Senin, 08 Juli 2013

...PELANGI DALAM SAKURA... *6th Chapter*

  1. ...PELANGI DALAM SAKURA...
    *7th Chapter*

    "gue, Ochi!" ucap, murid perempuan yang memiliki tinggi badan yang sama dengan Shania.
    "aku, Shania.." balas Shania
    "lu, ga ikut ospek ya kemarin?"
    ...Lihat Selengkapnya
    Suka · ·
  2. Kiriman Terbaru oleh Orang Lain di Cemistri Jkt48Lihat Semua
    • WaW, Likers 377, tadi ada Konser PERKENALKAN, NAMA KAMI JKT48! Di Trans7 jam 7, tanggal 7 bulan 7, daaaa..n PDS di chapter 7! Wahahaaaa *badai #AdminlagiGila #Abaikan ^_^
      20 jam yang lalu
    • WaW, Likers 377, tadi ada Konser PERKENALKAN, NAMA KAMI JKT48! Di Trans7 jam 7, tanggal 7 bulan 7, daaaa..n PDS di chapter 7! Wahahaaaa *badai #AdminlagiGila #Abaikan ^_^
      20 jam yang lalu
    • min kapan ceritanya mulai lagi pasaran ini gue nya -_-
      10 · Sabtu pukul 3:06
    •  kak izin repost yg surat untuk mama di http://siapalah-saya-ini.blogspot.com/ sumber dicantumkan kok. terima kasih :)
      1 · Jumat pukul 0:41
    • min..... lanjutin donk....
      6 · 2 Juli pukul 21:33
  3. ...PELANGI DALAM SAKURA...
    *6th Chapter*

    "Beby... sayang bangun!"
    "Bentar lagi Mah... ini kan hari minggu!"
    "Ini udah siang sayang,-"
    "Masih pagi Mah.. Beby masih ngantuk, kasih Beby beberapa menit lagiiii aja.. nanti Beby bangun, langsung beresin tempat tidu..r abis itu... nyucu baji,....."

    "Hmm.. Sayang, Apa kamu gak mau nganter sahabat kamu pergi!"
    "Beby gak ada janji sama Shania hari ini..! Kan semalem udah ngobrol panjang lebar, ampe pagi sama Shania!!" Sahutnya masih dengan mata terpejam, dan ingatan yang masih dia ingat saat semalam tepatnya jam 10.48, Shania menghubungi walky-talky Beby dan mengajaknya untuk begadang
    "Shania sama keluarganya pindah ke Jakarta pagi ini!"
    Dengan tanpa aba-aba dan alibi elakan, Beby langsung membuka matanya lebar saat mendengar ucapan Mama nya "Mama bilang apa barusan?" Dan ia juga langsung menarik tubuhnya sampai akhirnya posisinya kini duduk diatas tempat tidurnya.
    "Shania, Ve, Papa sama Mamanya akan pindah ke Jakarta pagi ini.. tuh, mobilnya aja udah siap!"
    "Hah? gak mungkin Mah?! Mama pasti lagi becandain Beby nih! Shania pindahannya kan nanti, kalau dia udah lulus!!"
    Beby menuruni tempat tidurnya dan berjalan cepat kejendela kamar, dia langsung menujukan matanya ke kediaman Shania, dan... benar saja, apa yang dikatakan Mamanya memang benar.

    Sebuah SUV hitam terparkir di depan pagar rumah Shania, Beby bisa melihat Mama nya Shania sedang memasukan koper dibantu Ve, Papanya Shania sedang berbincang pada tetangga, tapi dia tidak melihat Shania....

