48—dia langsung memelukku sambil menangis,
“ku nggak mau ninggalin kamu..” jawabnya “iya, aku tahu, tapi aku juga
harus.. ke Jakarta untuk seleksi tahap 3 Chelsea Academy” kataku—saat
itu kami memang mempunyai undangan ke Jakarta, tapi, dalam jangka waktu
yang berbeda pula. Dan aku berangkat 1 minggu setelah Stella
berangkat—betapa sedihnya ku lihat wajah cantik Stella di aliri oleh air
mata, aku terus berusaha menghapus air mata yang membasahi wajah
‘Kawaiinya’ dengan tangan kananku. Dia kemudian tetap memelukku, seolah
tidak mengizinkan aku beranjak dari tempat itu, tepat di sisinya—memang
alun-alun Kota saat itu cukup sepi, karena ini adalah hari efektif
kerja, dan kami memiliki hari libur saat itu—“sudah, Ci.. Bidadariku gak
boleh nangis..” tapi dia tetap meneteskan air mata. “kita kan ntar
bisa ketemu lagi, ntar kalokemungkinan terburuk, aku nggak lolos. Aku
jemput kamu di Jakarta, ya?” kataku dengan cara menghibur. “janji, ya?”
tanyanya “iya.. pasti kok.” Sambil ku elus rambut panjangnya yang
halus dan wangi. Hati ini memang sakit bila harus meninggalkan bidadari
se-sempurna dia, aku ingin sekali menangis saat itu. Tapi ku berusaha
menguatkan hariku. Dia pergi untuk sebuah kesuksesan. Tak ada arti aku
harus menahannya pergi.
Tiba-tiba, hape Stella berbunyi. Adele—Some One Like
You—yang menjadi ringtone handphone nya. “Tuh ada telfon, angkat gih”
kemudian dia mengangkat telfon tersebut. Itu ternyata dari adiknya,
Sonia. “iya, dek? Sekarang berangkatnya?” jawabnya dengan sedikit
kaget. “hmm.. sepertinya sudah saatnya aku harus benar-benar melepasnya”
gumamku dalam hati. Kemudian dia menutup telponnya. Dia berdiri
sejenak di kejauhan—saat Stella menerima telpon tadi, dia bergegas
pindah ke tempat yang sepi untuk berbicara dengan Sonia—tak lama
kemudian, dia menoleh ke arahku, dan lari menghampiriku. Lalu, dia
memegang kedua tanganku, di genggamnya erat-erat. “Gunung..” kalimat
itu terlontar dari mulutnya sambil menangis terisak-isak. “..maaf, aku
harus pergi sekarang.. kata adekku, bis Member JKT48 sudah dalam
perjalanan ke rumah, and aku harus ceper-cepet pulang sekarang”
lanjutnya. Aku pun menjawab, walaupun dengan rasa sedih yang mendalam
saat itu, “iya.. kalo cuman kata maaf, aku udah maafin kamu, lagian aku
nggak pernah, nggak maafin kamu” kemudian aku mengantarnya pulang ke
rumahnya. Sesampainya di dekat rumah, sudah ada adiknya, Sonia, yang
juga mengenakan kaos kebesaran JKT48 yang berwarna merah. Dan saat itu
pula, Sonia sudah bersiap dengan tas dan koper—Bis akan menuju Bandara
Juanda, Surabaya, dan kemudian terbang menuju Bandara Soekarno Hatta,
Jakarta—Dan bis member JK48 datang menjemput masing-masing Calon Member
sesuai dengan Regional yang sudah di tetapkan oleh panitia di bidang
transport. “tuh, adikmu udah nungguin” kataku. “iya..” jawabnya
singkat, dia masih bersedih saat itu, “..aku bakal selalu merindukanmu”
jawabnya pelan, “iya, aku juga kok. Adios dulce senorita Stella ‘Cici’
Cornelia” kemudian, dia berlari sambil mengusap air mata di kedua
pipinya, sambil sesekali menoleh ke arahku, sambil melambaikan tangan
kanannya. Aku pun hanya bisa menghela nafas melihatnya pergi.. “semoga
karirmu dan semua kegiatan yang kamu lakukan bersama Idol Group JKT48,
selalu dapat meraih kesuksesan! Amiin.” Doa ku panjatkan dalam hati.
“Sayonara Daisuki No Hito, Stella Cornelia” tak lama kemudian, bis
berwarna merah, bertuliskan JKT48 di sisi kanan dan kiri bis, datang.
Selang beberapa menit setelah aku berdoa tadi. Lalu, kulihat Stella
mulai menginjakkan kaki kanannya ke dalam bis—sebelumnya, adiknya masuk
ke dalam bis terlebih dahulu—dan menoleh ke arahku sambil melambaikan
tangan kanannya lagi, dengan senyuman bercampur tangis. Huuuft..
selamat tinggal, Stella, aku akan selalu menyayangimu, mensupportmu,
dan merindukanmu selalu..