    Beby mengenakan jaket untuk menutupi piyamanya, ia menyambar HandPhone nya.. mengetikan chat singkat yang dia kirim ke Subhan lalu berlari untuk menghampiri Shania...
    Saat sampai di depan pintu rumahnya dan dia membuka pintu, hampir saja dia menabrakan dirinya, pada sosok yang entah dari berapa menit yang lalu, seseorang sudah berdiri di depan pintu rumahnya.
    "Shaa...nia!" Shania mengulaskan senyum manisnya. "Ngapain senyum-senyum? ada yang lucu!?" kata Beby begitu ketus, Shania masih tetap memasang senyum getirnya. . . "Kamu pikir.. karena tempo hari pas kamu ngasih tahu soal pindahan kamu aku gak marah, lantas sekarang untuk kedua kalinya.. kamu gak ngasih tahu lagi aku, soal dipercepatnya pindahan kalian! Aku gak akan marah!?" Pelahan Shania merubah ekspresinya. . . "Semalam.. kamu ngajak aku ngomong sana-sini, tapi gak nyinggung soal ini! Aku bisa marah Shanju.. aku tahu gimana caranya marah!"

    Sebenarnya.. Shania bukan tidak memberitahu, tapi.. saat dia bicara soal pindahannya yang ternyata dipercepat.. Beby tidak meresponnya karena ternyata dia ketiduran.
    "Aku akan terima itu Beb, (Shania mencoba memasang senyumnya lagi) tempo hari.. aku udah puas liat senyum kamu, dan sekarang... aku akan simpan wajah marah kamu! Kedua wajah itu yang akan membuat aku ingat sama kamu!!"
    "Ya udah, pergi sana! Ngapain masih disini!? Keluarga kamu udah siap tuh!" dengan dinginnya Beby bicara.
    "Maafin aku ya Beb.." ucap Shania lesu "aku harap.. marah kamu gak sungguhan, karena kalau kamu beneran marah... entar pas aku main kesini, aku mau nemuin siapa? Cuma kamu sahabat baik yang aku miliki di Jogja!" Lirihnya penuh harap.

    Shania berjalan lesu menjauhi pintu rumah Beby, dan Beby sendiri... diam sejenak lalu berlari masuk ke dalam rumahnya dengan diikuti menutupnya pintu rumah begitu keras, sampai Shania menolehkan wajahnya kebelakang *sighhh* kemudian dia menghela nafas mendengar sura pintu yang ditutup cukup kencang. Ve sempat melihat ekspresi Shania yang terlihat begitu sedih, dia melihat kearah rumahnya Beby
    "Maafin Beby ya sayang" pinta Mama Beby yang keluar dari rumah
    "Gak Tante, Beby gak salah kok :'-) Shania yang salah.."
    Mama nya Beby memegang pundak Shania untuk menenangkannya, beliau mengulaskan senyum hangat khas seorang ibu. Shania memeluk Mama Beby lalu mengucapkan terima kasih dan kata perpisahan lainnya, Mama membalas dengan mengusap lembut kepala Shania dan mengucapkan sepatah-duapatah kata untuk memberikan Shania semangat.
    "Kalau kamu kangen sama Tante, sama Beby, .. telponlah, atau... mainlah kesini, disini kamu punya rumah dan keluarga!"
    Shania mengangguk "makasih Tante, Shania bakal kangen banget sama Tante.. sama Beby juga... maafin Shania ya tante, Shania sayang sama Tante, Shania sayang sama kalian!" Ucapnya sudah terisak.

    Pelukan terlepas, Mama Beby mengantar Shania kedepan rumahnya dimana keluarganya sudah siap untuk berangkat. Ucapan perpisahan, pelukan selamat tinggal, Papa Shania masuk lebih dulu, disusul Mama dan kemudian Ve.. lalu Shania, yang sebelumnya, dan untuk kesekian kalinya sebelum akhirnya dia benar-benar masuk mobil, dia kembali memeluk Mama Beby, sudahnya.. Shania melihat kearah kamar Beby..
    "Masuklah sayang, mereka sudah menunggu! Beby akan baik-baik saja!! Percaya sama tante "

    "Jangan percaya sama Mama, itu musyrik namanya..." tiba-tiba suara Beby terdengar dari seberang rumah Shania.
    "Beby..."
    Beby berlari kecil sampai dia berhadapan dengan Shania; Papa melihat dari spion tengah kebelakang; Mama melihat sekilas lalu kembali ke laptop; Ve mendongakan wajahnya dan menonton scene yang ada di depan matanya.
    "Ngapain ngeliatinnya kayak gitu? Biasa aja!" Ucap kesal Beby, bukannya Shania marah dengan tingkah yang sedang diperlihatkan Beby, dia malah memeluk Beby.
    "Aku tahu kamu gak mungkin marah sama aku!"
    "Emang siapa yang marah sama kamu?" Sahut Beby dalam pelukan sepihak Shania
    "Aku akan sangat merindukan kamu.. si pemalu yang pintar menyembunyikan apa yang dirasa" Kata Shania, tidak menghiraukan ucapan Beby "meski nanti akan banyak orang yang berjabat dan kujabat tangannya untuk dijadikan teman, kamu tetap teman terbaik dan terindah, yang pertama meraih jabatan tanganku... dan aku gak akan pernah lupa sama semua itu. Aku sayang kamu Beby!"

    Beby tersenyum sedih mendengar ucapan Shania, inginnya membiarkan air mata yang sudah sedari tadi mendorong keluar, dibiarkan tumpah saja. Tapi Beby menahannya karena dia tidak mau kepergian Shania dia iringi dengan lelehan air matanya. Terlalu egois untuknya, membuat Shania yang cukup lama mempertahankan senyum ceria di wajah dirinya kala Shania menyembunyikan kepindahannya, dia balas dengan air mata saat waktu pindahan itu kini ada didepan mata menghadap badannya.

    "Kenapa kamu jadi cengeng sih?!" Beby melepaskan pelukan Shania "kamu pergi ke Jakarta, bukan ke tempat Tuhan!" Candanya sambil menyeringai, Shania ikut tersenyum tipis.
    "Entah itu kamu, atau aku.. kita akan saling menemukan lagi! Di Jakarta, di Jogja, atau... mungkin di Jepang nanti, hehehe.. kita akan tetap menjadi kita, persahabatan kita terlalu kuat untuk dirapuhkan oleh sebuah jarak!" .... "aku akan selalu ada disini, ditempat ini, jika nanti kamu pulang untuk sekedar mengenang Jo..gja!" Senyum Beby begitu sangat manis, pertahanannya untuk mencegah air matanya jatuh bisa dia lakukan begitu hebat. Meski matanya terlihat berair, tapi tidak dia biarkan air itu jatuh dari muaranya.

    "Em.. aku punya sesuatu buat kamu!" Beby mengedepankan tangan kanannya yang dari tadi dia simpan di belakang, Shania tersenyum haru melihat benda yang ada di hadapannya kini. Sebuah bola kristal dengan didalamnya ada sebuah pohon sakura, yang di depannya duduk 2buah boneka menghadap pohon itu..
    "Yang ini kamu... dan yang ini aku... suatu saat nanti apa yang terlihat di bola kristal ini akan menjadi kenyataan! Kita akan duduk dan memandangi pohon sakura, untuk melepas setiap impian kita, dan biarkan Sakura menyimpannya hingga saat musim semi berikutnya datang... impian itu akan terwujud bersama bermekarannya Sakura"
    Shania yang sudah menggenggam hadiah dari Beby, kembali memeluk erat sahabatnya itu setelah mendengar ucapan doa darinya. "Jangan lupain aku Beb,.. apa yang kamu bilang, pasti akan bisa terkabul, kita akan bisa melakukan hal itu! Tetaplah menjadi Sahabat aku, aku sangat sayang sama kamu.."
    "Aku juga... aku sayang sama kamu, jangan lupain aku juga ya?"
    Kali ini pertahanan Beby roboh, dia akhirnya menangis. Hatinya terasa terlalu rapuh, seolah tidak ingin melepas sahabatnya pergi, dia mengencangkan pelukannya pada Shania yang sudah sedari tadi memeluk dirinya begitu erat.

    Beberapa menit lamanya gambaran 2hati yang terikat dalam persahabatan itu saling melepas kesedihan akan perpisahan, dalam sebuah pelukan tulus dibawah sinar mentari yang tidak begitu benderang pancaran sinarnya. Hingga... Papa Shania memanggilnya untuk dia segera masuk ke mobil, karena kalau terlalu siang jalanan akan sangat tidak bersahabat dalam kemacetan.