“a hundred days that make me older.. it’s the last time
that I saw your pretty face..” itulah salah satu penggalan lirik lagu
band asal Amerika Serikat, 3 Doors Down, yang berjudul “Here Without
You”. Lagu itu selalu kunyanyikan dengan menggunakan headset, ketika
saat di Chelsea Academy usai—aku dan 3 temanku, Vansyah, Samsul dan
Iwan akhirnya bisa pergi ke London, Inggris untuk seleksi lagi untuk
mendapatkan pos di First Team Chelsea, bersama 28 anak Chelsea
Academy—kami pun juga selalu merindukan teman-teman kami, yang selalu
berlatih bersama saat berada di Malang dulu, seperti Etsa, Azam, Bang
Puguh, Bhima, Pandu, Hendra, Adit, Andika. Begitupun juga dengan The
Melody, Kak VE, Jeje, Achan, Beby, Ochi, Sonia, Rena, Shania,Nabilah dan
daisuki ku, Stella. Sambil ku pandangi foto yang diberikan Stella
padaku, selalu kunyanyikan lagu itu, dan juga lagu Boku No Sakura dari
AKB48. Di handphone ku, ada foto-foto Stella saat sebelum dan sesaat
bersama member-member JKT48 yang lain, dan foto yang paling berkesan
sekaligus menarik, ialah foto saat ulang tahun Nabilah. Di foto itu, ada
Stella, Shania, Teh Melody, Sonia, Achan dan Jeje mencium Nabilah di
pipi. Sungguh foto yang lucu. Dan tak sedikit pun pikiran negative
terlintas di benakku saat ku lihat semua foto-foto yang diambil tepat
tanggal 11 November 2012 lalu. Dan foto yang paling kusuka adalah ketika
Stella memakai Seifuku biru dan Hitam. Ku sangat merindukannya, ku tak
bisa lagi membendung air mataku ketika k pandangi wajah cantiknya itu
dengan senyum yang menggetarkan hati beserta mendengarkan lagu 3 Doors
Down dan Boku No Sakura. Ku bernanyi, ”I’m here without you, Stella..
But You just still on my lonely mind. I think about you, Stella. And I
dream about you all the time..”—kata-kata Baby, ku ganti dengan nama
Stella, karena, bisa terjadi kesalahpahaman dengan Pandu nantinya—air
mataku perlahan mengalir di kedua pipiku dan sesekali jatuh menetes
tepat di foto Stella yang tersenyum manis—dia memberikan foto digital
dan foto biasa—senyuman manis yang selalu mewarnai hari-hariku, teringat
saat ku dulu bersamanya, menghabiskan waktu berdua bersama, bernanyi,
dan bercanda—terutama, saat pertama kali kulihat dia melakukan Shuffle
Dance—dan pernah kulihat status di Twitternya, bahwa suatu waktu, dia
mengalami kegelisahan yang mendalam, dan kurasa dia merindukkan
seseorang. Hingga dia berkata bisa mempunyai nafsu makan yang
berkali-kali lipat, jika terus tenggelam di laut kegalauan tersebut. Dan
dia juga pernah, mengirimiku sms, kalau, dia sangat merindukanku. Dia
bercerita, jika selalu menangis bila teringatku. Stella juga pernah
menangis saat berada di Backstage Theater FX, seusai perform, karena
merasa keberadaanku sangat ia butuhkan saat itu.
Ku hanya bisa menyaksikkan aksi panggungnya bersama JKT48
di situs You Tube, seperti saat Mega Konser,di Dahsyat, di OVJ, dan
yang terakhir saat perform di Kota Wisata Batu, Malang—tepatnya di
Secret Zoo, Jatim Park II—Aku sangat ingin bertemu dengannya lagi,
memeluknya mengobrol dengannya, menatap kedua matanya lagi, dan
melakukan hal positif lainnya bersama Stella, seperti membuat lirik
lagu, menggambar, dan lain sebagainya. Tapi itu semua hanya mimpi, ku
sudah tak bisa lagi dekat dengannya. Ku hanya bisa mengagumi
keindahannya melalui melalui rekaman video, foro, atau kabar yang
kulihat/kudengar melalui Media Sosial. Kini JKT48 sangatlah sukses, dan
sudah memiliki fans dimana-mana dengan yel-yel mereka—atau biasa
disebut Chant Mix—fans JKT48 sendiri juga dikenal fans yang paling
kompak di Indonesia—diluar konteks persepakbolaan nasional—fans mereka
dikenal dengan sebutan, “WOTA”. Gedung Theater pun mereka sudah miliki,
seperti Sister Group mereka di Jepang, AKB48. Lokasi gedung tersebut
ada di Mall FX, Jalan Sudirman, Jakarta—aku tidak seberapa menghafal
alamat Tempat theater itu—ku harap ku bisa menjumpainya lagi, walaupun
hanya sekali. Dan aku salut dengan kerja kerasnya selama ini. Impiannya
terkabul. Menjadi seorang Dancer, Penyanyi dan Model. Tapi, aku harus
tetap focus melahap semua menu latihan di Chelsea Academy. Untuk meraih
impianku bermain bersama tim London Biru, Chelsea! Bermain di lapangan
hijau Stadion Stamford Bridge, kebanggaan para True Blue—fans fanatic
team Chelsea—aku sempat menulis status di Twitter dan Facebook, yang
bertuliskan, “Arigatou Gozaimasu @Stella JKT48, kau telah memberikanku
motivasi hidup dan menginspirasiku, sehingga aku bisa berada di London
untuk menggapai cita-citaku bersama teman-temanku disini dan kawan-kawan
dari berbagai Negara lain, khususnya Benua Eropa”. Stella telah
benar-benar mengajariku bagaimana usaha keras dan kemauan untuk maju
sangatlah penting untuk meraih kesuksesan. Aku selalu berdoa agar dia
selalu di beri kesehatan, keamanan, ketenangan hati, dan kesuksesan
tentunya. Di setip langkah kehidupan yang di jalaninya. Amiin. Aittakata
Cici Stella Cornelia JKT48! Dan selalu ku ingat kata-kata “Dengan
senyum, aku akan menaklukkan dunia! Hai, namaku Stella!”.
Gunung Ma hendra
@GunungCornelia
0 comments:
Posting Komentar