    Shania masuk kedalam mobil, Beby dan Mamanya berdiri di samping mobil, Papa menstarter mobil.. lalu SUV itupun mulai melaju dan Beby, dia berlari mengikuti laju perlahan mobil, dengan tangannya dia lambaikan pada Shania, senyum sedih Beby lukiskan pada Shania dan Shania membalasnya, saling melambaikan tangan hingga laju kecepatan mobil mulai tidak bersahabat dengan lari kakinya Beby... Beby berhenti berlari, dengan nafas terengah dan mata masih terpaku di bagian belakang SUV yang perlahan tapi pasti mulai menjauh dari jarak pandang.


    ---
    Ini seperti mimpi.. pagi ini aku berjalan sendirian, kemarin aku baru saja melepaskan genggaman dari seorang sahabat yang begitu aku sayangi. Harusnya dia masih bersama ku pagi ini dan untuk pagi-pagi berikutnya, sampai selembar kertas pemberitahuan kelulusan ada di kotak surat depan rumah kita masing-masing. Tapi, itulah Tuhan... selalu bekerja diluar pemikiran, apa yang dia kehendaki untuk umatnya pasti akan langsung terjadi.

    Selama ini, waktu yang selalu kita habiskan bersama terasa begitu sebentar ketika perpisahan jarak datang menyapa. Aku tahu dan yakin kalau disana dia tidak akan menghapus aku dari ingatannya, menyimpanku dalam box Jogja, yang tidak akan dia buka. Dia di Jakarta, aku di Jogja, berapa ratus kilomoter jarak kita sekarang? Entahlah, karena yang pasti bukan jarak yang akan mengendalikan alur persahabatan kita, tapi kita yang akan mengendalikan alur dan tetap memegang tangan masing-masing, hingga sampai dititik tertinggi impian kita.

    "Masih ngelamunin Shania?" Subhan datang dari arah belakang.
    Beby sengaja jalan kaki pergi kesekolahnya, berjalan enggan dengan hanya ditemani hembusan angin dan lamunan kejadian kemarin pagi.
    "Hmm-- ya gitu deh Chub! Kamu sendiri? Gimana?"
    "Yaa.. gitu juga deh! :'-)"
    "Gitu gimana?"
    "Gitu.. kayak lu!"
    Beby diam tidak lagi menanggapi Subhan, dan Subhan pun ikut diam.

    Saat Beby mengirimkan chat padanya kemarin pagi, dia langsung menelpon Aji untuk ikut dengannya menemui Shania sekaligus melihatnya sebelum dia pergi, namun mereka terlambat.. saat mobil Shania sudah meluncur dan hanya menyisakan bagian belakangnya, dia dan Aji baru datang.

    "Tumben, lewat Sini?" Tanya Beby memecah hembusan angin
    "Pengen aja!" Singkatnya "eh ya... jadinya masuk SMA mana?" Giliran Subhan bertanya
    "48! As what I.. and her plan! Hemmh..!!"
    Subhan mengangguk-angguk tak lagi bersuara.

    Beby dan Subhan terus menyusuri jalanan beraspal yang basah karena embun di pagi hari tadi, saling diam dalam kenangan masing-masing tentang Shania.

    ---
    Hari pertama.. haahh. . . Aku tidak begitu tahu apa yang harus aku lakukan di hari pertamaku berada di dalam rumah sebesar dan semewah ini!?

    Kemarin, kita semua sampai di kota metropolitan ini setelah matahari tenggelam dan langit berubah begitu gelap. Kota baru ini. . . Rumah baru ini. . . Suasana baru ini. . . Begitu memperlihatkan ke 'Wah' han nya di banding yang dulu waktu di Jogja, tapi.. tetap saja apa yang kini bisa kunikmati dengan mata telanjang, tak bisa menggetarkan hatiku untuk bilang 'Wah' seperti yang di suguhkan.

    Aku masih disana, di Jogja. Bermain dengan mereka menanti kelulusan, melalui upacara kelulusan atas hasil kerja keras aku selama 3th ini, meski akhirnya aku memang harus berpisah jalur dengannya, dengan mereka, dalam memijakan kakiku untuk menggapai mimpi. Tapi setidaknya kalau aku masih disana, sampai batas waktu yang sudah di sepakati, aku masih bisa menggoreskan seulas kenangan indah bersamanya. Bukan seperti ini, bukan ini yang ada dalam bayanganku , mereka terlalu, dan bahkan sangat berpengaruh atas diriku yang hanya titipan.

    Masih bermalas-malasan diatas tempat tidur empuk yang berada di ruangan yang besarnya 2.. bukan, tapi 4 kali lebih besar dari ruangan privasiku dulu yang ada di Jogja. Aku coba mengetikan sebuah pesan singkat untuk Beby, tapi tidak jadi-jadi , seolah aku lupa bagaimana cara menulis merangkai kata salam, sapaan, pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan.. mm-- ntahlah, rasanya sulit untuk ku memberitahukan padanya kalau aku sudah sampai di Jakarta.
    "Gimana kabar kamu pagi ini?"
    "Kamu ke sekolah sama siapa, Beby?"
    "Kayuhan kamu saat naik sepeda ke sekolah pasti lebih ringan kan? Soalnya udah gak ada aku yang kamu gonceng!"
    "Aku udah sampai loh di Jakarta.. :')"
    Haruskah aku mengetikan rangkaian pertanyaan itu untuk Beby?
    Siapkah aku untuk jawaban yang diketik balik oleh Beby!?

    *tok..tok..tok*
    "Yaa.." sahut Shania terdengar malas
    Ve masuk, dia memberikan Shania senyum khas Kakak.
    "Ada apa Kak?" Tanyanya sambil menarik diri dari rebahan, dia menyingkirkan bola kristal yang disimpan diatas perutnya saat dia melamun tadi.
    "Sarapan dulu yuk!" Ajak Ve, dengan posisi berdiri di depan Shania.

    Tanpa perlawanan, meski enggan dirasa.. Shania berdiri untuk ikut Kakaknya. Sampai di meja makan, Shania mengerung kecil karena tidak mendapati kedua orang tuanya.
    "Papa sama Mama mana Kak?"
    "Kamu bangunnya terlalu siang, Papa sama Mama udah berangkat kerja!"
    Shania mencoba mencari jam.. ia melihat jam dinding putih classic, yang berdiri di sudut ruang makan. Dia bisa melihat jelas jarum jam yang menunjukan waktu sekarang 8.14
    "Kirain Papa Mama mau ambil dulu jatah libur dari kantor..! kita kan baru pindahan!!" Suaranya begitu mengeluh
    Ve tidak bisa menjawab ucapan Shania, ia hanya menyunggingkan senyumnya.

    Inikah? Awal dari perubahan yang di janjikan Papa sama Mama? Hmm-- semoga ketakutanku, hanya sebuah kekalutan sesaat yang timbul karena belum bisanya hatiku menerima percepatan dari gerakan Papa sama Mama. (Batin Shania)


    ***
    Hari demi hari terus mereka jalani, sudah hampir satu bulan tidak terasa, Shania dan Beby tinggal di kota berbeda. komunikasi Shania dan Beby tidak pernah putus, karena memang jarak tak pernah jadi penghalang untuk persahabatan mereka.
    Seperti saat tiba waktu pengumuman kelulusan, Beby menelpon Shania yang juga sudah tahu akan kelulusannya.
    Kalau tidak Shania yang menelpon, ya Beby yang ambil inisiatif.

    Shania belum memiliki satupun teman di kompleknya kini, dan Beby.. dia masih tetap dengan Subhan dan Aji, belum ada teman lain yang bisa dia jadikan tempat berbagi tawa atau sedih yang dirasa. Dalam komunikasinya kini, Beby menceritakan rencana dia, Subhan dan Aji yang akan mengikuti test di SMA 48 Jogja, Sekolah yang dulu mereka jadikan incaran jika sudah lulus SMP.
    "Shanju... tahu gak?"
    "Apa?" Tanyanya di ujung telpon
    "Aku, Aji sama Subhan bakal ikut test di 48 loh.. " jelasnya,
    Shania mengerung kecil, ada cekatan di hati yang membuat dia merasa tidak nyaman mendengar berita kali ini. Bukan karena Subhan yang akan satu sekolah dengan Beby, tapi karena apa yang dulu dia hayalkan ternyata tidak terkabul.
    "Hmm.. sudah aku duga! Bagus dong, biar nanti aku titipin kamu sama mereka " jawabnya dengan diakhiri candaan
    "Eh? Kamu pikir aku tas apa? Pake dititip segala sama mereka!"
    "Cieee.. sekarang udah bisa nyahut pake candaan, hehehee" sambut Shania
    "Harus dong, kalau enggak.. nanti aku yang dibecandain terus (korban maksudnya)"
    "Giliran kamu nih, yang cerita.."
    "Cerita apa? Perasaan dari tadi, aku udah paling banyak deh ngeluarin kata!"
    "Oh ya? Masa sih! Kok aku gak denger apa-apa sih?" Goda Beby diikuti senyum yang tidak terlihat oleh Shania
    "Tsahh.. makin mahir aja nih si pemalu becandanya!" Giliran Shania yang tersenyum

    "Aku kangen sama kamu.." ucap Beby
    "Aku juga.."
    "Kapan dong main ke Jogja!?"
    "mmm...ntahlah Beb, Kak Ve lagi sibuk ngurusin dulu administrasi pindahan kuliahnya!"
    "… … …"
    "Aku udah minta sama Kak Ve buat nemenin ke sana, tapi ya itu alasannya.. minta ijin sama Papa Mama biar aku berangkat sendiri ke sana, gak di Acc! Surem deh pokoknya!"
    "Haha.. hmm-- mungkin nanti akan ada waktu yang pas buat kamu bisa main ke sini!"
    "Atau... kamu aja yang main kesini! Nanti aku ajak kamu main ke mall, ke monas, sama.. ah, ke dufan, disana asik loh Beb! Wahananya itu... wihhh bikin lupa masalah deh " ceritanya berpanjang lebar
    "Oh ya? Wahh asik tuh! Tapi kapan ya aku bisa kesana? Mama juga pasti gak akan ngasih ijin kalau aku kesana sendirian!"
    "Kayaknya kita sama-sama surem ya? Hahahaa.."
    "Hahahaa, iya bener! Tinggal di kota yang namanya sama-sama di awali huruf J, tapi untuk bisa ketemuan susah banget!"
    "Hah? Apa hubungannya Beb?"
    "mm-- nggak ada sih! Hahahaa"

    Shania dan Beby tertawa bareng, jalinan komunikasi itu berakhir setelah 4jam lebih, berbagi kisah dari 2 kota berbeda. Meski tidak ada saling tatap muka keakraban tetap terasa kental diantara keduanya.

    ---
    "gimana? kalian nyaman tinggal disini?" suara mama, membuyarkan lamunan kedua anak gadisnya yang sedang menyuapkan makan malam.
    "Asik Mah, di kampus, Ve udah punya teman-teman baru, terus ya mereka.. enaklah diajak ngobrol, dan mereka juga mau ngajak Ve untuk tahu Jakarta!" Jelas Ve terdengar sangat antusias, Shania asik sendiri dengan makanannya.
    "Bagus dong " Senyum Mama dan Papa
    "Kalau kamu, Sayang? nyaman tinggal disini?" giliran Papa yang bertanya dan langsung melihat Shania yang belum angkat bicara.
    "mm-- ya gitu lah Pah"
    Mama, Papa dan Ve menguncikan pandangan mereka pada Shania.
    "gitu gimana? Kakak kamu saja sudah bisa berbaur dengan yang lainnya! kamu mau sampai kapan cuma berdiam diri di rumah? coba sesekali muter di komplek!" saran Papa
    "males ah, entar juga pas sekolah Shania bisa ketemu sama orang lain!" jawabnya.

    Selama hampir 2bulan mereka tinggal di Jakarta, memang Shania yang terlihat tidak begitu menikmati laju kehidupan di Ibu Kota. Meski mereka tinggal di komplek perumahan yang pemiliknya kaum ekonomi diatas rata-rata, tapi itu tidak membuat Shania tertarik akan hal apapun. Kalaupun dia keluar rumah, pasti diajak oleh Kakaknya. seperti waktu ke Mall atau ke Dufan.

    "Papa sama mama punya kejutan buat kalian!" kata Papa, untuk kembali menghidupkan obrolan.
    "buat kamu kaka. . . papa kasih ini…" Papa merogoh kantong celananya, dan mengeluarkan sebuah kunci
    "ini, kunci mobil dan yang ini.. surat-surat mobil sama SIM A sudah atas nama kamu…."
    Ve hanya bisa menganga mendengar yang diucapkan papa nya dan menatap sebuah kunci dan sebuah dompet kecil warna biru yang sudah ada di hadapannya.
    "Mo…bil….!" Ucap ve terbata.
    Papa dan mama tersenyum melihat ekspresi anak sulungnya itu. Kemudian mengalihkan pandangan pada Shania.

    "dan buat kamu… peri kecil Papa, selain kamu udah papa daftarin di sekolah swasta yang ada di Jakarta pusat, Untuk berangkat sama pulangnya, kamu diantar-jemput pak maman, dia akan jadi supir pribadi kamu!! terserah kamu, mau kamu ajak Pak Maman keliling atau,-"
    "Ke Jogja boleh Pah?" Shania memotong ucapan Papa saat mendengar dia memiliki supir pribadi.
    Papa tersenyum melihat keantusiasan Shania yang sedari tadi biasa saja.
    "hmm.. gimana ya?" Shania menekuk wajahnya "Haha.. ya tentu boleh dong sayang, Pak Maman kan supir pribadi kamu!"
    Wajah Shania seketika cerah "Wahh.. serius Pah? Yessssss, Asik nih!" girangnya, membuat Papa Mama dan Ve tersenyum melihat tingkahnya.
    "eits, jangan senang dulu! tetap ada Rules, yang harus kamu patuhi!"
    "Aaaapa?"
    "Kamu... ke Jogja nya kalau ada libur panjang, atau.. long weekend!"
    "yahhh,, itumah sama aja bohong! gak jadi ahh asiknya!! Papa mah gitu!!!"
    "itu untuk kebaikan kamu juga sayang, kalau kamu setiap hari atau setiap minggu ke Jogja, nanti kamu sakit gimana? atau Pak Maman yang sakit gimana?"

    Tadinya Shania ingin melancarkan lagi protes, tapi dipikir-pikir.. segitupun sudah untung untuknya. lagian Papa sama Mama gak bisa melihat apa yang Shania lakukan kalau seandainya mereka ada pekerjaan ke luar kota.
    "ya udah deh.. daripada Pak Maman sama mobilnya di cabut terus Shania gak bisa ke Jogja!"
    "Nah... gitu dong, itu baru anak Papa sama Mama!" ujar papa pada anak bungsunya itu. Shania membalas ucapan Papanya dengan senyum manis.

    ---
    Kini, Shania sudah menjadi salah satu murid di salah satu SMA swasta bertaraf Internasional, ini hari pertamanya setelah Ospek yang tidak dia ikuti sebelumnya karena malas.
    Shania masuk di kelas X-4, dia duduk di barisan ke-4,
    "kosong?" Tiba-tiba suara seorang murid perempuan bertanya pada dirinya yang sedang asik menikmati lamunan di bawah mentari pagi yang sedang menyinari ruang kelasnya.

    Shania mengangguk untuk menjawab, murid perempuan itupun langsung duduk di sebelah Shania dan lalu mengulurkan tangannya,,,


    Bersambung lagi..
     
    Copyright: Cemistri JKT48

0 comments:

Posting Komentar